Idham Arsyad

Dia giat menyuarakan reformasi agraria. Merintis jalan politik demi membela hak tanah petani dan masyarakat adat.

IDHAM Arsyad tak asing bagi penduduk Kampung Pasir Peuteuy, Desa Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ”Kami mengenalnya sebagai Bang Bogel,” kata Wowo Sopian, 47 tahun, petani dan sopir angkutan umum dari kampung itu. Jauh sebelum berkampanye di daerah itu sebagai calon legislator dari Partai Kebangkitan Bangsa, Idham sudah menjadi bagian dari Desa Nanggung. Lelaki 40 tahun asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini sejak 2005 membantu petani memperjuangkan hak tanah yang mereka garap sejak 1993. Advokasi Idham dimulai dari rumah petak yang kini jadi posko pemenangannya. Bertahun-tahun ia menyalakan keberanian penduduk desa untuk memperjuangkan hak mereka. ”Setelah tahu ilmunya, kami jadi sedikit berani,” kata Wowo.

Di rumah petak itu pula Idham membentuk Aliansi Masyarakat Nanggung Transformatif (Amanat). Kelompok itu dibentuk sebagai wadah per- juangan lebih dari 500 petani Desa Nanggung, Curug Bitung, dan Cisarua untuk menolak perpanjangan lahan hak guna sebuah perusahaan yang berakhir sejak Desember 2013. Perpanjangan itu membuat para petani tak bisa lagi menggarap lahan negara. Kebun-kebun yang selama ini menjadi sumber hidup sering dirusak preman dan jawara sewaan perusahaan. Kasus itu kini ditangani polisi. Para petani mendapat perlindungan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Memulai karier di Makassar, Idham hampir 15 tahun menjadi aktivis di Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Sarjana agama lulusan IAIN Malang ini tak hanya mendampingi petani dalam sengketa lahan di Nanggung, tapi juga di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Di sana dua petani tewas diberondong peluru aparat ketika tengah berunjuk rasa.

Mantan Sekretaris Jenderal KPA ini menyimpulkan, sengketa lahan tak bisa diselesaikan menggunakan jalan sosial dan hukum, tapi butuh perjuangan politik. ”Ini yang harus diintervensi,” kata Idham di rumahnya di Griya Bogor Asri, Kota Bogor.

Begitu mendapat restu dari Musyawarah Nasional KPA 2013, Idham mencari tunggangan politik. Karibnya, Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Malik Haramain, memberinya jalan. Idham, yang juga warga nahdliyin, tertarik. ”Partai ini konstituen terbesarnya warga nahdliyin, yang kebanyakan petani dan orang desa.”

Idham minta diplot sebagai wakil dari daerah pemilihan Jawa Barat 5 karena dekat dengan tempat tinggalnya. Ia didaftarkan dengan nomor urut 4, berderet dengan calon PKB lainnya, seperti pedangdut Muhammad Ridho alias Ridho Rhoma, juga komedian Muhammad Akri alias Akri Patrio, di daerah pemilihan yang sama.

Jalan Idham terjun ke politik semakin mulus ketika Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) ikut menyorongkannya. Idham alias Si Bogel termasuk 180 tokoh adat, aktivis, dan pekerja sosial yang layak dipilih pada Pemilu 9 April.

Kontrak untuk tetap memperjuangkan lingkungan dan kepentingan masyarakat adat di parlemen diteken. Jaminan integritas, komitmen, dan kompetensi Idham di parlemen juga diberikan Sekjen AMAN Abdon Nababan. ”Orang yang teguh dan konsisten dengan apa yang diperjuangkannya,” kata Abdon.

Mahasiswa magister sosiologi pedesaan Institut Pertanian Bogor ini telah lama membangun basis massa di daerah pemilihannya, yang 60-70 persennya petani dan buruh tani. Ini memudahkan para relawan Idham dari KPA, Rimbawan Muda Indonesia, Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif, Sawit Watch, AMAN, Telapak, dan Aliansi Gerakan Reforma Agraria berkampanye buatnya.

Tim ini dinamai Idham sebagai Tim Gerakan Desa Bangkit. Selain di Desa Nanggung, posko Amanat didirikan di kawasan Rumpin, Cigudeg, Bojong Kalapanunggal, Nyunjung, Sukajaya, dan Pamijahan. ”Pendekatannya ketuk pintu ke pintu,” kata Idham.

Idham mengharamkan dua hal: memasang poster atau spanduk di pohon dan politik uang. ”Saya anti-politik uang. Haram bagi saya,” ujarnya tegas.

Ia menyatakan telah mengeluarkan Rp 200 juta untuk pencalonannya. Sebagian besar untuk ongkos sosialisasi dan membuat atribut kampanye. Sisanya bantuan keluarga, sahabat, dan jaringan. Idham menaksir: setidaknya 100 ribu suara bisa dia dapat untuk menggaet 1 dari 9 kursi jatah daerah pemilihan Jawa Barat 5.

Majalah Tempo, Bukan Caleg Dalam Karung, 24-30 Maret 2014

Idham%20Arsyad.pdf (297.34 KB)

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan