Membina(sakan) Korupsi

Gurita korupsi semakin kuat melilit negeri ini. Segala upaya yang telah dilakukan dapat dikatakan gagal menahan dan memberantas laju korupsi. Sampai sejauh ini, praktik korupsi seperti tidak ada matinya. Hasil jajak pendapat Kompas (28/2) menjadi pembenaran empiris betapa perilaku korupsi semakin masif dan tak terkendali.

Di tengah gurita tersebut, pertanyaan mendasar yang muncul: mengapa praktik korupsi makin memburuk melilit negeri ini? Adakah ini semua bukti kegagalan agenda pemberantasan korupsi?

Presiden Didesak Segera Tandatangani Moratorium Hutan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didesak segera mengesahkan Instruksi Presiden terkait Moratorium Hutan sebagai upaya mengerem laju deforestasi hutan di Indonesia. Kerugian material dan ekologis akibat ganasnya pembalakan liar sangat memprihatinkan. Tercatat, laju deforestasi di kawasan hutan Kalimantan Tengah saja telah mencapai 400 ribu hektar pertahun akibat ekspansi lahan pertanian dan perkebunan kelapa sawit.

"Moratorium harus dipercepat, tentu saja, dengan perhitungan matang," ujar Teguh Surya, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonasia (Walhi), Senin (28/2/11).

Keterbukaan Informasi Susu Berbakteri

Kekukuhan Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta Institut Pertanian Bogor untuk tidak mengumumkan jenis susu formula yang mengandung bakteri Enterobacter sakazakii (ES) tidaklah mengagetkan. Meskipun hal itu telah diperintahkan Mahkamah Agung (MA) melalui putusan kasasi, 26 April 2010, yang berkekuatan hukum tetap. Secara umum, karakter birokratik para pejabat kita memang masih cenderung tertutup, bahkan untuk hal yang menyangkut informasi publik sekalipun.

Kualitas Penanganan Kasus Korupsi Menurun

Terjadi perubahan aktor korupsi selama semester kedua tahun 2010. Pada semester pertama, pelaku korupsi yang dijerat mayoritas berasal dari komisaris atau pejabat pembuat kebijakan di sektor swasta. Tren ini bergeser, karena pada semester kedua, staf dan pegawai pemerintah daerah menjadi pihak yang paling banyak menjadi tersangka kasus korupsi.

Orangtua Harus Mengawasi Pengelolaan Sekolah

"Lucunya di negeri ini, sekolah mahal sekali. Kami anak jalanan, jadi susah bersekolah," Denny Siregar menyanyi sambil memetik gitar, menirukan nada lagu "Andai Aku Gayus Tambunan" yang populer beberapa waktu terakhir. Bersama teman-temannya, siswa kelas tiga Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) Ibu Pertiwi, Pancoran, Jakarta, itu menampilkan drama di sela deklarasi Aliansi Orangtua Peduli Pendidikan Indonesia (APPI) di Gedung Proklamasi, Selasa (22/2/2011).

Pasien Miskin Keluhkan Administrasi Rumah Sakit

Sebanyak 70% pasien miskin pengguna kartu Jamkesmas, Jamkesda, Gakin dan SKTM mengeluhkan panjangnya alur administrasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rumah sakit. Mereka mengaku mendapat perlakuan diskriminatif ketika mendaftarkan diri dengan menunjukkan kartu jaminan kesehatan untuk pasien miskin.

"Akibatnya, pasien miskin enggan menggunakan kartu karena khawatir mendapat pelayanan berbeda," ujar peneliti Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, Febri Hendri, dalam media briefing hasil riset pelayanan rumah sakit di sekretariat ICW, Selasa (22/2/2011).

Apa Kabar Rekening Gendut?

“Kami menolak!”Tanpa ba-bibu Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menegasi putusan Komisi Informasi Pusat (KIP). Kita sungguh khawatir, sikap ini memperkuat tirani ketertutupan di institusi penegak hukum.

Pelajaran bagi MA dalam Mencari Hakim Pengganti

Mundurnya hakim konstitusi Arsyad Sanusi setelah dinyatakan terbukti melanggar kode etik oleh Majelis Kehormatan Hakim (MKH) seharusnya menjadi pelajaran bagi Mahkamah Agung dalam mencari hakim pengganti. MA didesak untuk memperbaiki mekanisme pemilihan calon hakim Mahkamah Konstitusi dengan mengacu pada ketentuan undang-undang, yakni transpa- ran, akuntabel, dan partisipatif.

Jangan Tangkap Koruptor Kecil Saja

Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat, yang membidangi hukum, Tjatur Sapto Edy mengungkapkan, Komisi Pemberantasan Korupsi diharapkan tak hanya menembak koruptor kecil. KPK juga harus berani menangkap koruptor besar yang mengisap sumber daya alam dan keuangan negara, yang hingga kini belum banyak tersentuh.

Jaksa yang Diduga Memeras Ditahan

Jaksa berinisial DSW, yang disangka memeras seorang pegawai badan usaha milik negara, Sabtu (12/2), resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi. DSW, yang bertugas di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang, Banten, Jumat malam, ditangkap penyidik KPK seusai menerima uang dari korbannya.

Subscribe to Subscribe to