Survei TII yang Menyakitkan Polri

Hasil survei Transparency International Indonesia (TII) bisa jadi merupakan tamparan sangat keras ke wajah Polri. Survei TII itu memang mengandung kelemahan mendasar, karena sebatas mengukur persepsi publik, bukan berdasarkan data konkret tentang korupsi yang ada pada institusi-institusi yang menjadi objek survei.

Dengan kata lain, temuan TII kiranya mengandung unsur subjektivitas yang sangat tinggi. Namun, berpijak pada filosofi vox populi vox dei, semua pihak pada akhirnya tetap perlu menaruh perhatian seksama pada survei TII tersebut.

Setelah pada periode survei sebelumnya berada di peringkat tiga, memburuknya citra Polri di mata publik pada survei kali ini jelas-jelas bukan bingkisan akhir tahun yang sedap. Bahkan, sedih dan sakit hati semestinya tidak hanya dirasakan personel Polri seperti yang saya ajak bicarakan, seperti di atas.

Bertitik tolak dari filosofi polisi sebagai bayang-bayang masyarakat, sudah sepantasnya apabila masyarakat pun merasa tercoreng-moreng oleh survei tersebut. Sebab, penilaian tentang wajah bopeng Polri pada dasarnya merupakan pantulan segala macam koreng yang juga ada pada publik sendiri.

Masyarakat, atau setidaknya responden survei, tampaknya tidak begitu terpengaruh oleh prestasi-prestasi besar yang telah dicapai Polri pada waktu belakangan ini. Mulai operasi penangkapan pelaku teror, pemberantasan perjudian, perang terhadap narkoba, hingga perburuan terhadap pelaku pembalakan liar, sepertinya berlalu begitu saja dari benak masyarakat. Karena itu, masyarakat pun tanpa ragu

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan