Deni Jasmara

”Belajarlah hingga ke negeri Cina”. Ungkapan itu merupakan falsafah hidup yang dilaksanakan oleh Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Deni Jasmara. Yang paling utama bagi pria kelahiran Sumedang, 19 Februari 1971 adalah belajar mengenai semangat yang pantang menyerah dalam segala hal.

”Orang Cina, baik yang bekerja jadi tukang bakso ataupun pengusaha pantang menyerah,” ujar suami dari Dewi Mulyani ini dalam perbincangan dengan Republika belum lama ini. Deni mencontohkan, ketika tukang bakso di Cina mengalami kerugian hingga lima atau enam kali, mereka akan tetap bertahan. Sikap itu berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia yang jika gagal langsung pindah ke pekerjaan lain.

Konsep tidak mudah menyerah, kata ayah dari dua orang putra ini yakni Umar Paris Praja Utama (5 tahun) dan Noval Ali Praja Utama (2), diterapkannya saat berorganisasi. Misalnya, persoalan revisi Perda No 02 Tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandung. Hingga kini, Walhi bersama beberapa LSM lainnya sedang berjuang untuk membatalkan revisi RTRW Kota Bandung, walaupun revisi itu sudah disahkan wali kota. Meskipun gerakannya sering dikecam oleh sejumlah ormas, LSM, pemerintah, Deni bersama rekan-rekannya terus maju. Bagi lelaki berperawakan kecil ini, konsep tersebut akan menggiring pada kesuksesan.

Ia pun kemudian mengenang, saat pertama kali aktif di lembaga swadaya masyarakat (LSM). Karenanya, tak heran jika ia bertaruh dengan ucapan ketua LSM Poklan — tempatnya pertama kali berkiprah — yang bernama Rojahi. Lulusan SMAN I Situraja ini menjelaskan, perkataan Rohaji yang menyatakan sulit untuk eksis di LSM, seolah menantang dirinya. Mulai detik itu, Deni bertekad mengalahkan Rohaji dengan konsep yang ditekuninya.

Tahun demi tahun berlalu dan Deni bertahan di LSM yang bergerak di bidang lingkungan ini. ”Dulu Rohaji duduk di Direktur Walhi selama dua periode dan sayapun sekarang sudah dua periode,” katanya menandaskan. Keinginan untuk menyaingi seniornya itu bukan dilandasi oleh sikap ‘gila jabatan’. Namun, kata ia, sebagai motovasi untuk terus berjuang dan berbuat yang terbaik.

Anak ketiga dari enam bersaudara ini mengaku bergabung dengan Walhi bukan karena paham persoalan lingkungan. Sebagai orang desa, Deni melihat bumi menjadi indah jika lingkungan hijau, air tak berhenti mengalir, dan udara yang sejuk. Ketika sudah masuk ke Walhi, ia pun mulai mempelajari berbagai hal terkait dengan lingkungan.

Mengenai pilihannya bergabung dengan Walhi, Deni mengatakan, karena kegiatan, suasana dan tujuan Walhi jelas. Sebelumnya, lelaki lulusan Kesejahteraan Sosial Universitas Pasundan (Unpas) ini sempat aktif di organisasi masyarakat selama dua tahun. Namun ia merasa perjalanan ormas tersebut tidak cocok dengan hati nuraninya. Menurut dia, ormas sangat struktural. sehingga posisi atasan dan bawahan begitu terasa. Tidak ada kesetaraan dalam menjalankan tugas dan fungsi anggota.

Sejak kecil, Deni mengaku sangat aktif berorganisasi. Beberapa organisasi pernah ia geluti. Yakni Poklan, Lembaga Kreativitas Anak Pekerja Indonesia, Konsorsium Masyarakat Lingkungan Jabar, Swadaya Muda Bandung, Koalisi Jabar Sehat, Walhi Jabar, dan Koalisi Jabar Berkelanjutan. Dalam peringatan hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada 5 Juni lalu, Deni mengatakan, tidak ada kegiatan politis yang dilakukan Walhi. Peringatan, kata dia, lebih pada kegiatan kampanye mengajak masyarakat agar masyarakat peduli pada lingkungan hidup. (ren )

Republika, Selasa, 13 Juni 2006

Beberapa catatan mencalonkn DPD RI antara lain;
1. Salah satu kehancuran negeri ini karena kaum muda yang punya hati nurani, tidak pernah mau mengambil peran2 penting dalam politik Negara, selama ini kita hanya melakukan perbaikan diluar system, sementara urusan yang fundamental diserahkan pada mereka yang justru selama beberapa puluh tahun tidak bisa diharapkan.
2. DPD bukan sebuah keharusan untuk menang, tapi upaya terus mengobarkan semangat melawan dan mengambil posisi strategis Bangsa, agar para aktivis kedepan punya keberanian untuk itu.
3. Ada peran yang diamanatkan kepada DPD salah satunya pengelolaan Sumber Daya Alam dan sumberdaya ekonomi. Ini sangat relevan dengan apa yang dilakukan selama ini sebagai pegiat lingkungan, bahwa kita harus mengawal dan memastikan apa yang dilakukan oleh Negara dalam hal ini Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten, tidak keluar dari kepentingan social dan ecology.
4. Isu lingkungan hingga saat ini masih dipandang sebelah mata, parameternya dari APBN yang relative kecil dibandingkan dengan isu lainnya.
5. Beberapa yang perlu terus dikritisi antara lain, perlu dipertimbangkan pemekaran wilayah yang terjadi. Karena alih2 untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, kenyataannya jauh dari cita2 ideal. Terjadi eksploitasi SDA untuk peningkatan PAD, anggaran yang timpang dimana biaya pegawai jauh lebih besar dari biaya pembangunan.
6. Perlu ada peninjauan kembali atas hak pensiun anggota legislative, yang mana sejak tahun 1980an, Negara harus mengeluarkan dana ratusan milyar untuk pensiunan legislative.

05_0.pdf (174.74 KB)

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan