Perempuan kelahiran Palang Karaya ini mulai mengkaji isu adat pada tahun 2001 bersama kawan-kawan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Berawal dari kajian tentang kehutanan dan pengembangan masyarakat, beliau melihat ada tindakan diskriminasi terhadap masyarakat. Banyak hak dari masyarakat adat yang dirampas oleh pemerintah dan penguasaha yang mengakibatkan masyarakat adat semakin terjepit, baik wilayah maupun sosial budayanya. Pemerintah sering menutup akses dan informasi yang seharusnya menjadi hak masyarakat adat.
Muliadi, SE menjadi calon legislatif untuk DPD pada Pemilu 2014. Dia menjadi calon dari Daerah Pemilihan Kalimantan Tengah.
Sarah Lery Mboeik, adalah Direktur Pengembangan Inisiatip Advokasi Rakyat (PIAR-NTT) yang dalam aktivitasnya konsern pada issue HAM, Anti Korupsi, Anti kemiskinan struktural, Transparansi Anggaran. Atas kerja pendampingan terhadap masyrakat marginalnya maka pada tahun 1999 memperoleh penghargaan Yap Thian Hien dan sekarang menjadi anggota DPD NTT Periode 2009-2014.
Kiprahnya di Gedung Berlian tidak perlu diragukan. Dia tergolong anggota dewan yang vokal, bahkan legislator yang sekarang menjadi anggota Komisi D (bidang pembangunan) itu tergolong paling vokal di fraksi itu. Akibat kevokalannya, alumni IAIN Sunankalijaga Jogja itu sempat diancam oleh anggota dewan lainnya yang merasa terganggu dengan sikapnya itu.
Siap berkorban jika sudah merasa enjoy dalam berteman. Konflik dalam hidup hanya akan membuat kita banyak dosa..
Lahir dari keluarga pendidik yang berjiwa politik. Kepedulian sosial dan pengetahuan tentang politik diperoleh dari orang tua, terutama ayah. Saya dan saudara-saudara dididik untuk hidup sederhana, peka dan peduli kepada sesama.
Dalam menjalankan tugasnya, Ananta seringkali berseberangan dengan teman sejawatnya yang lain. Ananta yang sejak semula mengusung misi pluralisme kerap mendapat teguran dari beberapa rekannya. Tidak tanggung-tanggung, ia hampir dipecat ketika mencoba mengangkat isu toleransi beragama. Namun, ancaman tersebut tidak lantas mengurungkan niat Ananta untuk mengangkat pluralisme beragama di Banten.
Di Kota Tangerang Selatan, nama Wahyudin dikenal sebagai sosok yang ringan tangan membantu masyarakat—terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik. Ia selalu berdiri di depan untuk memastikan agar warga bisa mendapatkan pelayanan publik sesuai aturan, terutama ketika warga menerima penolakan rumah sakit karena ketiadaan biaya, pengurusan Jamkesda masyarakat yang bertele-tele, hingga urusan administrasi publik yang memungut pungli.
“Saya adalah orang biasa, ingin berbuat hal-hal yang luar biasa”
Saya lahir kota tahu Kediri Jawa Timur, 36 tahun yang lalu dari keluarga buruh dan petani. Bapak saya mantan kondektur Bis Antar Kota yang sudah purna tugas tanpa uang pensiun dan jaminan hari tua. Ibu Kandung saya sudah meninggal semenjak saya kelas tiga SD. Praktis semenjak kelas 6 SD sampai lulus Kuliah saya tinggal di Solo, kota dimana bapak saya menemukan jodohnya lagi.
Eko Julianto adalah alumni Sekolah Demokrasi Kota Tangerang Selatan (2012), yang kini juga aktif di perkumpulan Lintas Masyarakat untuk Demokrasi (LMD). Semasa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Tangerang Selatan, Eko dikenal aktif dalam dunia pergerakan kampus. Setelah lulus pada 2012, ia kemudian aktif di Komite Pusat Liga Mahasiswa NasDem, sebagai Ketua Bidang Perjuangan Politik—hingga kini.