Tuduhan Nazar terhadap Chandra Jadi Peluru Golkar

Tuduhan bekas Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin terhadap Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Chandra M. Hamzah bisa menjadi peluru bagi para politikus di Dewan Perwakilan Rakyat.

Wakil Ketua DPR dari Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, mengatakan tuduhan Nazar akan menjadi pertimbangan dalam melakukan uji kepatutan dan kelayakan terhadap Chandra, yang kini kembali mendaftar sebagai calon pemimpin KPK. "Informasi sementah apa pun tetap penting, menjadi bahan pertimbangan tim seleksi," kata Priyo di gedung DPR kemarin. Bila tuduhan Nazar terbukti, kesempatan Chandra memimpin KPK tertutup. "Wassalam," ujar Priyo.

Dari tempat persembunyiannya, Nazar mengklaim pernah bertemu enam kali dengan Chandra. Pertemuan pertama terjadi beberapa tahun lalu di sebuah restoran Jepang di Ratu Plaza, Jakarta. Pada pertemuan itu, hadir Anas Urbaningrum (kini Ketua Umum Partai Demokrat), Saan Mustafa (Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat), Chandra, dan Nazar sendiri.

Pertemuan kedua, menurut Nazar, berlangsung di sebuah restoran di kawasan Casablanca, Jakarta. "Sopir saya tahu itu," katanya. Adapun pertemuan ketiga dan keempat, menurut Nazar, terjadi di ruang kerja Chandra di gedung KPK. "Saya masuk lewat pintu basement belakang," ucap Nazar kepada Tempo.

Dua pertemuan berikutnya, menurut Nazar, terjadi di rumahnya di Jalan Pejaten Barat Raya, Jakarta Selatan. Hadir dalam salah satu pertemuan pada 2010 itu, kata dia, Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Benny K. Harman.

Kepada wartawan di Makassar, Chandra mengakui mengenal Nazar setelah dikenalkan Anas. Chandra pun mengakui adanya pertemuan pada 2008 (pertemuan pertama versi Nazar). Tapi, menurut dia, pertemuan itu tidak ada hubungannya dengan kasus yang membelit Nazar saat ini.

Kemarin Chandra tidak bersedia mengklarifikasi pertemuan lain yang diklaim Nazar. Tapi dia mengaku tidak khawatir bila tuduhan Nazar mempengaruhi keputusan tim seleksi pemimpin KPK. "Apa yang harus dikhawatirkan?" ujar Chandra setelah menjalani seleksi pembuatan makalah di kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Terlepas dari tuduhan Nazar, hubungan politikus Golkar dengan beberapa pemimpin KPK, terutama Chandra dan Bibit S. Rianto, berkali-kali diwarnai ketegangan. Politikus Golkar di Komisi III DPR, misalnya, dua kali mengusir Bibit dan Chandra dari ruang rapat. Alasan mereka, Bibit dan Chandra masih berstatus tersangka, meski Kejaksaan Agung telah mengesampingkan (mendeponir) perkara yang pernah membelit kedua pemimpin KPK itu.

Sebagian politikus Golkar kembali meradang ketika KPK menangkap kolega mereka yang terlibat dalam kasus suap cek pelawat (traveler's cheque). Mereka menuduh KPK tebang pilih dalam memberantas korupsi. Terakhir, para politikus Golkar mengultimatum KPK yang, menurut mereka, lamban dalam mengusut kasus dana talangan Bank Century. KARTIKA CANDRA | ISMA SAVITRI | SUKMA

Sumber: Koran Tempo, 26 Juli 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan