Pemuda asal Sumatera Utara ini dikenal sebagai domonstran dan pejuang petani. Hak petani yang selama dirampas oleh penguasa harus direbut kembali. Untuk itu bung Vajireh sangat aktif mendampingi petani yang ada di desa-desa. Sejak masih di gerakan mahasiswa dia sudah terlibat aktif dalam mengadvokasi petani yang dirampas haknya oleh penguasaha, khususnya yang ada di Jawa Barat. Pokok persoalan yang dihadapi petani adalah tidak terjaminnya lahan pertanian dan minimnya program pendukung untuk meningkatkan kulaitas dan kuantitas produksi.
Figur pejuang petani ini lahir di Desa Kuripan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 28 Agustus 1974 dari keluarga yang berlatar belakang petani miskin dan pemeluk agama Islam tradisional yang taat. Selepas SMA antara rentang waktu 1995 sampai 1997, ia bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta dan Surabaya hingga pertengahan tahun 1995. Lalu bekerja menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit di daerah Kikim, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Tahun 1996, menjadi kuli panggul di tempat jasa paket pengiriman barang di Bandung, hingga pertengahan tahun 1997.
Di tengah minimnya aktivis perempuan yang bergerak dalam isu agraria tidak membuat semangat Erni Kartini surut. Perempuan kelahiran Tasikmalaya, tujuh April 1983 ini menganggap bahwa reforma agraria adalah satu-satunya jalan untuk Indonesia jika ingin terlepas dari belenggu konflik agraria.
Atang Irawan lahir pada 10 Juli 1975 di Wonosobo. Sejak mahasiswa di Yogyakarta bung Atang telah dekat dengan petani. Dia bersama teman-temannya ikut mendampingi petani yang tanahnya kerap dirampas dan dijadikan perkebunan. Tahun 1996 dia bersama aktivis Yogya lainnya terlibat dalam penanganan kasus tanah Kesultanan Yogyakarta di Prambanan.
Aulia Prima Kurniawan lahir di Palembang, 16 Maret 1971, berdarah Minang – Jawa, putera pertama pasangan Marwan Munir (alm.) dan Sri Sutiyah. Prima, begitu panggilannya, melewati masa kecilnya di RW 03, Kel. Cipinang, Kec. Pulogadung sejak akhir 1976. Sekalipun bersekolah di SD St. Bellarminus dan SMP Kanisius, sekolah swasta Katolik di bilangan Menteng, Prima tetap belajar mengaji di kala sore dan malam hari, baik di rumah maupun di masjid Al-Mukminin di Cipinang Baru, dekat rumahnya.
Nama RISA BHINEKAWATI artinya: “anak perempuan berbahagia pemersatu bangsa”. Risa terus berupaya mewujudkan doa orang tuanya dengan karya nyata untuk nusa dan bangsa.
1. Lahir di Pontianak, 4 Pebruari 1966; beragama Islam dan menghormati agama lain.
2. Menikah dengan Ir. Adhyasa Yutono, MBA (sejak 1994); dikaruniai 1 anak laki-laki, Rifqi Adhyasa (lahir 1995)
DINA ARDIYANTI advokat publik dan pegiat pemberdayaan masyarakat, selama 10 tahun lebih, DINA ARDIYANTI caleg Kudus,Demak, Jepara bersama-sama komunitas masyarakat, petani, buruh , kelompok perempuan, berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan.
Sdr Purwanto menjadi calon legislatif untuk DPR pada Pemilu 2014. Dia menjadi calon Partai PKS dari Daerah Pemilihan Jatim I.
Di antara 11 anggota Komnas HAM terpilih, hanya Syafruddin Ngulma Simeulue yang punya rekam jejak panjang di bidang lingkungan hidup. Aktivis ini juga vokal dan berani. Apa saja programnya?
Nama Syafruddin Ngulma Simeulue (49) tak asing lagi di Jawa Timur. Maklum, Bang Syaf, sapaan akrabnya, selalu muncul di berbagai koran dan radio di Surabaya dan sekitarnya. Calon anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia [Komnas HAM] yang tinggal di Trawas, Mojokerto, ini sangat sering memberikan komentar seputar kondisi lingkungan hidup di Jawa Timur.
Mahir Takaka telah berjuang bersama masyarakat adat selama 20 tahun untuk mendapatkan pengakuan dari Negara ini. Saat ini perjuangan masyarakat adat memang sudah mulai mendapat titik terang walau belum seperti yang diharapkan. Perlindungan terhadap masyarakat adat juga harus dilakukan karena anggapan bahwa masyarakat adat adalah kelompok terbelakang masih melakat di dalam pandangan pemerintah. Hak-hak ulayat yang ada di masyarakat sering diabaikan dan dianggap tidak relevan lagi di zaman sekarang.