Wawancara Staf Keuangan M Nazaruddin, Yulianis - Diancam dan Dipaksa Tetap Bekerja

Terjebak dalam lalu lintas uang haram tentu tidak mengenakkan.Nasib itulah yang harus dialami Yulianis, staf keuangan di perusahaan milik Muhammad Nazaruddin. Karena mendengar kata hati,Yulianis sempat mengundurkan diri.

Namun tidak semudah itu dia keluar dari dunia Nazaruddin. Dia berulang kali mendapat intimidasi secara psikologis.Karena khawatir terjadi sesuatu dengan keluarganya, akhirnya dia pun kembali mengabdi ke Nazaruddin, mengelola pundipundi keuangan tersangka kasus suap pembangunan Wisma Atlet SEA Games itu,hingga akhirnya semua catatan keuangannya disita penyidik KPK pada 22 April 2011.

Berikut ini petikan wawancara eksklusif RCTI dengan Yulianis via telepon.

Apa tugas Mbak Yulianis di perusahaan Nazaruddin?

Awalnya saya hanya pembukuan perkebunan.Nah setelah lebih mendalam sekitar awal-awal 2009,saya sudah mulai diberi tugas oleh Bapak (Nazaruddin) untuk pencatatan yang khusus yang selama ini dipegang sama istrinya. Saat itu saya banyak perdebatan,nurani saya, sampai September 2009 itu saya berhenti kerja.

Anda 2009 berhenti kerja?

Ya,September.

Karena ada perdebatan, ada ketidaknyamanan?

Ya,kurang nyamanlah saya.

Apa yang memicu Anda tidak nyaman dan mengundurkan diri?

Ya karena banyak uang uang yang tidak jelaslah menurut saya.

Tapi kemudian Anda masuk lagi kan?

Ya awal Januari itu saya masuk lagi.

Menjadi karyawan Pak Nazaruddin lagi. Bagaimana ceritanya bisa masuk lagi setelah keluar?

Jadi, selama dua bulan itu HRD datang ke rumah saya hampir setiap hari, terus saya juga dipaksa untuk ketemu Pak Nazar itu sampai kurang lebih 8 kalilah Mas.

Jadi, Anda ditongkrongi HRD sebanyak delapan kali untuk dirayu masuk?

Oh, HRD datang ke rumah saya dua bulan itu hampir setiap hari Mas, cuma saya ke Bapak itu cuma delapan kali.

Oke, apa yang disampaikan Nazaruddin saat itu sehingga Anda akhirnya mau kembali menjadi staf keuangannya?

Saya waktu itu bilang sama Bapak,kalau Bapak nggak percaya sama saya,Bapak cuci otak saya saja,saya enggak kenal Bapak deh (saya bilang gitu).

Maksudnya cuci otak itu apa Mbak Yulianis?

Karena kan banyak data-data perusahaan yang rahasia menurut dia. Terus saya bilang saya nggak mau tahu sebenarnya Pak,masalah data-data itu, ya Bapak cuci otak saya saja deh supaya saya nggak ingat, saya nggak kenal Bapak juga nggak kenapa (saya bilang gitu).

Supaya Anda tidak lagi bekerja di situ,gitu ya?

Ya, saya juga kan waktu itu sudah tidak mau.

Tapi akhirnya jadi juga, kenapa bisa begitu? Tetap bekerja bersama Pak Nazaruddin?

Yang terakhir dia ngomongnya sih, ya udah, ayo ini saya kasih kamu waktu satu minggu untuk berpikir.Eh..(lalu Bapak bilang): saya kenal keluarga kamu, saya kenal suami kamu, saya tahu anak kamu,saya kasih waktu kamu satu minggu, jadi saya takut juga.Saya takut ada apa-apa dengan keluarga saya.

Baik, karena Anda khawatir, jadi Anda memilih kembali bergabung di situ ya?

Ya,Januari.

Mbak Yulianis, kalau boleh tahu kita sudah ngobrol panjang tentang bagaimana uang yang masuk dan segala macam. Kalau boleh tahu jumlah pundi-pundi dari dana yang masuk itu berapa kira-kira MbaYulianis?

Aduh itu Bapak tanya saja deh sama yang pegang catatan saya.

Tapi semuanya ada catatannya ya?

Ada.

Termasuk yang keluar ya?

Yang keluar dan masuk ada semua.

Terakhir, apa harapannya dari kasus ini?

Saya cuma mau orang yang melihat saya itu,saya itu bukan apa-apa, saya itu orang biasa, saya itu tidak canggih mengatur sana sini,mengatur bisnis bisnis yang begitu besar, dan saya tuh mau hidup normal,itu saja.

Ngomong-ngomong Mbak Yulianis, Pak Nazaruddin sekarang posisinya ada di mana?

Wah, kalau terakhir sih saya berhubungan sama Bapak masih ada di Singapura ya.

Itu kapan Mbak Yulianis?

Kurang lebih tiga minggu yang lalulah.

Oh, tiga minggu yang lalu sempat kontak?

Iya.

Hubungannya dengan Pak Nazar sekarang seperti apa?

Ya sejak tiga minggu yang lalu saya sudah putus hubungan, empat minggulah ya, 16 Juni kalau nggak salah. okezone
Sumber: Koran Sindo, 20 Juli 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan