Madrasah Antikorupsi Ciptakan Budaya Antikorupsi

Jakarta, antikorupsi.org (10/11/2015) - Korupsi telah merusak seluruh sendi kehidupan berbangsa, mulai dari ekonomi, politik, hingga sosial budaya. Sayangnya masyarakat cenderung permisif terhadap praktek dan perilaku tercela tersebut. Madrasah Anti Korupsi diharapkan bisa menjadi bagian dari upaya membangun budaya antikorupsi masyarakat.

Hal tersebut mengemuka dalam seminar dan kuliah perdana "Madrasah Anti Korupsi" di Auditorium Universitas Muhammadiyah Gresik (8/11/15). Acara oleh dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik, Tri Ariprabowo, SE.,M.Si, dan peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Ade Irawan.

Menurut Dahnil Anzar, gerakan antikorupsi adalah gerakan kebudayaan. Berbagai nilai seperti keadilan, kejujuran, keberanian harus ditanamkan di masyarakat. Tidak hanya itu, mereka pun harus diajak untuk mengawal pemerintah agar tidak menyimpang.

“Jika merujuk M Hatta, korupsi dianggap sebagai budaya. Oleh karena itu cara untuk melawan korupsi dengan membuat budaya baru, budaya antikorupsi. Tapi ini tidak instan. Gerakan kebudayaan antikorupsi membutuhkan waktu yang lama, butuh stamina, dan kesabaran,” tegas Dahnil.

Dahnil menambahkan kerja sama Pemuda Muhammadiyah dengan Indonesia Corruption Watch membangun Madrasah Anti Korupsi merupakan kerja sama jangka panjang. Peserta madrasah akan belajar mengenai korupsi dan cara untuk melawannya seperti teknik membuat dan membaca anggaran negara, investigasi, dan advokasi.

“Para alumni madrasah akan menjadi kader pelopor pemberantasan korupsi. Mereka wajib menularkan nilai-nilai dan kemampuan untuk melawan korupsi kepada orang lain di lingkungannya,” ujar Dahnil.

Madrasah Anti Korupsi di Universitas Muhammadiyah Gresik merupakan madrasah keempat yang telah dibuka PP Pemuda Muhammadiyah dan ICW.  Sama seperti di kampus-kampus lain, peserta yang telah lolos seleksi akan belajar selama satu semester.

“Setelah lulus, rencananya mereka akan didorong untuk membuat semacam proyek pemberantasan korupsi. Bisa dengan membuat program pemantauan, kampanye, bahkan investigasi kasus. Karena untuk memberantas korupsi tidak hanya bermodal kemauan tapi juga kemampuan,” Ade memperjelas. 

Hal yang sama ditegaskan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik Tri Ariprabowo, SE.,M.Si. Setelah mengikuti madrasah, peserta tidak hanya tidak korupsi. Tapi juga mengerti soal anggaran dan menjadi pelopor untuk melawan korupsi. “Tidak hanya untuk diri sendiri. Kalau cuma tidak korupsi, kan gak perlu buat madrasah,” ujar Tri.

Seminar dan kuliah perdana Madrasah Anti Korupsi ditutup dengan deklarasi bersama untuk melawan korupsi dan mengawasi pemilihan kepala daerah di Gresik. 

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan