Sulit Andalkan Negara Berantas Korupsi

ICW Peroleh UII Award

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menilai negara sangat lemah menghadapi korupsi yang merajalela di Indonesia. Yang masih bisa diharapkan adalah masyarakat, khususnya pers dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Banyak kasus korupsi macet kalau tidak digebrak pers. Bisa-bisa lemah, sayup-sayup hilang kalau dipercayakan penanganannya kepada lembaga yang dipercaya untuk (mengusut kasus korupsi) itu," kritik Mahfud MD di Jakarta, Senin (27/6).

Penegasan Mahfud itu memperkuat penilaian Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid bahwa meskipun berbagai instrumen hukum sudah lebih dari cukup dan lembaga yang menangani sudah lengkap untuk menjerat koruptor, bahkan ditambah lembaga "superbody" bernama KPK, belum ada tanda-tanda korupsi akan berkurang secara signifikan, apalagi hapus dari bumi Indonesia.

"Tidak berlebihan jika dikatakan negara kita sedang menderita kleptokrasi pada level yang akut, sehingga kalau tidak diatasi serius sangat membahayakan eksistensi negara secara keseluruhan," katanya.

Karena itu keduanya sependapat diperlukan perseorangan ataupun lembaga yang gigih dan konsisten memberantas korupsi seperti Indonesia Corruption Watch (ICW). UII menilai, selain melibatkan orang-orang muda yang militan, independen, selektif dalam pendanaan, ICW tak sembarangan menyampaikan pernyataan.

"ICW tak hanya melaporkan, tapi juga mengawal kasus dan mengkritisi proses peradilan hingga dikeluarkannya putusan, sehingga masyarakat berharap banyak kepada mereka," kata Edy.

Risiko Besar
Lantaran itu, Mahfud yang bulan lalu dimintai pertimbangan oleh utusan UII langsung menyetujui rencana almamaternya itu memilih ICW sebagai penerima Anugerah UII (UII Award) 2011. Mahfud merupakan penerima UII Award ketiga, tahun lalu, setelah mantan Jaksa Agung Baharuddin Lopa pada 1997 dan Amien Rais (1998).

"Tak ada institusi yang tak punya kelemahan. Tapi ICW adalah salah satu LSM yang paling gigih dan konsisten dalam pemberantasan korupsi. Saya tak melihat sekarang saja, tapi sejak dipimpin Teten Masduki. Mereka punya senjata yang ampuh, yakni data yang  bisa dipertanggungjawabkan, meskipun risiko yang dihadapi cukup besar, seperti penganiayaan yang dialami Tama S Langkun," katanya.

Koordinator ICW Danang Widoyoko menanggapi pemberian UII Award itu sebagai bentuk dukungan masyarakat untuk lebih gigih dan konsisten mengawal pemberantasan korupsi di negeri ini. (A20-59)
Sumber: Suara Merdeka, 28 Juni 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan