Purnomo Tahu Broker BBM; Arifin Panigoro soal Keterlibatan Kroni Pejabat

Keterlibatan pejabat dan kroninya sebagai broker BBM (bahan bakar minyak) diakui pengusaha perminyakan. Arifin Panigoro, bos PT Medco Energi Internasional, menyebut nama menteri energi dan sumber daya mineral mengetahui banyak tentang broker-broker yang merugikan negara itu.

Pak Purnomo saya kira tahu banyak keterlibatan broker-broker BBM yang baru dihidupkan lagi pada masa Megawati tersebut, ujar Panigoro saat dihubungi Jawa Pos kemarin.

Apakah Purnomo yang menjadi menteri energi pada zaman Gus Dur, Megawati, dan SBY tersebut juga ikut menjadi broker? Saya kira Pak Purnomo tahu. Tapi, saya tidak bilang bahwa dia terlibat, ungkapnya. Untuk membuktikan keterlibatan menteri energi itu, Panigoro menyatakan perlu diadakan penyelidikan lebih lanjut.

Menurut dia, keterlibatan unsur-unsur kekuasaan dalam proses jual beli tersebut disebabkan banyaknya keuntungan yang didapat. Memang, ini merupakan duit besar. Jadi, siapa yang menguasai Pertamina akan memanfaatkan hal ini. Siapa pun penguasanya akan tergoda untuk memanfaatkan hal ini, ungkapnya.

Sementara itu, anggota Komisi XI DPR Emir Moeis yang juga dikenal sebagai pengusaha perminyakan mengemukakan bahwa langkah Pertamina melibatkan broker BBM dalam pengadaan minyak mentah dan BBM merupakan hal yang biasa. Misalnya, Far East Oil Trading Company dan Petral yang juga anak perusahaan Pertamina, ujarnya.

Selain itu, ada salah satu perusahaan nasional yang juga diduga sering menjadi broker penjualan minyak Pertamina, yakni Lirik Petroleum. Perusahaan tersebut dipimpin Suryo B. Sulisto yang pernah mencalonkan diri sebagai ketua umum Kadin Indonesia.

Hal itu disebabkan kedekatan hubungan perusahaan tersebut dengan Aburizal Bakrie yang juga menjabat Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu. Tidak. Kami hanya perusahaan perminyakan yang melakukan eksplorasi, bantah Madjedi Hasan, advisor Lirik Petroleum.

Anggota Komisi XI yang juga anggota panitia anggaran Rizal Djalil mengaku kegerahannya juga adanya broker BBM. Rizal mengatakan, muara broker BBM akan terlihat pada audit laporan keuangan Petral.

Kuncinya ada di Petral sebagai anak perusahaan Pertamina. Jika audit keuangan Petral selesai, akan ketahuan berapa kita dirugikan dan siapa aktornya, kata Rizal, lantas menambahkan bahwa kerugian negara diperbesar oleh penyelendupan yang besarnya 10-15 persen.

Dari audit sementara Petral yang dilakukan DPR, ditemukan beberapa mantan pejabat yang diduga terlibat dalam mekanisme impor atau ekspor BBM dengan menggunakan trading companies atau broker. Menurut dia, keberadaan broker memang meresahkan.

Misalnya, terjadi selisih penerimaan devisa dari ekspor BBM dengan impor yang sangat tidak wajar. Dari data yang dia peroleh, pendapatan devisa dari ekspor BBM hanya USD 500 juta. Besaran impor mencapai USD 1,5 miliar.

Sebenarnya peran broker minyak (oil trading companies) untuk jual beli minyak mentah dan BBM merupakan hal yang biasa dalam perdagangan minyak internasional. Hal itu disebabkan perusahaan-perusahaan minyak dunia kerap melakukan hedging (lindung nilai) untuk menghindari dampak kerugian akibat fluktuasi.
Langkah ini dilakukan dengan membeli kontrak berjangka sehingga ada proses lock up harga. Selanjutnya, kontrak pembelian itu yang diperdagangkan pada pemerintah negara yang membutuhkan minyak atau BUMN perminyakan seperti Pertamina.

Selanjutnya, pengadaan minyak menggunakan mekanisme tender. Permasalahan muncul ketika dalam tender ternyata terdapat nama-nama orang tertentu yang kerap menjadi pemenang.

Sementara ketika dikonfirmasi, Purnomo enggan berkomentar. Broker importasi? Saya tidak tahu. Kerabat dekat yang bagaimana dulu? Saudara, teman dekat, pacar? kilahnya. Lalu ketika wartawan Jawa Pos/Indo Pos menyebutkan nama Mamak dan Reza yang kabarnya banyak dikenal oleh praktisi perminyakan sebagai orang dekat Purnomo, mantan presiden OPEC itu memilih menyingkir.

Dalam rapat dengar pendapat yang diagendakan untuk membahas temuan Tim Indonesia Bangkit tentang broker BBM, Purnomo tampak diberi keleluasaan oleh anggota DPR untuk memberikan jawaban secara tertulis.

Purnomo mengemukakan, ada pejabat Pertamina yang memberikan keterangan resmi kepada pers dalam waktu bersamaan. Padahal, acara di kantor pusat Pertamina bukan konferensi pers untuk menjawab temuan TIB, melainkan pengundian hadiah satu unit mobil Honda Jazz dari penjualan produk pelumas Pertamina.

Sedangkan pejabat Pertamina yang dikonfirmasi mengenai keterlibatan para broker tersebut mengemukakan, keterlibatan mereka malah menguntungkan Pertamina. Kalau dengan Petral, kita bisa menunggak hingga 3 bulan pembayaran, timpal Arie Sumarno, direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (persero) yang juga mantan dirut Petral.

Seharusnya tahu dulu perdagangan minyak internasional sebelum membuat komentar nggak karuan yang berkembang, serunya dengan nada mengecam.

Arie mengemukakan, saat ini Pertamina tidak akan ambil pusing terhadap kebocoran-kebocoran yang dikemukakan. Buat apa kami nanggepin mereka. Lebih baik saya konsentrasi kerja untuk masyarakat dengan mengoptimalkan pengadaan BBM, pungkasnya. (iw/sof/yun)

Sumber: Jawa Pos, 28 Juli 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan