Bangga Menjadi Generasi Antikorupsi
Regenerasi dan peningkatan kapasistas individu adalah dua isu penting di ICW. Bisa dibilang, ICW diisi oleh banyak aktivis dari generasi muda. Salah satunya di divisi public fundraising, divisi yang menjadi tulang punggung ICW untuk program donasi publik, sekaligus sebagai pusat kampanye penyadaran anti-korupsi. Divisi inilah yang juga menginisiasi berbagai macam produk (merchandise) yang digunakan sebagai media kampanye dan sosialisasi, dan secara bersamaan mendorong kesadaran publik dalam mendukung gerakan anti korupsi melalui program donasi publik.
Semangat yang menyala dan kemauan untuk belajar membuat proses peningkatan kapasitas individu di ICW menjadi lebih mudah. Program capacity building yang didukung oleh DANIDA juga menyasar divisi public fund raising. Peningkatan skill photography, copy writing, packaging produk merchandise dan strategi pemasaran dan pemanfaatan media sosial seperti twitter, instagram dan facebook menjadi fokus area pengembangan kemampuan staff.
Hasilnya cukup menggembirakan karena donasi publik dari penjualan merchandise meningkat 100 persen, produk merchandise semakin kreatif, penyusunan pesan anti-korupsi pada produk merchandise yang makin baik, dan meningkatnya jumlah followers pada akun twitter @SahabatICW yang mencapai 34 ribu pada tahun 2016. Selain itu, kerjasama program donasi publik juga makin meluas, diantaranya dengan komunitas hobi dan BUMN seperti PT KAI dan Ruang Rupa (RuRu).
Demikian pula ICW mengajak para pesohor untuk terlibat langsung dalam kampanye anti korupsi. Kurang lebih 23 public figures berkomitmen mendukung gerakan anti korupsi. Mereka berasal dari kalangan artis, musisi, jurnalis, tokoh masyarakat, pejabat negara, akademisi & seniman. Diantaranya adalah SLANK, Budiman Sudjatmiko, Najwa Shihab, Pangeran Siahaan, J-Flo, Danang&Darto, dan Vincent&Desta.
Selain divisi public fund raising, divisi riset juga melakukan pengayaan kemampuan penelitian dan analisis terhadap isu tertentu yang sedang dan akan ditangani serta peningkatan kemampuan bahasa Inggris. Hasilnya pun cukup memuaskan karena staff divisi riset memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup memadai sehingga sumber bacaan dan referensi mereka semakin luas. Pemahaman terhadap metodologi riset, terutama mix method juga berkembang, sekaligus pemahaman mengenai alur penelitian.
Semua capaian diatas dapat dikatakan telah menunjang pencapaian misi internal lembaga dimana ICW berupaya untuk membentuk individu/staff yang memiliki prinsip anti korupsi, berkualitas dari sisi kemampuan dan ketrampilan, kompeten, berintegritas, dan memiliki perspektif keadilan sosial dan gender. ***