Siswa Miskin Tak Berani Daftar RSBI
Sekolah berstatus R/SBI semakin eksklusif. Siswa dari kelompok miskin tak berani mendaftar karena khawatir tak mampu membayar.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menggelar survei di sejumlah daerah, selama masa penerimaan peserta didik baru. Temuan survei, masyarakat umumnya enggan mendaftarkan anaknya ke sekolah berstatus R/SBI karena alasan biaya.
"Alasan yang paling sering muncul adalah, orangtua khawatir tidak mampu membayar biaya sekolah anaknya jika masuk sekolah RSBI. Meskipun ada keringanan di awal, mereka tetap khawatir tidak mampu membayar Iuran Rutin Bulanan," ujar Retno.
Selain itu, orangtua khawatir tidak mampu membelikan laptop, yang seolah-olah menjadi keharusan bagi siswa R/SBI. Belum lagi, kesenjangan antara siswa dari kalangan miskin yang harus bergaul dengan siswa yang mayoritas berasal dari kelompok kaya.
Akibat kekhawatiran itu, masyarakat dari golongan tidak mampu cenderung tidak berani mendaftarkan anaknya ke sekolah R/SBI, meskipun anaknya berkemampuan akademik tinggi. Pada akhirnya, sekolah R/SBI kesulitan memenuhi kuota 20 persen bangku untuk siswa miskin.
Tak hanya di Jakarta, sekolah berstatus internasional di kota-kota lain juga mengalami kesulitan memenuhi kuota. SMPN 5 Semarang, misalnya, hanya menerima 24 siswa miskin dari kuota 45 siswa. Sementara, SMAN 3 Solo yang memiliki kuota 60 bangku untuk siswa tidak mampu, sampai saat ini hanya menerima 12 orang. Farodlilah
--------------
foto: Dila dan sumber lain