Tak Ada Permata di Rumah Sjamsul

Arthalita bertetangga dekat dengan Sjamsul Nursalim di Lampung.

Rumah di Jalan Terusan Hang Lekir II WG 9, Simprug, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, itu telah lama ditinggalkan penghuninya. Hanya ada pembantu rumah tangga dan petugas keamanan menunggui rumah tersebut. Sehari-hari gerbang dari lembaran besi tebal yang menjulang sekitar 6 meter itu selalu tertutup rapat.

Berpagar pilar beton dengan halaman luas, kelengangan rumah di atas lahan sekitar 1.000 meter persegi tersebut tiba-tiba sirna Ahad petang lalu. Para penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi datang menggerudug dan menangkap jaksa Urip Tri Gunawan di sana. Bersama dia, KPK membawa serta perempuan bernama Arthalita Suryani alias Ayin.

Dari tangannya, KPK menyita barang bukti uang US$ 660 ribu atau setara dengan Rp 6 miliar lebih, yang baru diterimanya dari Ayin. Penyidik menduga jaksa yang mengepalai tim kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang membelit PT Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) itu menerima suap.

Sejauh ini KPK tak menyebutkan dengan gamblang untuk siapa dan dalam kasus apa persisnya suap kepada Urip ini ditujukan. Hanya, entah kebetulan entah tidak, rumah tempat mereka ditangkap memang milik Sjamsul Nursalim, bekas bos BDNI. Sempat dinyatakan buron, Sjamsul kini bermukim di Singapura. Kasusnya yang sempat dibuka kembali pun baru Jumat lalu dihentikan prosesnya oleh Kejaksaan Agung.

Adapun Urip sampai kemarin berkeras mengatakan tak ada hubungan apa pun antara uang itu dan perkara yang ia tangani. Itu duit hasil penjualan permata, katanya.

Tak percaya dengan bantahan jaksa ini, tengah malam hingga dinihari kemarin penyidik menggeledah rumah Sjamsul itu. Tiga jam mengaduk-aduk, menjelang subuh petugas mengangkut sejumlah dokumen, satu unit komputer, serta seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah itu ke kantor KPK. Tak ada permata di tempat itu, kata Johan Budi, juru bicara KPK.

Menurut Sambiyo, ketua RT setempat yang turut menyaksikan penggeledahan, selama ini warga sekitar tahu bahwa rumah dua tingkat bercat putih tersebut milik Sjamsul Nursalim. Namun, sudah lama mereka tak melihat tuan rumah atau kerabatnya tinggal di sana.

Ketika penangkapan Urip terjadi, kata Sambiyo, warga yang datang kepadanya malah melaporkan adanya perkelahian di rumah itu. Ia pun mendengar ada sedikit keributan. Mungkin ada perlawanan. Banyak petugas Brimob dan penyidik KPK di rumah itu.

Seorang kerabat dekat Sjamsul Nursalim mengakui Ayin adalah tetangga dekat konglomerat yang pernah memiliki tambak udang Dipasena itu ketika masih tinggal di Lampung. Suaminya ketika masih hidup dulu dikenal dekat dengan Sjamsul, ujar Ake Arif, keponakan Sjamsul Nursalim, kemarin. Kedekatan itu pula yang membuat Ayin acap kali menginap di Simprug bila ke Jakarta.

Namun, Ake membantah keras anggapan bahwa uang yang diberikan Ayin kepada jaksa Urip terkait dengan penghentian kasus BLBI yang menyangkut pamannya. Kalau itu, sama sekali saya bantah, katanya. TOMI | SUTARTO | HERI | CHETA
-------
Pemberi Dolar Itu Tetangga Sjamsul Nursalim

Jika ke Jakarta, Ayin memang menginap di rumah Sjamsul di kawasan Simprug, Jakarta Selatan, yang sudah jarang ditempati pemiliknya.

Seorang wanita ditangkap bersama jaksa Urip Tri Gunawan di rumah pengusaha Sjamsul Nursalim di kawasan Simprug dua hari lalu.

Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan US$ 660 ribu atau sekitar Rp 6 miliar ketika menggerebek mereka.

Dialah Arthalita Suryani. Menurut Ake Arif, keponakan pengusaha Sjamsul Nursalim, AS atau Arthalita Suryani--biasa dipanggil Ayin--adalah tetangga dekat Sjamsul ketika di Lampung. Suaminya ketika masih hidup dikenal dekat dengan Sjamsul, ujar Ake saat dihubungi kemarin. Jika ke Jakarta, Ayin memang menginap di rumah Sjamsul di kawasan Simprug, Jakarta Selatan, yang sudah jarang ditempati pemiliknya.

Ayin menikah dengan Surya Dharma, bos Gajah Tunggal--salah satu perusahaan yang dikendalikan Sjamsul. Surya meninggal beberapa tahun lalu.

Belum diketahui pasti hubungan Arthalita dengan jaksa Urip beserta barang bukti uang ribuan dolar tersebut. Urip membantah jika dikatakan uang itu berkaitan dengan jabatannya sebagai ketua tim penyelidikan kasus dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Menurut Urip, duit itu hasil penjualan permata. Dia mengaku melakoni bisnis jual-beli permata sejak enam bulan lalu. Dia juga mengatakan memiliki bukti tanda terima penjualan permata.

Ake pun menyanggah jika disebut uang itu berkaitan dengan BLBI. Jika dikaitkan dengan kasus BLBI, Ake justru menilai hal itu suatu kebodohan. Masak begitu naifnya. Kasus BLBI baru dihentikan kejaksaan, kemudian mereka transaksi di rumah Sjamsul, ujarnya.

Seorang sumber yang dekat dengan Ayin menduga pertemuan itu terkait dengan bisnis berlian. Keluarga Ayin dikenal berbisnis perhiasan. Ia seperti toko permata berjalan, ujarnya. Pergelangan tangan, leher, telinga, hingga pergelangan kaki semua penuh dengan perhiasan.

Hingga berita ini diturunkan, Ayin belum bisa dimintai konfirmasi. Telepon selulernya tidak diangkat ketika dihubungi. Pesan pendek yang dikirim juga tidak dibalas.

Eri Hertiawan, pengacara Sjamsul Nursalim dari kantor Adnan Buyung Nasution, mengaku tidak mengenal Ayin dan sepak terjangnya. Selaku pengacara, Eri mengatakan hanya diberi kuasa menangani proses hukum kasus BLBI. HERI SUSANTO | SUKMA LOPPIES | BERBAGAI SUMBER

Sumber: Koran Tempo, 4 Maret 2008
-----------
Kerabat Sjamsul Nursalim Itu Juga Ratu Properti

Siapa sebenarnya Artalyta Suryani (Ayin)? Perempuan yang kini menjadi tersangka penyuap jaksa Urip Tri Gunawan itu merupakan kerabat dekat konglomerat Sjamsul Nursalim. Dia adalah sepupu istri Nursalim.

Hubungan keluarga itu sangat dekat. Bahkan, Ayin pernah diminta Sjamsul Nursalim mengurus tambak Dipasena saat krisis lalu, ujar seorang sumber kepada Radar Lampung (Grup Jawa Pos) di Lampung kemarin (3/3).

Tambak Dipasena merupakan tambak udang terbesar di Asia Tenggara. Tambak itu akhirnya menjadi salah satu kekayaan Nursalim yang diserahkan ke BPPN untuk menutup kewajiban BLBI yang mencapai Rp 49 triliun tersebut.

Hubungan kedua keluarga itu juga tergambar saat mendiang Surya Darma, suami Ayin, masih hidup. Surya dikenal dekat dengan Nursalim. Surya adalah salah seorang bos Gadjah Tunggal Group, gurita bisnis milik sang taipan yang kini diduga berada di Singapura tersebut.

Ayin bukannya tak memiliki bisnis. Saat ini, PT BAS (Bukit Alam Surya), kapal bisnisnya, sedang melakukan reklamasi pantai Teluk Lampung yang rencananya menjadi kawasan WFC (water front city). Semacam kota mandiri di bibir teluk kota nan indah itu. Rekalamsi sekitar 150 hektare tersebut bakal menyedot triliunan rupiah.

Bukan hanya di bibir pantai. Ibu tiga anak tersebut juga mengibarkan bendera bisnis di daerah perbukitan Kota Lampung. Di sana, dia membangun kompleks perumahan elite, Perumahan Bukit Alam Surya. Saat ini, proyek tersebut sedang dipasarkan secara besar-besaran.

Ayin juga dikenal sebagai pemilik tempat hiburan dan karaoke Milenium, Bandarlampung. Itu merupakan salah satu pusat hiburan terbesar di kota tersebut. Bangunannya berbentuk U yang dibangun di atas tanah sekitar satu hektare.

Walaupun mempunyai banyak bisnis di Lampung, dia jarang mau tampil di depan umum. Bu Ayin lebih senang di balik layar, ungkap sumber Jawa Pos itu.

Di kalangan pasar modal, nama Ayin sudah tidak asing. Per 2006, dia tercatat sebagai presiden direktur Indonesia Property Prima (PT Ometraco Realty Tbk), perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan bergerak di bidang properti. Di bursa efek, kode saham perusahaan tersebut adalah OMRE.

Di bawah Ayin, Indonesia Property Prima terus merugi. Tahun lalu, periode Januari-Juni 2007, rugi bersih mencapai Rp 2,595 miliar. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan itu dilego kepada First Pacific Capital Group Limited, perusahaan milik Salim Group (Liem Sie Liong dan Anthony Salim) yang berkantor pusat di Hongkong.

Per Juli 2007, First Pacific menguasai 71,63 persen saham Indonesia Property Prima. PT Gadjah Tunggal Mulia memiliki 8,46 persen dan sisanya publik. Namun, per 31 Januari 2008, First Pacific telah menguasai 90,09 persen saham Indonesia Property Prima.

Artinya, kepemilikan Indonesia Property Prima yang dulu di bawah Gadjah Tunggal milik Sjamsul Nursalim kini beralih pemilik ke Grup Salim. Saat di bawah grup Gadjah Tunggal, Ayin berposisi sebagai Presdir Indonesia Property Prima. Kini, di bawah kendali Salim, dia menjabat wakil komisaris utama.

Pernah Jadi Bendum PKB
Selain dikenal sebagai pengusaha, ternyata Artalyta sempat melirik dunia politik. Lima bulan lalu, dalam rapat gabungan Dewan Syura dan Dewan Tanfidz DPP PKB, dia dikukuhkan menjadi bendahara umum partai yang dipimpin Abdurrahman Wahid dan Muhaimin Iskandar tersebut.

Dalam website PKB, www.dpp-pkb.org, nama Artalyta terpampang jelas sebagai bendahara umum (Bendum) DPP PKB. Namun, kini dia sudah tak aktif. Artalyta bukan lagi bendahara umum PKB. Jabatan itu sekarang saya pegang, kata Aris Junaedi.

Dalam website PKB, Aris Junaedi menjabat wakil bendara bersama Bachroedin Nasori, A. Nasihin, dan Nur Hasanah.

Menurut Aris, Artalyta memang sempat menjabat bendahara umum PKB menggantikan Erman Suparno yang diangkat menjadi menteri tenaga kerja dan transmigrasi. Baru dua hari menjabat, Artalyta mengirim surat pengunduran diri ke DPP PKB. Alasannya, dia tidak enak karena juga punya banyak teman di PDIP dan partai Golkar, ungkapnya.

Sejak itu, jabatan bendahara umum diserahkan kepada Aris yang merupakan orang dekat Gus Dur.

Artalyta, kata Aris, sebelumnya merupakan pengusaha murni. Dia belum pernah menjadi pengurus maupun anggota PKB. Lalu, siapa yang membawa dia masuk ke PKB? Aris mengaku tidak tahu. Itu karena Gus Dur dekat dengan kalangan Tionghoa, kata Aris.

Sumber Jawa Pos menyatakan, Artalyta dibawa oleh anggota Dewan Syura DPP PKB yang juga telah mengundurkan diri. (yun/tom/jpnn/tof)

Sumber: Jawa Pos, 4 Maret 2008

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan