Wawancara Sebelum Penangkapan; Nazar Terus Sudutkan Anas

Bekas Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin terus meminta Komisi Pemberantasan Korupsi menyeret Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Nazar menyuarakan hal itu hingga beberapa saat sebelum dia tertangkap di Cartagena, Kolombia, Ahad malam lalu.

"Mengapa KPK tidak panggil Anas untuk kasus wisma atlet," kata Nazaruddin dalam pesan pendek yang dikirim kepada Tempo, Kamis pekan lalu. "Saya paling sakit hati, kenapa saya yang dikorbankan sama Anas."

Nazar pun terus melontarkan tuduhan bahwa Anas menjadi Ketua Umum Demokrat dengan memanfaatkan uang proyek yang didanai anggaran pendapatan dan belanja negara. "Fokus saja soal wisma atlet dan uang APBN yang dipakai Anas," ujar Nazar ketika ditanya soal kasus di luar wisma atlet.

Nazar menyampaikan tuntutan serupa melalui Narliswandi "Iwan" Piliang, yang pernah mewawancarai dia melalui layanan telepon Internet Skype. "Dia bilang mau pulang jika Anas juga diproses," kata Iwan tadi malam.

Pengelola situs Presstalk ini mengaku terus menghubungi Nazar hingga Ahad lalu, sekitar pukul 12.28 WIB. Iwan membujuk Nazar agar kembali tampil dalam wawancara di televisi. "Statusnya dibaca tapi tidak ada balasan," kata Iwan soal pesan terakhir yang dia kirim.

Dalam berbagai kesempatan, Anas membantah tuduhan Nazar. "Kami beri apresiasi kepada aparat yang menangkap Nazar," kata kuasa hukum Anas, Hinca Pandjaitan, melalui pesan pendek tadi malam.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi menuntaskan kasus yang membelit Nazar. "Harapan saya, penegakan hukum akan transparan, akuntabel, serta obyektif," kata Yudhoyono setelah acara buka puasa bersama di Markas Besar TNI, Cilangkap.

Yudhoyono meminta Nazar menyebutkan siapa pun yang terlibat, termasuk bila ada informasi menyangkut kader Demokrat. "Saya sangat berharap agar semuanya bisa dibuka," kata Yudhoyono, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.l Sukma Loppies | Rina Widiastuti | KARTIKA CANDRA | MUNAWWAROH | TORIQ HADAD

Berakhir di Cartagena

Petualangan Nazaruddin berakhir di kota pelesir pinggir pantai di Kolombia, Cartagena, 7 Agustus waktu setempat. Sebelumnya tak pernah ada informasi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu berada di sana. Sejak kabur ke Singapura, Mei lalu, informasi pelarian Nazaruddin amat dinamis. Pemerintah pernah menyebutkan dia terendus di Malaysia, Argentina, dan Kamboja. Ternyata, Interpol Kolombia yang bisa menangkapnya.

23 Mei 2011
Nazaruddin dan istrinya ke Singapura menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Awal Juni 2011
Singapura

Medio Juli 2011
Kamboja

7 Agustus 2011
Ditangkap di Kota Cartagena, Kolombia.

Perjalanan pelarian Nazaruddin

Singapura-Vietnam-Kamboja-Madrid, Spanyol-Republik Dominika-Cartagena-Bogota, Kolombia
Dari Madrid ke Dominika menggunakan pesawat carteran.
Dari Vietnam ke Kamboja menggunakan penerbangan umum.
Dari Vietnam menyewa pesawat untuk bersembunyi di Kota Cartagena. Pesawatnya transit di Madrid, Spanyol, kemudian ke Republik Dominika, dan berakhir di Kota Cartagena.

Sumber: Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, dan Minister Counselor Kedutaan RI di Bogota, Kolombia, Made Subagia, berdasarkan interogasi Interpol. l RIKY F | PINGIT A | JOBPIE S
--------------
Tersangka Berencana Kabur ke Venezuela
Pelarian bekas Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin berakhir di Cartagena, Kolombia. Nazar ditangkap Ahad lalu, sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kolombia, Michael Manufandu, mengatakan Nazar ditangkap sebelum melanjutkan pelariannya ke Venezuela. "Dia baru empat hari di Cartagena," katanya melalui telepon tadi malam.

Menurut Michael, Nazar tiba di ibu kota Kolombia, Bogota, pada 22 Juli lalu. Nazar melanjutkan perjalanan ke Cartagena, kota di pesisir Karibia, yang terkenal dengan air lautnya yang hangat dan jernih. "Ada pantai, bangunan klasik, dan gedung bertingkat. Kota ini sangat indah," ucapnya.

Di kota wisata itu, menurut Michael, Nazar ditangkap saat sedang bersantai. "Dia duduk di tempat umum saat ditangkap oleh dua polisi setempat," ujarnya.

Minister Counselor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bogota, Made Subagia, mengatakan petugas Interpol telah membawa Nazar dari Cartagena ke Bogota. Selama perjalanan, tangan Nazar diborgol ke langit-langit pesawat. "Dia sempat bersikap agresif sehingga agak kelelahan," kata Subagia. Tiba sekitar pukul 05.00 di bandar udara, Nazar langsung digelandang ke penjara khusus di Bogota.

Nazar meninggalkan Indonesia pada 23 Mei lalu, sehari sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi melarang dia pergi ke luar negeri. Dari persembunyiannya, tersangka kasus wisma atlet SEA Games itu menuduh sejumlah politikus Demokrat terlibat dalam percaloan anggaran dan proyek pemerintahan.

Kabar penangkapan Nazar diumumkan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Djoko Suyanto di Istana Presiden kemarin siang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Djoko, meminta keselamatan Nazar dijaga hingga dia bisa dibawa pulang ke Jakarta.

Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, memastikan yang ditangkap Interpol di Cartagena adalah Nazar. Tapi, saat ditangkap, buron Interpol itu memakai paspor palsu.

Menurut Anton, polisi telah mencocokkan sidik jari pada paspor palsu itu dengan sidik jari Nazar di database polisi. "Ada kesesuaian pada 12 titik jarinya," katanya.

Sebelum ditangkap, menurut Anton, Nazar sempat berkelana di lima negara. Awalnya Nazar berada di Singapura. Ia terbang ke Vietnam, setelah mengecoh petugas dengan menyebutkan akan pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia.

Dari Vietnam, Nazar berpindah ke Kamboja dengan penerbangan umum. Dari sana, ia menyewa pesawat untuk bersembunyi di Cartagena. "Pesawatnya sempat transit di Madrid, Spanyol; Dominika; dan berakhir di Bogota," kata Anton.

Pergerakan Nazaruddin terlacak Interpol saat dia singgah di Dominika. Petugas Imigrasi, yang mencurigai paspor Nazar, melapor ke kantor pusat Interpol di Lyon, Prancis. Tim gabungan dari pemerintah telah bertolak ke Bogota. l PINGIT ARIA | RIKY FERDIANTO | MAHARDIKA SATRIA HADI | MUNAWWAROH
---------------
Pemulangan Buron Lewat Depatriasi
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan pemulangan Muhammad Nazaruddin dari Kolombia akan menggunakan mekanisme depatriasi, yakni pemindahan dari suatu negara dalam kerangka kerja sama kepolisian dengan Interpol. "Pemulangan itu dipastikan dari Bogota menuju Jakarta," katanya kemarin.

Namun Marty tak bisa memastikan kapan tersangka kasus suap proyek wisma atlet itu tiba di Tanah Air. Sebab, hal itu masih menunggu kedatangan tim gabungan Markas Besar Kepolisian RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi ke Bogota. "Kami sedang memfasilitasi tim gabungan menuju Bogota untuk proses pemulangan ke Indonesia."

Marty menceritakan Nazaruddin dan beberapa kerabatnya ditangkap di Kota Cartagena, Kolombia, oleh Interpol dan kepolisian setempat pada 7 Agustus, pukul 21.00 waktu lokal. Kala itu Nazaruddin menggunakan paspor atas nama Muhammad Syafruddin.

Menurut juru bicara Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, pemulangan Nazaruddin akan dilakukan lewat mekanisme deportasi. Ia juga tak tahu kapan Nazaruddin bisa dipulangkan. "Tim lintas kementerian sedang berangkat ke sana," kata Anton.

Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengungkapkan Indonesia tak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Kolombia. Tapi ia yakin Nazaruddin bisa dipulangkan. "Jadi berdasarkan hubungan baik saja," ujarnya. Dia menjelaskan, Kolombia tak memiliki kepentingan terhadap Nazaruddin. "Nazar (pun) tak datang ke Kolombia dengan uang banyak untuk investasi."

Namun Hikmahanto mengingatkan Nazaruddin bisa menggunakan upaya hukum untuk menolak dipulangkan. Ia mendorong pemerintah cepat bertindak untuk membawa Nazaruddin pulang. "Jangan cepat berpuas diri."

Dia menyarankan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia segera mengirim surat permintaan kepada Kolombia via Kementerian Luar Negeri. Kedutaan Besar RI di Bogota akan menyerahkan surat itu kepada pemerintah Kolombia. Kepolisian setempat menunggu keputusan pemerintahnya sebelum mengirim kembali Nazaruddin.

Hikmahanto berharap KPK memimpin pemulangan Nazaruddin. Sebab, kesaksian dia sangat penting untuk mengungkap banyak kasus korupsi. l MAHARDIKA SH | DIANING SARI | RIKY F | JOBPIE S
---------------
Nazaruddin: Anas Saya Anggap Abang Sendiri

Muhammad Nazaruddin seperti tak mau sedikit pun melepaskan tudingannya ke arah Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Banyak data dan detail informasi disampaikan demi mencoba membuktikan keterlibatan Anas dalam menggangsir uang negara di sejumlah proyek. Berikut ini wawancara Tempo dengan Nazaruddin dalam sepekan terakhir.

1 Agustus 2011
Mengapa Anda terus-menerus memojokkan Anas?
Saya marah sama Anas, tidak ada urusan politik. Malah saya menganggap dia seperti abang sendiri. Tapi mengapa saya dikorbankan? Padahal saya ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka tanpa ada barang bukti yang jelas. Kapan saya terima uang dari proyek wisma atlet? Anas dan Yulianis bermain wayang membuat laporan seolah-olah saya terlibat dan terima uang itu. Bulan Februari 2011 Anas terima uang diantar ke rumahnya sama orang suruhan Yulianis pakai kardus US$ 1 juta.

3 Agustus
Rumah Anda di Pejaten Barat digeledah. Ada komentar?
Rumah kan udah saya jual dua bulan yang lalu. Sudah telat Chandra mau mengamankan rekaman CCTV. Flash disk (berisi rekaman CCTV) sudah saya ambil.

Ada data lainnya?
Nanti masuk rumah sakit semua kalau terlampau keras dosisnya... he-he-he....

4 Agustus
Siapa pelaksana proyek peralatan pabrik vaksin flu burung?
Mengapa KPK tidak memanggil Anas untuk kasus wisma atlet, padahal jelas dari laporan keuangan, uang dari Duta Graha dikirim ke rumah Anas. Untuk kongres dikirim Rp 7 miliar dari uang wisma atlet. Kita fokus saja soal wisma atlet dan uang APBN yang dipakai Anas untuk pemenangannya waktu di kongres.

5 Agustus
Bagaimana ceritanya PT Anugrah Nusantara bisa dapat proyek pengadaan peralatan pabrik vaksin flu burung pada 2008?
Tidak dijawab.l SUKMA NL | JOBPIE S
---------
Nazaruddin dalam BBM, Skype, dan Penerawangan
Meski diburu polisi dan Komisi Pemberantasan Korupsi, Nazaruddin menjadi contoh tersangka kasus korupsi yang rajin update status dan tak takut memperdengarkan suara serta menampakkan wajahnya.

Di layar BlackBerry Messenger (BBM), Muhammad Nazaruddin sudah beberapa kali berganti nama profil. Tiga hari menjelang tertangkap, Nazaruddin memakai nama "Din".

Sebelumnya, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat itu memakai nama "M.Nazar2" dan "M.Nazaruddin". Nazaruddin tak menjawab pertanyaan Tempo tentang alasan pemakaian nama "Din" itu.

Tapi yang jarang berubah adalah statusnya dalam akun Facebook. Status paling lama dan menggelitik yang pernah dipakainya adalah, "Lebih baik fitness ketimbang fitnah."

Dalam berkirim pesan BBM, Nazaruddin memiliki ciri khas. Ia sering menambahkan konsonan "k" pada beberapa kata. Misalnya, kata "buka" menjadi "bukak", "bawa" menjadi "bawak", "minta" menjadi "mintak", dan "tanya" menjadi "tanyak".

Sesekali Nazaruddin menambahkan konsonan "h" pada kata tertentu. Contohnya, "segera" menjadi "segerah" dan "secara" menjadi "secarah".

Salah satu kalimat yang unik dan berisi ciri-ciri itu adalah pesannya kepada Tempo pada 14 Juli lalu. "M.Nazar: Saya cuman mintak KPK tangkap priksa anas. Lalu pada 21 Juli 2011, Nazar sempat menyatakan sebagai berikut, "M.Nazar: Segerah saya khabarin."

Nazaruddin juga tak takut memperdengarkan suaranya saat diwawancarai sebuah stasiun televisi. Lebih jauh ia juga menampakkan wajahnya melalui layanan panggilan telepon via protokol Internet (VoIP) Skype. Hal itu ia lakukan saat menerima wawancara Iwan Piliang dari Presstalk.

Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, wawancara lewat Skype inilah yang menjadi titik kebocoran posisi Nazaruddin. Dia mengatakan, ketika rekaman wawancara via Skype itu dipertontonkan di televisi, dia dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Roy Suryo, melacak keberadaan Nazaruddin. "Kami di ruangan Kapolri melacak Nazaruddin dan ketemu," ujarnya. "Saat itu Nazaruddin terdeteksi berada di Argentina."

Upaya mengetahui posisi Nazaruddin ternyata juga dilakukan seorang ulama yang menjadi kawan Mubarok. Ulama ini, kata Mubarok, mengabari bahwa Nazaruddin berada di Cartagena, Kolombia.

Kepada Mubarok ulama tersebut mengatakan telah melakukan "penerawangan". "Dia bilang tidak boleh lebih dari seminggu (harus sudah ditangkap), karena kalau lewat, pasti dia sudah lari lagi," ujar Mubarok.

Rencananya, kata Mubarok, sang teman bermaksud menyampaikan sendiri informasi itu kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi, ketika itu pembina Partai Demokrat itu sudah telanjur berangkat ke luar kota.

Ketika tahu bahwa Nazaruddin akhirnya memang ditangkap di Cartagena, "Saya ketawa, ternyata benar apa yang teman saya katakan itu," kata guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu.l DIANING SARI | FEBRIYAN | DEDDY S

---------------
Paspor Palsu Nazaruddin Diduga Dikeluarkan Kantor Imigrasi Medan
Minister Counselor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bogota, Kolombia, Made Subagia, mengatakan, saat ditangkap, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menggunakan paspor palsu atas nama M. Syahruddin. "Paspor itu dikeluarkan oleh kantor Imigrasi Medan," katanya kepada Tempo melalui sambungan telepon internasional kemarin.

Made mengatakan Nazar pertama kali meninggalkan Indonesia melalui Medan dengan menggunakan paspor tersebut. "Dia terbang dari Bandara Polonia, Medan," ujarnya. Namun ternyata ada kesamaan antara paspor palsu atas nama M. Syahruddin dan paspor asli Nazaruddin yang telah ditarik saat dia menjadi buron Interpol (International Criminal Police Organization). "Sidik jari kedua paspor itu identik," kata Made.

Guna menelisik informasi tersebut, Kepala Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara Baldwin Simatupang mengaku sudah memerintahkan Kepala Imigrasi Kelas I Polonia, Medan, melaporkan jumlah pembuat paspor dan jumlah orang yang bepergian ke luar negeri melalui Sumatera Utara, khususnya kantor Imigrasi Polonia, Medan.

Menurut Simatupang, siapa pun bisa berangkat ke Singapura lewat Bandara Polonia. Namun, jika menggunakan paspor palsu, kecil kemungkinan Imigrasi Polonia kecolongan. Sebab, setiap bulan laporan lalu lintas imigrasi dan pencetak paspor baru selalu disampaikan kepada Kepala Kanwil Hukum dan HAM. "Jika Nazaruddin memakai paspor palsu Mei lalu, saya pasti tahu," kata Simatupang kemarin.

Meski demikian, Simatupang tak menepis kemungkinan Nazaruddin berangkat ke Singapura dengan paspor palsu yang diterbitkan Imigrasi Polonia. Dia mengaku belum menerima perintah Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar meneliti hal tersebut.

Subagia menyatakan Nazaruddin sempat berada di Madrid, Spanyol, sebelum tiba di Cartagena. "Dia masuk melalui Bogota, tapi dari interogasi Interpol diketahui dia terbang dari Madrid," ujarnya. Nazaruddin, yang bepergian dengan paspor palsu, belum lama berada di Kolombia. "Sekitar tiga atau empat hari."l PINGIT ARIA | RIKY FERDIANTO | Sahat SIMATUPANG
------------------
Demokrat Siap Hadapi Pembuktian Nazaruddin
Ketua Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, mengatakan partainya siap menghadapi semua pembuktian tudingan M. Nazaruddin semasa di pelarian. "Itu harus dibongkar habis, tanpa pandang bulu, terhadap siapa pun yang diduga kelak terlibat," katanya di Jakarta kemarin.

Bekas Bendahara Umum Partai Demokrat yang menjadi buron KPK itu ditangkap di Cartagena, Kolombia, Minggu malam lalu. Tim dari kepolisian dan KPK telah berangkat ke negeri itu untuk memulangkannya ke Indonesia.

Didi meminta kepulangan Nazaruddin nanti dimanfaatkan KPK untuk membongkar kasus-kasus yang diungkap Nazaruddin. "Publik tentu sangat menunggu terungkapnya kasus Nazar secara menyeluruh," katanya.

Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin menyatakan penangkapan Nazaruddin adalah momentum untuk menjelaskan semua masalah yang menimpa partainya belakangan ini. "Kehadirannya adalah peluang bagi Nazaruddin sendiri untuk membuktikan apa yang dia ucapkan," ujarnya.

"Selain itu," kata Amir, "(ini) kesempatan juga untuk pihak-pihak yang disebutkan mendapatkan klarifikasi yang jelas."

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, menyatakan kegembiraannya atas kabar penangkapan itu. Mubarok menilai penangkapan Nazaruddin akan menjadi akhir cerita, dan tidak ada lagi tudingan serta kebohongan yang dilayangkan kepada para petinggi Partai Demokrat.

Dalam pelariannya Nazaruddin menuding Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng sebagai pengatur proyek wisma atlet. Ia juga mengatakan rekannya di Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat, Angelina Sondakh dan Mirwan Amir, telah menerima aliran dana proyek itu.

Komisi antikorupsi rencananya akan langsung menahan Nazaruddin begitu tiba di Tanah Air. "Sebab, dia dikejar oleh Interpol atas permintaan KPK," ujar juru bicara KPK, Johan Budi S.P., di Jakarta kemarin.

Nazaruddin adalah tersangka dalam kasus suap wisma atlet Jakabaring, Palembang. Tersangka lain kasus itu adalah Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam, Direktur Pemasaran PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, serta Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah Mohammad El Idris.

Nazaruddin juga terbelit kasus dugaan korupsi proyek peningkatan mutu pendidikan di Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional pada anggaran 2007.

Reaksi gembira atas penangkapan Nazaruddin juga diperlihatkan Rosalina, yang mendengar kabar penangkapan itu sebelum menjalani persidangan kasus suap wisma atlet di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kemarin. "Bagus, dong. Berarti bukan saya saja yang kena. Puji Tuhan!" katanya.l FEBRIYAN | RUSMAN PARAQBUEQ | ISMA SAVITRI | MAHARDIKA SATRIA HADI | DEDDY S
----------------
Menanti Tindakan KPK

Setelah Muhammad Nazaruddin ditangkap, kini publik menanti tindakan konkret Komisi Pemberantasan Korupsi. Akankah komisi ini berani membongkar semua "nyanyian" bekas Bendahara Umum Partai Demokrat itu? Pengusutan skandal besar ini amat mempengaruhi kredibilitas KPK yang tengah merosot.

Lunturnya pamor komisi antikorupsi tecermin dalam hasil survei Lingkaran Survei Indonesia baru-baru ini. Disebutkan, hanya tinggal 41,6 persen responden yang yakin KPK sanggup menuntaskan kasus korupsi. Padahal, enam tahun lalu, kepercayaan publik terhadap lembaga ini masih lumayan tinggi, 58 persen. Anjloknya kredibilitas ini gara-gara KPK dianggap tidak serius mengusut kasus Nazaruddin.

Khalayak mendengar langsung pernyataan Nazaruddin yang disampaikan lewat media bahwa beberapa petinggi KPK pernah bertemu dengan politikus Demokrat. Tersangka kasus suap wisma atlet itu juga berkali-kali menuduh beberapa komisioner lembaga ini bersekongkol dengan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum. Kata Nazar, begitulah ia biasa dipanggil, hanya dirinya yang dikorbankan, sedangkan Anas dan rekan-rekannya di Demokrat bakal selamat.

Satu-satunya cara KPK membuktikan bahwa tuduhan itu cuma omong kosong tentu dengan membongkar tuntas skandal Nazaruddin. Kesempatan ini terbuka lebar setelah sang tersangka ditangkap di Kolombia. Jika ia dapat dideportasi ke negara kita, tidak ada alasan lagi bagi komisi antikorupsi untuk mengabaikan berbagai kasus yang melibatkan Nazaruddin.

Langkah pertama adalah mengusut semua politikus dan pejabat yang terlibat dalam kasus proyek wisma atlet senilai Rp 191 miliar. Pengusutan diharapkan tak hanya berkutat pada soal suap, tapi juga proses penganggaran dan tender proyek ini. KPK mesti bisa memastikan apakah beberapa politikus dan petinggi Demokrat terlibat dalam permainan proyek yang ditangani oleh PT Duta Graha Indah itu.

Kongkalikong Nazaruddin dan rekan-rekannya dengan PT DGI diduga juga dilakukan dalam proyek lain. Di antaranya pembangunan rumah sakit di Ponorogo, Jawa Timur, serta pembangunan RS Dharmasraya di Sumatera Barat dan rumah sakit di Surabaya. Semua ini harus pula dibongkar.

Kedua, mengungkap proyek lain, seperti pembangunan Stadion Hambalang di Sentul, Bogor, yang menelan anggaran Rp 1,5 triliun. Nazaruddin bahkan pernah menyatakan sebagian duit dari proyek ini mengalir ke Kongres Partai Demokrat tahun lalu. Dan ketiga, membongkar kasus lain yang belakangan muncul, seperti proyek pabrik vaksin flu burung yang berbiaya Rp 1,3 triliun. Perusahaan Nazar, PT Anugrah Nusantara, terlibat dalam proyek tersebut. Pengusutan ini penting dilakukan karena Anas pernah memiliki saham di Anugrah.

Masih banyak kasus lain yang perlu diusut. Misalnya, kasus proyek pembangkit listrik di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. KPK pun perlu memantau kasus Nazaruddin yang ditangani kepolisian, seperti pengadaan alat peraga kesehatan di Kementerian Kesehatan dan pengadaan peralatan laboratorium multimedia di Kementerian Pendidikan.

Semua kasus yang sudah mencuat ke depan publik itu menanti kerja keras penyidik KPK. Persepsi buruk masyarakat terhadap lembaga ini otomatis akan berubah bila sederet skandal itu diusut tuntas.

Sumber: Koran Tempo, 9 Agustus 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan