Setelah 'Peniup Peluit' Itu Bersuara

Fenomena Dedi hampir sama dengan fenomena Hiroaki Kushioka yang mengungkap skandal di Tokyo Electric Company.

Ahmad Dedi Abidin tampak tenang. Pegawai negeri sipil (PNS) yang berani membongkar kasus ko rupsi di lingkungan Pemprov Jabar itu akan memberi kesaksian perkara yang dibongkarnya di Pengucilan Negeri Bandung. Namun, wajah tenangnya sesaat kemudian berubah menjadisebuah keharuan.

Air matanya menetes membasahi selembar kertas yang tengah dipegangnya. Dia tidak kuat menahan haru begitu membaca selembar cetakan surat elektronik yang diterimanya. Surat itu berisi dukungan moral dan kesanggupan dari sekelompok orang di Inggris untuk membantu kehidupannya.

Alhamdulillah, ternyata perjuangan saya mendapat dukungan, tutur Dedi lirih. Sudah lama memang mantan camat di Perwakilan Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang itu terbelit kesulitan ekonomi. Sejak mengungkap kasus pemotongan dana instruksi gubernur (Ingub) senilai Rp3,4 miliar itu kariernya sebagai PNS terkatung-katung.

Gajinya sebagai seorang staf di Kota Bekasi-ia dipindah pada 1997-sejak enam bulan terakhir diblokir. Padahal, jabatan awal yang dipegang alumni APDN (kini STPDN) itu adalah seorang camat.

Pengucilan yang dilakukan kawan sesama PNS di tempat kerjanya membuat Dedi sering mangkir kerja. Ia menilai tempat kerjanya sudah tidak kondusif. Dedi pun lebih banyak menghabiskan waktunya di Bandung, sambil terus mengawal jalannya proses persidangan kasus dugaan korupsi dana Ingub.

Dia memang menjadi peniup peluit yang membuat kasus korupsi tersebut terbongkar. Tidak hanvg itu, Dedi juga sudah membuat Bupati Sumedang, Misbachsebagai atasan Dedi-terseret ke pengadilan. Kebetulan, pemotongarudana yang seharusnya tersalur ke kecamatan-kecamatan itu masuk ke rekening pribadi Misbach.

Setelah keberaniannya mempertaruhkan jabatan dan keluarganya untuk mengungkap korupsi itu yang dimuat di Republika edisi Sabtu, 18 Januari 2003, telepon banyak masuk ke Republika menanyakan alamat dan nomor rekening ayah lima anak itu.

Tidak hanya itu, milis Republika juga menerima kiriman pesan serupa. Salah satu pesan yang masuk itu datang dari Keluarga Islam Britania Raya dan Sekitarnya (Kibar). Dari Inggris, aktivis lembaga tersebut, Hendri Syamsudin, berniat membantu kesulitan yang dialami Dedi.

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan