Mapan dan Rehabilitasi Aceh

Hampir di setiap forum workshop LSM, nama Paolo Freire kerap muncul sebagai rujukan pemikiran tentang gerakan partisipatif dalam memperbaiki struktur sosial. Freire bukan akademisi borjuis. Ia tidak hanya duduk di belakang meja, tetapi turun ke tengah kemiskinan, buta huruf, sikap introvert masyarakat level rendah Brasil yang dikepung mitos kekuasaan dan modal.

Kerja Freire berhasil menunjukkan satu hal penting, gerakan sosial partisipatif harus menjadi sedikit hal praksis ketika ingin menyentuh conscientizacao (penyadaran) masyarakat. Bukan dalam arti membuang seluruh pengetahuan dan pengalaman, tetapi mengiris hal-hal usang demi kontekstualisasi peran sosial yang lebih segar. Tetapi benarkah gagasan Freire mudah dibuktikan dalam keikhlasan praktik?

Saya melihat yang sedikit itu dalam sebuah komunitas Mapan (Masyarakat Pesisir Pantai) yang melakukan proyek rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pascatsunami. Prioritas kerja mereka adalah proyek perumahan (housing) bagi masyarakat Kecamatan Samudera Geudong, Kabupaten Aceh Utara. Usaha itu bisa berjalan mulus berkat bantuan LSM asal Belanda, TDH (Terre Des Hommes).

Mereka tidak sekadar menyodorkan proposal sakarin untuk mendapatkan dana secara mudah. Sebelumnya telah dilakukan depth assessment terkait detail kebutuhan masyarakat. Akhirnya masyarakat memercayai proyek ini dan bersedia mengikuti proposal Mapan, mengabaikan proyek rekonstruksi pemerintah yang entah kapan akan mulai. Risikonya mereka tidak bisa mengambil jatah rekonstruksi pemerintah. Tetapi kesadaran telah bulat. Kail dan sampan telah siap. Mereka yakin dapat mengontrol sepenuhnya proyek saat berlangsung.

Rumah baru
Alkisah, tsunami telah memorakporandakan delapan desa di Kecamatan Samudera. Sebagai rintisan mereka akan mulai dari sebuah desa terparah, Desa Pu

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan