George Tantang SBY Debat Gurita Cikeas

Penulis buku Membongkar Gurita Cikeas, di Balik Skandal Bank Century, George Junus Aditjondro, menyatakan siap mempertanggungjawabkan karyanya itu di depan publik. Bahkan, bila kontroversi buku tersebut berlanjut, dia siap berdebat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

''Kalau SBY tidak terima dengan buku ini, saya siap diajak debat. Tapi, dengan catatan harus di hadapan publik," kata George di Kantor Galang Press, Jogjakarta, kemarin (28/12).

Dia berani bertanggung jawab karena data yang diperoleh sebagai bahan penulisan telah melalui proses verifikasi. Karena itu, dia meminta pihak Cikeas jangan hanya memberikan bantahan tanpa data yang jelas. "Buku ini hilang di pasaran. Tapi, mengapa mereka bisa memberikan penyataan soal buku itu," tanyanya. George juga mempertanyakan sikap beberapa menteri yang disebut dalam bukunya yang memberikan pernyataan berbeda.

Dalam buku tersebut, pengarang yang pernah dicekal di zaman Orde Baru itu menyoroti keterlibatan keluarga Presiden SBY di balik kasus Bank Century. Buku yang soft launching pada Rabu (23/12) itu juga mengungkap yayasan yang berafiliasi dengan Cikeas saat penggalangan suara serta finansial pada pemilu legislatif dan pilpres beberapa waktu lalu. Hasilnya, Partai Demokrat dan pasangan SBY-Boediono menang telak.

Selain itu, buku tersebut mengupas empat yayasan yang disebut sebagai perantara dana kampanye SBY. Yayasan itu adalah Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Majelis Dzikir SBY Nurussalam, dan Yayasan Mutumanikam Nusantara.

Meski menyudutkan SBY dan tim kampanyenya, George mengaku tidak menerima intimidasi sama sekali dari pihak mana pun. "Telinga saya ini sudah sangat tebal. Tidak ada yang perlu didengarkan jika ada pernyataan miring dengan karya saya ini," sebutnya.

Dia menjelaskan, metodologi penelitian yang digunakan untuk menyusun buku itu sama dengan penulisan buku-buku sebelumnya. Yakni, studi internal setiap lembaga yang menjadi objek penelitian dan menginterpretasi data-data dari website tiap-tiap lembaga.

George mengaku heran dengan pernyataan yang menyebut data dalam bukunya itu sampah. "Kalau buku ini sampah, berarti situs-situs resmi lembaga yang saya teliti itu sampahnya sampah. Sebab, saya melakukan kajian dari sana," jelas mantan dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu.

Pengacara Galang Press Jeremias Lemek SH mengatakan, buku merupakan karya ilmiah. Karena itu, meng-counter-nya juga harus dengan cara-cara ilmiah. ''Salah satunya bisa dengan menerbitkan buku tandingan atau debat publik agar masyarakat terdidik," ujar Jeremias.

Khusus untuk Bank Century yang saat ini masih dibahas di tingkat Panitia Khusus DPR, dia meminta mendalami telepon saat rapat Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK). "Jika saya menganalisis kredibilitas Ani (Menkeu Sri Mulyani) yang sangat berhati-hati menjaga aset negara, mungkin terjadinya bailout ketika ada telepon itu. Jadi, pansus harus fokus mengungkapkan isi dan siapa yang telepon di pagi hari itu," tandasnya.

Ka­rena itu, dia meminta pihak Cikeas jangan hanya memberikan bantahan tanpa data yang jelas. "Buku ini hilang di pasaran. Tapi, mengapa mereka bisa memberikan penyataan soal buku itu," tanyanya. George juga mempertanyakan sikap beberapa menteri yang disebut dalam bukunya yang memberikan pernyataan berbeda.

Dalam buku tersebut, pengarang yang pernah dicekal di zaman Orde Baru itu menyoroti keterlibatan keluarga Presiden SBY di balik kasus Bank Century. Buku yang soft launching pada Rabu (23/12) itu juga mengungkap yayasan yang berafiliasi dengan Cikeas saat penggalangan suara serta finansial pada pemilu legislatif dan pilpres beberapa waktu lalu. Hasilnya, Partai Demokrat dan pasangan SBY-Boediono menang telak.

Selain itu, buku tersebut me­ngupas empat yayasan yang disebut sebagai perantara dana kampanye SBY. Yayasan itu adalah Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Majelis Dzikir SBY Nurussalam, dan Yayasan Mutumanikam Nusantara.

Meski menyudutkan SBY dan tim kampanyenya, George mengaku tidak menerima intimidasi sama sekali dari pihak mana pun. "Telinga saya ini sudah sangat tebal. Tidak ada yang perlu didengarkan jika ada pernyataan miring dengan karya saya ini," sebutnya.

Dia menjelaskan, metodologi penelitian yang digunakan untuk menyusun buku itu sama dengan penulisan buku-buku sebelumnya. Yakni, studi internal setiap lembaga yang menjadi objek penelitian dan menginterpretasi data-data dari website tiap-tiap lembaga.

George mengaku heran dengan pernyataan yang menyebut data dalam bukunya itu sampah. "Kalau buku ini sampah, berarti situs-situs resmi lembaga yang saya teliti itu sampahnya sampah. Sebab, saya melakukan kajian dari sana," jelas mantan dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu.

Pengacara Galang Press Jeremias Lemek SH mengatakan, buku merupakan karya ilmiah. Karena itu, meng-counter-nya ju­ga harus dengan cara-cara ilmiah. ''Salah satunya bisa dengan me­ner­bitkan buku tandingan atau de­bat publik agar masyarakat terdidik," ujar Jeremias.

Khusus untuk Bank Century yang saat ini masih dibahas di tingkat Panitia Khusus DPR, dia meminta mendalami telepon saat rapat Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK). "Jika saya menganalisis kredibilitas Ani (Menkeu Sri Mulyani) yang sangat berhati-hati menjaga aset negara, mungkin terjadinya bailout ketika ada telepon itu. Jadi, pansus harus fokus mengungkapkan isi dan siapa yang telepon di pagi hari itu," tandasnya.

Sebelumnya, Presiden SBY mengatakan telah membaca buku berisi sepak terjang bisnis keluarga Cikeas yang sebagian dari kliping media massa tersebut. Dia menyesalkan dan prihatin terhadap isi buku itu. Namun, presiden akan membedah lebih dalam isi dan metode penulisan buku itu sebelum mengambil sikap lebih lanjut.

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengungkapkan sikap presiden tersebut kemarin. ''Buku itu sudah ada di Cikeas. Presiden tentu prihatin dengan isinya. Buku itu kini dibedah lagi,'' kata Julian.

Dia menambahkan, tudingan adanya empat yayasan yang menjadi mesin uang dalam kampanye adalah tidak berdasar. ''Yayasan itu kan nonprofit. Jadi, tidak mungkin dan jelas keliru jika menjadi mesin uang,'' kata Julian.

Saat ini Cikeas meneliti akurasi data dan metode penelitian buku karangan George tersebut. Presiden memang memberikan perhatian khusus terhadap buku itu. Sebab, buku itu berupa publikasi resmi sehingga bisa memengaruhi persepsi publik.

Julian mengatakan, buku George pasti berisi kontroversi. Apalagi, judulnya sangat bombastis. Judul buku itu menyinggung Bank Century meski tidak secara spesifik dan lengkap membahas keterkaitan dengan Bank Century. ''Seperti buku Pak George sebelumnya, isi buku itu memang kontroversial,'' kata Julian.

Presiden hingga kini belum memutuskan untuk mengambil langkah hukum. Namun, Julian mengatakan, yayasan ataupun individu yang disebut di buku itu bisa saja mengambil langkah hukum. ''Banyak pihak yang disebut di situ, bukan hanya presiden. Pihak-pihak atau yayasan yang disebut bi­sa saja melayangkan gugatan,'' kata­nya. (eri/sof/jpnn/agm/oki)

Sumber: Jawa Pos, 29 Desember 2009

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan