Pelaku Korupsi Itu Seperti Bermain Sirkus
Reza Mustar, atau yang kerap dikenal dengan panggilan “Azer” adalah seorang seniman yang aktif di media sosial. Terbukti dengan banyaknya jumlah pengikut di instagramnya, hingga hari ini jumlah pengikutnya sudah menyentuh angka 144.000 orang. Namanya melejit karena karya-karya seninya yang dikemas dengan bentuk komik. Tak jarang karya yang dihasilkannya sejalan dengan nilai-nilai antikorupsi. Mulai dari gambar mengenai ketimpangan hukum di Indonesia, kasus korupsi teranyar seperti KTP-El, sampai tentang penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan pun berseliweran di dunia maya.
Kurnia Ramadhana, dari Indonesia Corruption Watch mewawancarai Azer pada 14 Desember 2017 lalu. Azer banyak bercerita mengenai pandangan dirinya terhadap isu korupsi, kondisi Indonesia saat ini, serta peran anak muda dalam dunia pemberantasan korupsi.
Menurut Azer korupsi itu apa?
Korupsi itu mengambil hak orang lain. Sebenarnya selain itu tindakan-tindakan kecil bisa dibilang korupsi juga, seperti saat kita mengendarai kendaraan di jalan lalu kita mengambil hak pejalan kaki. Itu korupsi juga menurut gue.
Kondisi Indonesia sekarang menurut Azer seperti apa, utamanya soal korupsi?
Pelaku korupsi itu seperti bermain sirkus, contohnya nih ya ada orang yang tertuduh korupsi tiba-tiba sakit kayak anak SD biar ga dipanggil KPK. Seperti dagelan politiklah. Kalau soal pemerintahnya sih belum terlalu banyak perubahan signifikan dari pemerintah sebelumnya, walaupun sudah sedikit lumayan tapi belum ada grafik kenaikan yang bagus sih.
Bisakah diceritakan karya tentang karya Azer tentang Novel Baswedan dan pemberantasan korupsi?
Itu agak dadakan ya, saat itu gue lagi di perjalanan menuju bandara Labuhan Bajo, nah di jalan gue baca-baca berita di handphone tentang penyiraman air keras ke Pak Novel Baswedan. Seketika gue pengen respon kasus itu, akhirnya gue cari deh apa aja yang ada di tas gue, ternyata adanya kertas post it sama spidol, ya sudah gue tulis aja #SayaNovelBaswedan terus tempel di kaca bandara, sesimpel itu aja. Cuma pengen nunjukin kalau Pak Novel tidak sendirian, banyak orang-orang yang masih waras peduli sama dia
Pandangan Azer terhadap DPR yang selalu ingin melemahkan KPK seperti apa?
Kalau soal ini gue selalu ingat kata-kata idola gue Almarhum Gusdur, dia bilang kalau DPR itu kayak taman kanak-kanak. Gue sih sepakat dengan dia, terus gue nggak pernah simpatik dengan mereka, karena mereka gue anggap bukan wakil gue.
Apa yang seharusnya anak muda lakukan?
Kalo gue dulu tumbuh di era reformasi, figur gue dulu di era 98 ada almarhum Elang, anaknya Ibu Sumarsih, dan saat itu bacaan di era gue buku-buku Che Guevara, saat itu juga gue udah punya kesadaran soal bahayanya korupsi. Nah kalau zaman sekarang anak muda lebih sering share daripada baca, itu yang harus diubah. Informasi itu bukan ilmu pengetahuan, tapi buku. Jadi anak muda sekarang seharusnya diperbanyak soal literatur baca bukunya, supaya bisa paham keadaan sekarang.
Pewawancara: Kurnia Ramadhana
Penulis: Kurnia Ramadhana