Media Tidak Boleh Melakukan Tawar-Menawar Terhadap Korupsi

Foto: style.tribunnews.com - Alfito Deannova Ginting, Jurnalis
Foto: style.tribunnews.com - Alfito Deannova Ginting, Jurnalis

Alfito Deannova Ginting atau lebih dikenal dengan Alfito Denova adalah salah satu jurnalis televisi Indonesia. Alvito mengawali kariernya sebagai pembaca berita di Liputan 6 SCTV sejak tahun 2000 sampai 2007. Kemudian bergabung dengan TV One dan saat ini menjadi jurnalis di CNN TV Indonesia. Pada Februari 2017 lalu, pria yang dikenal ramah ini pernah menjadi moderator dalam debat kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.  

Dalam wawancara bersama Kurnia Ramadhana dari Indonesia Corruption Watch, 25 September 2017 di kantor CNN Indonesia, Alfito menjawab sejumlah pertanyaan tentang korupsi dan pelemahan terhadap KPK serta bagaimana seharusnya media bersikap dalam pemberitaan kasus korupsi di Indonesia.

Menurut Mas Vito, apa sih korupsi itu?

Korupsi adalah tindakan mengebiri hak asasi manusia lain. Sebab adanya korupsi, distribusi kekayaan, kesejahteraan menjadi terancam. Korupsi juga menurut saya berakar dari pembiaran yang selama ini masih terus terjadi. Kita katakan sekarang sudah mulai ada perubahan, misal anak-anak sekolah akan mulai mendapatkan kurikulum antikorupsi, tetapi kalau misalnya dia masih melihat orangtuanya melanggar lalu lintas kemudian bayar, mereka masih melihat koruptor tidak dihukum secara tuntas, tidak ada efek jera. Di Indonesia, koruptor masih bisa maju sebagai kandidat politik, hidup tenang dan kaya raya dengan menghabiskan uang negara dan membuat kita tidak lepas dari belenggu korupsi.

Bagaimana media seharusnya memberitakan kasus korupsi?

Media adalah sarana yang paling efektif untuk memberitakan kasus korupsi atau pelanggaran dan suap. Yang paling penting ada kesadaran dari media bahwa mereka adalah ujung tombak, meskipun ada media sosial, tetapi media konvensional adalah tempat berkumpulnya pencari berita yang terukur dan teruji seharusnya, dalam upaya menyampaikan berita kredibel, terverifikasi dan punya akuntabilitas yang memadai. Media tidak boleh melakukan tawar-menawar terhadap korupsi yang dilakukan. Media seharusnya tidak terbelenggu oleh kepentingan apapun dalam menjalankan tugasnya sebagai pilar keempat demokrasi. Sampai sejauh ini pemberitaan korupsi sudah cukup baik tetapi belum optimal, sehingga harapannya tentu bisa lebih optimal.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini sedang dilemahkan dengan berbagai cara, apa tanggapan Mas Vito?

Saya termasuk orang yang percaya bahwa KPK adalah lembaga yang harus diawasi. KPK tidak bisa ditempatkan sebagai lembaga yang tanpa cela. Maka salah satu kerja media adalah melakukan pengawasan dan kontrol sosial terhadap KPK. Tapi kita sadar juga bahwa KPK adalah satu-satunya harapan terakhir kita untuk memastikan negeri ini tidak terkorelasi selalu terhadap korupsi termasuk terwujudnya good governance dan clean government, maka KPK harus benar-benar dijaga. KPK juga seharusnya tidak diganggu oleh kepentingan politik, sebab KPK bekerja untuk pemberantasan korupsi. KPK itu berdiri karena undang-undang yang dibuat oleh orang-orang politik ada kesepakatan bersama harus ada lembaga yang bernama KPK. Kalau seandainya KPK mau dilemahkan buat saja undang-undang yang melemahkan KPK. Tapi pertanyaannya seberapa kuat upaya itu bisa dilakukan? Sebab publik juga tahu siapa yang bekerja dan siapa yang mengambil keuntungan dari sebuah keadaan. Selanjutnya harus ada peran yang lebih tegas lagi dari Presiden Jokowi. Dalam sejarah perjalanan KPK, pelemahan KPK selalu buntu sebab yang harus dipahami adalah publik ada di belakang KPK.

Sebagai jurnalis, apa yang bisa Mas Vito lakukan untuk ikut serta mendukung pemberantasan korupsi?

Saya hanya bisa mewakili CNN. CNN akan berada paling depan dalam upaya pengungkapan korupsi. Tapi media hanya bisa merekam, mengumpulkan dan menganalisis, lalu menyampaikannya kepada publik. Walaupun hal yang utama dilakukan media adalah tidak menutup-nutupi apa yang harusnya terbuka. Serta mudah-mudah dengan segala apa yang diberitakan, generasi mendatang akan paham bahwa betapa jahatnya korupsi.

Apa pesan untuk anak muda agar ikut serta dalam pemberantasan korupsi?

Pertama, berhentilah memikirkan diri sendiri. Misalnya memikirkan kemana saya liburan, berapa mobil mewah yang akan saya miliki dan lain sebagainya, disitulah cikal bakal korupsi mucul. Jika kita tidak mulai dari sekarang dan tidak mulai dari Anda, kita tidak akan bisa menuntaskan pekerjaan rumah ini. Bagaimana tingkat usia korupsi itu menjadi semakin muda. Zaman dulu, koruptor itu ada di lini eselon satu, tingkat menteri dan seterusnya, sekarang anak usia 30-an sudah bisa berpikir mengumpulkan uang yang bukan haknya untuk kepentingan dirinya. Untuk teman-teman muda pahami bahwa negeri ini punya kita, kita rawat bersama dan kita nikmati bersama. Bukan menikmati sendiri-sendiri.

Pewawancara: Kurnia Ramadhana

Penulis: Nisa Rizkiah

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan

 

Tags