Yogyakarta Serukan: “You and Me Lawan Korupsi”

Tahun 2013 dapat dikatakan sebagai tahun politik, di mana partai politik dan politisi berlomba-lomba mencari pendanaan kampanye Pemilu 2014. Kecenderungan pencarian modal politik dengan menggunakan dana publik sebenarnya sudah dimulai dua tahun menjelang pemilu.  

Hasil penelitian ICW soal korupsi politik terkait pilkada di enam wilayah menunjukkan adanya abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) dan politik transaksional pada kontestasi pemilu.

Praktek kasat mata yang sering terjadi adalah potensi petahan (incumbent) memanfaatkan dana-dana bansos/ hibah. Seperti yang terjadi di Banten di mana terdapat 310 miliar rupiah dana hibah yang dikeluarkan menjelang pemilukada. Tren belanja sosial pada level nasional sudah terlihat di tahun 2012. APBN dialokasikan sekitar 300 triliun rupiah untuk belanja sosial di beberapa kementerian. 

Di tengah kisruh korupsi politik nasional, masyarakat Yogyakarta menyadari bahwa sekarang saatnya untuk bergerak memantau, mencegah dan melaporkan praktek korupsi. Kesadaran masyarakat Yogyakarta akan perlunya kampanye antikorupsi sangat tinggi.

“You and Me Lawan Korupsi”, Festival Anti Korupsi Yogyakarta adalah buah dari kesadaran itu. Bersama ICW, berbagai komunitas dan individu Yogjakarta menginisiasi You and Me Lawan Korupsi, yang telah berlangsung pada 16 Mei 2013 lalu di Universitas Sanata Dharma.

Risky Sasono dari Risky and The Honeythief, salah satu musisi dalam album kompilasi antikorupsi ICW Frekuensi Perangkap Tikus, menyambut baik festival ini. “Kampanye antikorupsi melalui musik adalah inisiatif dari musisi-musisi yang mempunyai kepedulian terhadap masalah sosial,” ujarnya. “Kami berharap Yogyakarta mendukung, dan makin sadar untuk melawan korupsi,” tegasnya.

Rangkaian Festival You and Me Lawan Korupsi” dibagi menjadi tiga. Pertama, pemutaran film “Temani Aku Bunda”, sebuah semi-dokumenter produksi Kampung Halaman yang bercerita tentang mahalnya harga kejujuran di tengah korupnya sistem pendidikan. Penonton disuguhi rasa haru yang membuat air mata menitik. Diskusi setelah pemutaran film juga berlangsung seru. Film ini bercerita tentang perjuangan Abrar dan ibunya melawan ketidakjujuran dalam Ujian Nasional, dan berbagai hambatan baik sosial dan birokratis yang mereka hadapi, hanya karena tidak ingin berlaku curang saat ujian.

Rangkaian kedua adalah diskusi mengenai korupsi, masih di Universitas Sanata Dharma. Donal Fariz, peneliti ICW, memberikan gambaran sektor dan insitusi yang paling korup dan temuan-temuan ICW tentang koruspi politik, serta upaya pembenahannya. Turut menjadi narasumber adalah Haryatmoko, Dosen dari Sanata Dharma dengan moderator Benny Juliawan. 

Puncak acara konser musik You and Me Lawan Korupsi digelar pada malam harinya di Ringin Soekarno Universitas Sanata Dharma. Tampil pada konser adalah band lokal Yogyakarta Aurette & the Polska Seeking Carnival dan Fstvlst. Beberapa musisi dari album kompilasi antikorupsi ICW Frekuensi Perangkap Tikus yaitu Morfem, Simponi, Iksan Skuter, dan Risky Summerbee & the Honeythief turut meramaikan konser dengan lagu-lagu bertemakan lemahnya penegakan hukum, ketiadaan kepemimpinan yang amanah dan betapa korupsi merusak kehidupan berbangsa.

Iksan Skuter, yang meramaikan album Frekuensi Perangkap Tikus dengan lagu Partai Anjing, berkata, “Ini bukan acara musik! Tapi, kampanye untuk sebuah gerakan besar, yaitu melawan korupsi!” tutupnya.

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan