Pilih Tebang

Dampak persoalan internal yang melibat Partai Demokrat telah membuat gerah pendiri dan pemrakarsa utama partai, Susilo Bambang Yudhoyono(SBY),sehingga memberikan keterangan pers yang justru memunculkan bahan perdebatan baru.

Sosok Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Demokrat, sungguh sangat kharismatik sehingga memaksa seorang kepala negara memberikan penjelasan persoalan internal partai kepada masyarakat umum.

Suatu kejadian yang belum pernah ditemui dalam sejarah pemerintahan selama ini, bahkan mungkin tidak akan terjadi pada negara-negara lain yang menganut paham demokrasi. Apalagi, peristiwa yang terjadi bukan bersifat nasional, seperti ancaman terorisme ataupun skandal pejabat negara, pembantu presiden.

Muhammad Nazaruddin (MZ) memang sosok yang menghebohkan. Berhasil mengalahkan pemberitaan tentang Nunun Nurbaeti,dan bahkan diskusi tentang para pengemplang BLBI dan penggasak dana Bank Century. “Red Notice” telah dikeluarkan, sehingga pihak Interpol, aparat kepolisian berbagai negara punya kesempatan menangkap buronan yang satu ini.

Namun, siapa yang akan peduli.MZ bukan seorang teroris seperti almarhum Osama bin Laden.Negara mana yang akan terusik oleh MZ selain para pemimpin Demokrat dan segelintir pejabat tinggi Indonesia.Apa manfaat bagi mereka untuk berpayah- payah mencari MZ?

Bahkan, suatu “a very Red Notice” agaknya tidak akan punya pengaruh apa-apa terhadap para penegak hukum mancanegara. Kekesalan akibat ulah MZ juga mendorong SBY mengimbau masyarakat untuk ikut serta mencari MZ.

Sungguh suatu imbauan yang tepat selaku Ketua Dewan Pembina Demokrat, yetapi agak berlebihan bila disampaikan oleh seorang Kepala Pemerintahan. Dalam kapasitas sebagai presiden,SBY bisa memerintahkan Kapolri dalam waktu tiga kali dua puluh empat jam membawa pulang MZ.Taruhannya adalah jabatan.

Dapat meminta menteri hukum dan HAM bekerja keras menggunakan aparat imigrasi untuk melakukan koordinasi dengan pihak lain. Bila tidak mampu, silakan mundur dari jabatan.Banyak yang bisa dilakukan dari sekadar minta bantuan masyarakat.

Agaknya lingkar satu partai dan lingkar satu istana kurang mampu menjalankan fungsi memberikan pertimbangan sebelum presiden menyampaikan keterangan pers. Gonjang-ganjing politik yang berlangsung dalam panggung pemerintahan dewasa ini tidak terlepas dari kekurangsiagaan aparat penegak hukum, termasuk Komisi Penanggulangan Korupsi (KPK), dalam menjalankan tugasnya.

Kasus Bank Century dibiarkan tanpa ada arah yang pasti meski telah membuat hiruk-pikuk pemberitaan sebelumnya. Skandal Gayus Tambunan juga lenyap begitu saja, tanpa jelas di mana duduk persoalan besar yang ada. Belum lagi kasus Antasari Azhar, Melinda Dee, dan berbagai tindak pidana kelas kakap yang tidak pernah terselesaikan secara wajar.

Agaknya memangsikap “pilih tebang”, bukan “tebang pilih” yang sedang dilakukan. Kalau “tebang pilih”,yang utama ditebang dulu semua,baru dipilah-pilah mana kasus yang perlu mendapat hukuman berat dan mana yang merupakan kesalahan peraturan. Sedangkan “pilih tebang”, dari awal memang dipilih-pilih dulu mana yang harus ditebang.

Meski sudah dianggap tidak berguna dan berbau menyengat,kalau merupakan tonggak yang penting atau dianggap penting bagi suatu kepentingan, maka tidak bakal jadi ditebang. Perkembanganberbagaipersoalan yang hangat dibicarakan pada saat ini segera akan mereda menjelang awal bulan.

Pada saat umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan,semangat untuk saling memaafkan akan segera tumbuh, apalagi bagi bangsa pelupa dan pemaaf seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. “Talkshow” yang menggebu, editorial yang menohok dan pemberitaan yang dikecam lewat penjelasan pers SBY akan segera berganti dengan pengajian.

Siraman rohani serta ajakan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.Semua itu akan segera terjadi. Jadi, buat apa marah-marah, kesal ataupun merasa terganggu oleh ulah MZ. “Anjing menggonggong,kafilah tetap berlalu”.

Pemberitaan gencar, MZ tetap tidak bakal ditemukan.Jadi,buat apa membuang energi untuk mencari dan gembar-gembor tanpa arti,Juga menggaji wartawan untuk membuat pemberitaan, apalagi mengundang pakar dan pengamat untuk memberikan pandangan. Bulan puasa sudah dekat dan nuansa dalam kehidupan masyarakat juga akan segera berganti.
PRIJONO TJIPTOHERIJANTO Dosen sekaligus pengamat sosialkemasyarakatan
Tulisan ini disalin dari Koran Sindo, 8 Agustus 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan