Studi Banding 90 menit
Dana studi banding ke luar negeri tahun depan Rp 31,46 miliar.
Sekitar 90 menit. Itulah lamanya studi banding delegasi Badan Urusan Rumah Tangga DPR di bawah pimpinan Roestandi Wahidi dengan mitra mereka, parlemen Mesir, yang sebenarnya direncanakan tujuh hari. Hari itu, Minggu, 18 Desember, tepatnya pukul 12.30 waktu setempat, para anggota delegasi diterima pemimpin parlemen Mesir, Ahmed Sachi Surour, di ruang tamunya di Kairo.
Sebenarnya pertemuan itu penting, untuk menjaga hubungan kedua negara, ujar Wakil Kuasa Usaha Kedutaan Indonesia di Mesir, Muzammil Basyuni, yang menemani delegasi dalam pertemuan tersebut, saat dihubungi kemarin.
Sayang, waktu dialog yang hanya 90 menit itu pun tidak maksimal. Sering kali telepon di meja Ahmed berdering, memaksa dialog serius tersebut terhenti. Belum lagi sekretaris Ahmed yang terus menyodorkan berkas untuk ditandatangani. Memang jadwalnya padat untuk pelantikan parlemen besoknya, kata Muzammil.
Sehari kemudian, anggota parlemen Mesir sibuk dengan pelantikan. Sedangkan 15 wakil rakyat dari Indonesia sedang mengagumi Kota Iskandariah. Sisa jadwal pun dipenuhi dengan kegiatan melancong. Mereka tak menghadiri acara pelantikan. Itu sudah diketahui sebelumnya, kata Muzammil.
Padahal, pada hari yang sama, di gedung MPR/ DPR di Jakarta, Ketua DPR Agung Laksono menyatakan, selain untuk studi banding, izin ke Mesir diberikan untuk menghadiri pelantikan parlemen Mesir.
Wakil Ketua DPR Bidang Kesejahteraan Rakyat Zaenal Ma'arif berbicara senada. Parlemen Mesir, kata dia, sudah siap menerima anggota Dewan dari Indonesia. Kalau tidak datang, kredibilitas kita bisa jatuh, katanya. Dengan alasan itu, Agung dan Zaenal meloloskan 15 anggota itu ke Mesir
Membingungkan. Bahkan, menurut anggota delegasi, Djoko Edhi Soetjipto Abdurrahman, yang tiba lebih dulu dibanding rekan-rekannya, setelah pertemuan 90 menit, delegasi terpecah. Dilanjutkan dengan agenda masing-masing, ujar Djoko begitu tiba di bandara kemarin. Djoko sendiri mengaku membawa kepentingan mencari informasi mengenai pengurusan perjudian di Mesir.
Hasilnya mengecewakan, kata Djoko Edhi. Ia pun menyebut tindakan koleganya yang membuatnya kecewa. Ada enam rekannya yang membawa pendamping. Staf ahli yang mengurusi masalah perjudian, Noorca M. Massardi, yang mendampingi Djoko, menyebut hal lain. Saya dengar ada yang berlanjut ke Dubai, kata Noorca.
Anggota Badan Urusan Rumah Tangga DPR, R.B. Suryama Majana, menyesalkan perjalanan yang menghabiskan dana sekitar US$ 76.170 tersebut. Selama ini, hasil studi banding tidak bisa diaplikasikan, katanya. Suryama menilai, agenda studi banding sebetulnya bisa diganti dengan jalan-jalan ke parlemen daerah.
Sebenarnya, kunjungan ke Mesir merupakan satu paket bidikan Badan Urusan Rumah Tangga DPR tahun lalu bersama Korea Selatan dan Thailand. Sumber Tempo mengatakan, awalnya rencana ke luar negeri belum ada. Tapi kemudian diberitahukan bahwa BURT punya anggaran ke luar negeri, kata sumber itu. Dananya Rp 2,71 miliar. Akhirnya, dibuatkan jadwal studi banding.
Suryama tak menampik hal itu. Ya, mentalnya masih seperti itu, katanya. Tahun depan, dana Rp 4,69 miliar sudah menunggu anggota Badan Urusan Rumah Tangga DPR dari total seluruh dana studi banding, termasuk untuk komisi sebesar Rp 31,46 miliar. YOPHIANDI KURNIAWAN | WAHYU DHYATMIKA
Sumber: Koran Tempo, 22 Desember 2005