Winardy Darwis: Selalu Tertarik Mengusut Korupsi [25/06/04]

Pembobol uang rakyat di Garut boleh merasa dongkol. Pasalnya, upaya penegakan hukum yang dilakukan Kejaksaan Negeri Garut tidaklah selembek dodol. Kasus paling mutakhir yang terus diusut adalah dugaan korupsi Rp 6,6 miliar yang melibatkan jajaran wakil rakyat setempat. Yang menggembirakan, proses pengusutan itu cukup cepat. Hanya berbilang minggu, kejaksaan setempat berani menetapkan empat orang tersangka. Bahkan penahanan akan dilakukan jika ada anggota DPRD Garut yang tidak kooperatif.

Dalam urusan bongkar-bongkaran kasus korupsi inilah, sosok Kepala Kejaksaan Negeri Garut Winardy Darwis, 53 tahun, menyembul. Ia tampil penuh percaya diri, bahkan seolah tak ada masalah, walau yang diusut adalah orang-orang terhormat. Itu bisa dimaklumi karena bukan sekali ini saja alumnus Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, ini menangani kasus korupsi. Di tempat-tempat ia bertugas, kasus serupa dibongkarnya. Di mana-mana, saya selalu tertarik menangani tindak pidana korupsi, kata Darwis, yang menjadi jaksa sejak 1980, kepada Tempo News Room.

Saat di Padang, Sumatera Barat, sekadar contoh, ayah tiga orang anak ini berhasil membongkar korupsi dana bantuan Bank Dunia Rp 6 miliar. Ketika di Lombok, ia juga berhasil membongkar kasus korupsi miliaran rupiah yang dilakukan pegawai PDAM. Kasus-kasus serupa juga muncul saat Darwis bertugas di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, dan Maluku. Sikap tegas yang sama akan diterapkan saat mengusut dugaan korupsi di DPRD Garut. Tak hanya itu, tikus-tikus yang suka memakan uang rakyat dalam delapan kasus korupsi di Garut, termasuk dugaan korupsi Kredit Usaha Tani senilai Rp 7,5 miliar, tak akan dibiarkan tidur tenang.

Semakin banyak menangani kasus korupsi, pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, ini makin tahu bahwa mengenyahkan korupsi memang bukan urusan gampang. Selain sulit mencari barang bukti--karena pelakunya begitu mahir menghilangkan jejak--kalangan jaksa juga rentan dengan tawaran damai alias suap. Apalagi, orang mafhum, gaji resmi seorang jaksa sungguh tak banyak.

Darwis mengaku, ia juga sering mendapat tawaran damai seperti itu. Bahkan, jujur ia berkata, sebagai manusia biasa, terkadang tawaran itu begitu menarik hatinya. Tetapi, untunglah, Darwis selalu ingat ajaran ngaji yang dulu disampaikan orangtuanya. Salah satunya, cerita tentang sikap Nabi Muhammad yang akan bersikap tegas jika sampai anaknya, Fatimah, kedapatan mencuri. Tak tanggung-tanggung, Muhammad siap untuk memotong sendiri tangan putrinya itu. Kisah luhur yang disampaikan orangtuanya itu terus membekas dan menjadi pegangan. Kebetulan, saya dibesarkan di keluarga Muhammadiyah. Orangtua saya dedengkot Muhammadiyah di Sumatera Barat, katanya.

Ia sadar, bersikap tegas punya risiko, termasuk kemungkinan diburu oleh orang-orang yang diusutnya. Tetapi, Darwis kalem saja menyikapi hal-hal seperti itu. Sebab, mati bukan urusan manusia. Kalau sudah ajal menjemput, di mana pun bisa terjadi, termasuk di tempat tidur. Itu semua Allah yang berkuasa! katanya enteng. bobby gunawan

Sumber: Koran Tempo, 25 Juni 2004

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan