Pengusaha Berusaha Baik kepada Semua Calon Presiden [22/06/04]

Dalam sebuah jamuan makan siang di sebuah hotel di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, pekan lalu, delapan pengusaha besar yang datang dari semua warna dan latar belakang berbicara tentang rencana berpartisipasi terhadap calon presiden dan calon wakil presiden.

Seorang pengusaha besar yang bergerak di bidang industri, jasa, dan farmasi (atas nama etika, nama dan perusahaannya tidak disebutkan-Red) memberi gambaran tentang para calon.

Menurut dia, sejumlah pengusaha Indonesia kini terbagi dalam beberapa kelompok yang mendukung salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden. Saya menjelaskan ini untuk sekadar memberi peta, terserah Anda semua hendak memilih yang mana. Pemetaan ini pun tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi Anda, kata pengusaha ini.

Kelompok pengusaha yang hadir pada pertemuan itu, pertama, terdiri atas kelompok usahawan yang amat kaya, beberapa di antaranya pernah diketahui dekat dan agak dekat dengan rezim Soeharto (1967- 1998). Mereka pernah menikmati korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang cukup kencang. Para pengusaha ini tampaknya secara bulat memberikan suaranya kepada calon presiden yang pernah dekat dengan Soeharto dan keluarga Soeharto. Salah satu pertimbangan kelompok ini adalah para ekonom dan periset yang pernah mempunyai reputasi tinggi bergabung dengan kelompok ini.

Kelompok kedua mempunyai beberapa ciri: bisnisnya amat berkembang dalam tiga tahun terakhir, suka cari selamat karena banyak KKN, pernah banyak urusan dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dekat dengan beberapa pejabat, dan hendak meneruskan KKN. Pengusaha ini pasti akan memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden yang kalem tetapi tidak mempunyai komitmen kuat menegakkan hukum. Saya tak mau menyebut namanya, tetapi akhhh, kalian tahu siapa calon pasangan nomor satu Indonesia ini, ujarnya.

Kelompok ketiga terdiri atas beberapa gelintir pengusaha besar, ditambah para pengusaha menengah, dan sedikit di bawah kelas menengah. Mereka memilih calon presiden dan wakil presiden yang belakangan populer. Para pengusaha tersebut memandang pasangan ini memberi harapan pada perbaikan ekonomi dan terutama penegakan hukum. Anda tahu siapa pasangan ini, tetapi saya sama sekali tidak ingin mempengaruhi, kata pengusaha berusia 60-an tersebut.

Kelompok keempat adalah pengusaha yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden yang popularitasnya naik. Mereka ini gado-gado, ada pengusaha besar, pengusaha menengah, dan pengusaha kecil.

Kelompok kelima juga gado-gado. Ada pengusaha besar, kecil, dan menengah, tetapi populasinya kecil. Mereka adalah orang-orang yang setia kepada pasangan pilihan mereka. Mereka tahu pasangan tersebut tampaknya akan kalah dalam pemilihan, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Hal yang terpenting adalah setia kawan dan menghormati demokrasi.

Seusai menjabarkan hal tersebut, pengusaha yang bergerak di bidang industri, jasa, dan farmasi itu meminta kepada Kompas yang hadir dalam acara itu untuk tidak menyebut satu pun nama. Kami sama sekali tidak takut, tetapi kami pengusaha yang sebisa mungkin menghindari gesekan. Kami memilih bersikap manis kepada semua calon presiden dan wakil presiden. Siapa saja yang dipilih rakyat untuk memimpin negara ini pasti orang istimewa, katanya.

BEBERAPA pengusaha yang hadir di forum kecil itu menyebutkan agak repot jika hendak mendukung hanya satu pasangan. The proper way adalah mendukung semua pasangan yang ada. Bicara blak-blakannya begini deh. Andai kata saya mempunyai dana cadangan untuk kepentingan membangun image sebesar Rp 3 miliar, saya akan membagi rata, masing- masing Rp 500 juta. Dengan catatan pasangan calon pemimpin itu bersedia menerima sumbangsih. Bukankah ada yang menyatakan tidak mau menerima kontribusi karena tidak mau utang budi atau karena tidak mempunyai manner menadahkan tangan. Wuuihh, ia pasti hebat. Calon Presiden Amerika Serikat yang kaya saja mau menerima kontribusi publik kok, ujar seorang pengusaha yang bergerak di bidang ritel dan properti.

Ucapan pengusaha ritel dan properti ini didukung beberapa temannya. Dasar berpikir mereka adalah pengusaha yang enggan repot, enggan dicemberutin oleh pasangan yang naik panggung kekuasaan, maka jalan yang paling arif ditempuh adalah bersikap manis kepada semua pasangan calon presiden-wakil presiden. Artinya, sebaiknya kita memberi kontribusi kepada semua calon, katanya.

Hal yang kemudian banyak dipersoalkan orang adalah apa makna pemberian sumbangan itu? Bagi penyumbang, apakah itu bukan upaya menanam investasi agar bisa dekat dengan calon pasangan pemimpin besar bangsa? Apakah itu bukan bibit untuk memberi ruang kepada KKN atau hubungan yang bias?

Sebaliknya, bagi penerima sumbangan, apakah itu bukan berarti utang budi? Atau sebutlah sumbangan itu bukan utang budi, bukankah itu bakal membuat penerima rikuh bertindak tegas kepada para penyumbang kalau para penyumbang itu melakukan tindak pidana?

Urusan memberi dan menerima sumbangan beginian, sungguh bikin repot, kecuali apabila sang penerima sumbangan mampu melakukan mati rasa atau membuang semua aspek ketimuran. Anda mau menyumbang silakan, tetapi kalau Anda nakal, saya hantam. Jika terbukti melakukan tindak pidana, saya support jalan untuk menjatuhkan hukuman penjara kepada Anda. Ini mungkin bisa dilakukan dengan mudah oleh orang yang mempunyai talenta cold blood.

USAHAWAN Sudhamek Agoeng menyatakan, ia tidak sependapat kalau ada penyamarataan asumsi atas pemberian kontribusi kepada calon presiden dan calon wakil presiden.

Menurut CEO Grup Garudafood ini, para pengusaha atau siapa saja yang mempunyai uang sah atau legal memberikan sumbangan kepada calon presiden dan calon wakil presiden, sepanjang sumbangan tersebut sejalan dengan aturan yang berlaku.

Ia mencontohkan bahwa sejak berusia lima tahun hingga kini berusia lima puluhan tahun, ia berteman dengan seorang pria yang kini menjadi calon presiden. Kebetulan, sebagai pengusaha yang mempunyai uang cukup besar, maka ia memberi kontribusi materi kepada calon presiden itu. Apakah hal ini keliru? Padahal, ini dilakukan karena ia ingin melihat teman kecilnya itu sukses. Apakah tidak wajar membela teman semasa kecil? Pokoknya asal jumlahnya wajar dan tidak ada sangkut paut utang budi di situ, kata Sudhamek.

Ia menyimpulkan bahwa menyumbang calon presiden dan wakil presiden boleh dilakukan sepanjang pemberian itu dalam batas-batas wajar atau tidak menentang rule yang ada. (Abun Sanda).

Sumber: Kompas, 22 Juni 2004

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan