Abdul Aziz
Kiprahnya di Gedung Berlian tidak perlu diragukan. Dia tergolong anggota dewan yang vokal, bahkan legislator yang sekarang menjadi anggota Komisi D (bidang pembangunan) itu tergolong paling vokal di fraksi itu. Akibat kevokalannya, alumni IAIN Sunankalijaga Jogja itu sempat diancam oleh anggota dewan lainnya yang merasa terganggu dengan sikapnya itu.
Tekanan mental itu terjadi pada bulan Juli 2012, saat Kangdoel Aziz (begitu sapaan akrabnya) masih duduk di Komisi A. Putra menantu almarhum KH Ahmad Thoifur ini menyampaikan adanya dugaan dana “siluman” di dalam Nota RAPBD Perubahan Provinsi Jawa Tengah 2012. Dia menemukan keanehan, karena terdapat selisih anggaran yang cukup besar antara KUPA PPAS (Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara) dengan Nota RABPD Perubahan 2012, yang jumlahnya mencapai Rp 99,55 M.
“Muncul ketidak-samaan antara data yang disajikan dalam KUPA PPAS (Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara) dengan apa yang disajikan dalam nota perubahan APBD,” kata Abdul Aziz, Wakil Ketua Fraksi PPP kepada wartawansaat itu.
Selisih Rp 99,55 M itu muncul ‘ujugujug’, sebab dalam pembahasan banggar sebelumnya tidak ada, imbuhnya lagi. Itu adalah kenangan tak terlupakan. Apalagi sampai ada tekanan mental segala. Namun kami tetap fokus. Setelah disorot, akhirnya ada pelurusan dan perubahan” ucap alumnus MAN Denanyar Jombang ini.
Ada suka dan duka menjadi anggota legislatif. Namun demikian, Aziz masih merasa belum berhasil dan masih butuh waktu lebih lama lagi untuk berjuang diparlemen. Banyak sektor yang masih akan terus diperjuangkan, dan yang paling getol dia perjuangkan adalah sektor pembangunan infrastruktur. Mengingat kondisi infrastruktur, utamanya jalan jalan yang menjadi kewenangan provinsi, kondisinya memang paling buruk di antara provinsiprovinsi lain di Pulau Jawa.
Apalagi, sebagai anggota DPRD Jateng dari Dapil Jateng 3, yang meliputi Kabupaten Rembang, Pati, Blora dan Grobogan, Aziz sadar betul bahwa kondisi jalan di dapil Jateng 3 memang paling memprihatinkan diantara daerah lain.
“Kami akan terus mendorong agar pemerintah, baik pusat, provinsi dan pemerintah kota/ kabupaten mengalokasikan anggaran yang memadai untuk infrastruktur jalan, jembatan dan jaringan irigasi pertanian. Alhamdulillah, ada angin segar dari Gubernur Ganjar Pranowo, dengan menjadikan tahun 2014 sebagai tahun infrastruktur, meski nominalnya masih belum cukup (1,22 t dari target 1,7 t di tahun 2014). Kami akan terus mengawal target itu, agar hasilnya benar-benar maksimal,” ucap politisi yanggemar menulis artikel dan juga penulis buku berjudul “Politik Islam Politik” (Tiara wacana Jogja,1999).
Dengan pertimbangan itu, pada pemilu 2014 ini, diakembali maju mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Jateng. Oleh partainya, anggota Badan Anggaran DPRD Jateng itu kembali ditempatkan di Dapil 3 Nomor 1. Ada keinginan besar yang akan terus diperjuangkan, yaitu menjadikan provinsi Jateng setara dengan Jawa Timur dan Jawa Barat, sebagai provinsi tetangga yang memang lebih maju dari Jawa Tengah. Baik dari infrastrukur, perekonomian dan lain-lain.
“ Dari dulu sampai sekarang Jawa Tengah selalu tertinggal. Jawa Tengah harus berusaha mengejarnya, setidaknya bisa setara dengan Jawa Timur itu sudah bagus,” ungkapnya.
Dalam mengejar ketertinggalan itu, kata dia, kuncinya ada di dalam politik apbd nya yang di tahun 2014 mencapai 13,7 trilyun. Jika politik anggarannya maksimal, adil dan tepat sasaran, tentu akselerasi pembangunan akan terjadi yang pada akhirnya jawa tengah akan setara.
“Setelah politik anggaran baik, juga dibutuhkan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaanya. Agar tidak hilang karena dikorupsi,” pungkas caleg yang mengusung misi menjadikan politik sebagai sarana memperjuangkan Jawa Tengah setara (saf ).