TNI Tunjuk Pemenang Tender Helikopter MI-17

Sesuai pagu APBN 2003, TNI-AD telah menunjuk PT Esepa Krida sebagai pemenang tender pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) berupa enam unit helikopter MI-17. Total nilai pembelian helikopter tersebut mencapai USD 36,4 juta atau sekitar Rp 297,6 miliar.

Penunjukan rekanan telah sesuai prosedur dan ketentuan yang sangat ketat. Sekarang, proses selanjutnya kami serahkan ke Dephan, ujar KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso dalam rapat kerja antara TNI dan Komisi I DPR di Jakarta kemarin.

Rapat yang dipimpin Ketua Komisi I DPR Theo L. Sambuaga itu dihadiri Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan para kepala staf. Materi bahasannya mulai soal anggaran, penumpasan GAM, penanganan terorisme, hingga soal operasi militer wilayah perbatasan.

Sampai tahun anggaran 2003, TNI masih berwenang menentukan tender pengadaan alutsista. Namun, mulai APBN 2004, semua penganggaran dan pengadaan alutsista diambil alih Departemen Pertahanan (Dephan). Tender helikopter MI-17 yang dilakukan TNI-AD merupakan pengadaan alutsista yang terakhir sebelum diambil alih Dephan.

Pada APBN 2002, TNI-AD juga dipercaya melakukan tender untuk pengadaan empat unit helikopter sejenis produksi Rusia senilai USD 21 juta. Saat itu, yang ditunjuk sebagai rekanan adalah PT Swift Air dan Industrial yang bermarkas di Singapura. Namun, pengadaan helikopter tersebut tersendat karena rekanan pemenang tender wanprestasi dan tidak bonafide.

Pengadaan empat unit helikopter MI-17 yang tercantum dalam APBN 2002 tetap dilanjutkan. Helikopter itu kami harapkan segera tiba untuk memperkuat jajaran skuadron TNI-AD, jelas Djoko.

Tender terbaru yang diputuskan TNI-AD adalah pengadaan enam unit heli MI-17 dengan pemenang tender PT Esepa Krida. Dijelaskan, peserta tender awalnya diikuti 14 perusahaan. Setelah melewati uji administrasi dan kekuatan finansial, tiga perusahaan melaju ke babak berikutnya.

Esepa Krida awalnya mengajukan penawaran USD 36,1 juta untuk lima unit MI-17. Kemudian, PT Abadi Sentosa Perkasa menawar USD 38,2 juta untuk empat unit. Terakhir, PT Trimarga Remekatama mengajukan penawaran USD 34,9 juta untuk empat unit heli yang dipesan TNI.

Setelah melalui wawancara dan penelitian lebih lanjut, akhirnya TNI-AD menunjuk Esepa Krida dengan kesepakatan harga baru USD 34,1 juta untuk enam unit heli MI-17 atau harga tiap unitnya USD 5,6 juta. Ditambah biaya spare part, logistik, training, dan asuransi, total price yang disepakati USD 36,4 juta. Penunjukan Esepa Krida sebagai pemenang tender itu dikukuhkan dalam keputusan KSAD No Skep 101/5/205/2005 tertanggal 12 Mei 2005.

Semua proses tender mengikuti aturan baku dan mekanisme yang berlaku. Sekarang, proses selanjutnya diserahkan ke Dephan dan Depkeu, tegas Djoko. Jenderal berbintang empat tersebut mengaku bahwa penentuan pemenang itu dilakukan sangat hati-hati serta bertanggung jawab. Sebab, jika ada prosedur yang salah, Dephan dan Depkeu bisa menganulirnya. Kalau Dephan atau Depkeu tidak menyetujui, malu dong kami. Makanya, tender kami lakukan secara hati-hati, ujarnya.

Sesuai kesepakatan, 12 bulan sejak loan agreement disepakati Dephan dan Depkeu, helikopter tersebut akan diterima TNI-AD. Dengan demikian, tahun depan diharapkan enam unit MI-17 itu sudah memperkuat jajaran TNI-AD. Begitu juga dengan empat unit MI-17 sebelumnya yang dibayar Depkeu.

Sampai 2014, TNI-AD akan mengembangkan kekuatan udara hingga 14 skuadron. Satu skuadron terdiri atas 14 unit helikopter. Saat ini, kekuatan yang dimiliki TNI-AD hanya dua skuadron. Itu pun kondisinya hanya 50 persen. Dua skuadron yang kita miliki tersebut, baik jumlah maupun kemampuan operasinya, hanya 50 persen. Karena itu, kami berharap pengadaan MI-17 ini lancar dan sesuai jadwal, ungkapnya. (adb)

Sumber: Jawa Pos, 10 Juni 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan