Semangat Buruh Go Politic

Gerakan buruh dikenal sebagai gerakan yang loyalis dan memiliki solidaritas yang tinggi. Hal tersebut merupakan luapan sikap perlawanan terhadap ketidakadilan dan tiadanya kesejahteraan yang mereka terima. Ketidakadilan atas perasan keringat yang tidak dibayar sesuai jasanya oleh pengusaha. Selain turun ke jalan, para pejuang upah ini merasa harus berjuang untuk perubahan sistem dan regulasi. Perubahan ini bisa terwujud hanya dapat dilakukan oleh kaum buruh dengan menduduki jabatan strategis di pemerintahan.

Bukan masuk ke partai. Namun bermodalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Salah satu pejuang buruh ObonTabroni yang juga menjadi Ketua Umum DPP Aneka Industri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ini berencana mengikuti pemilihan kepala daerah Kabupaten Bekasi tahun 2017 mendatang secara independen.

Ditemui oleh antikorupsi.org di Kantor ICW di Kalibata selepas berbuka puasa Jum’at (28/06/2015) Obon biasa dipanggil, berbagi cerita atas perjuangannya untuk merubah nasib kaum buruh khususnya di Kabupaten Bekasi. Ia risau karena buruh tidak kunjung memperoleh kesejahteraan buruh dari tahun ke tahun. Tuntutan kenaikan nilai upah buruh yang tidak dipenuhi melalui keputusan pemerintah. Itulah kenapa, ia berfikir bahwa permasalahan nilai upah buruh sangat berkaitan dengan politik.

Dalam hal ini, permasalahan upah yang menjadi bahan perjuangan kaum buruh tidak lepas atas peran dan keputusan dari kepala daerah. Oleh sebab itu, pendiri FSPMI di Bekasi pada tahun 1999 ini bersama teman-teman buruh Bekasi terdorong untuk melakukan perubahan sistem, yang diharapkan menjadi semangat perubahan. Perubahan yang tidak hanya dinikmati oleh buruh di Bekasi, melainkan untuk Indonesia.

Saat ini, di Bekasi ada kurang lebih 700 ribu buruh formal, sedangkan Indonesia memiliki kurang lebih 40 juta buruh yang tersebar di penjuru daerah, dan 80 ribu orang diantaranya merupakan anggota FSPMI. Melihat kuantitas buruh di Bekasi yang tidak sedikit tersebut, maka hal ini menjadi pembakar motivasinya untuk melakukan perubahan bagi buruh agar lebih sejahtera.

Selain permasalahan kesejahteraan dan upah buruh, masih ada masalah lain yang dirasakan buruh seperti kesehatan, infrastruktur, dan pendidikan yang juga menjadi hal yang harus diperjuangkan. Selain itu juga ada masalah kesulitan mendapatkan informasi dan tiadanya transparansi dari penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kawasan Bekasi yang didominasi oleh industri dan pabrik menjadikan buruh seperti robot yang telah diprogram tanpa memikirkan hiburan layaknya masyarakat lainnya.

“Lingkungan Bekasi telah rusak dan tidak adanya hiburan seperti taman. Kami seperti robot yang terjadwal dengan rutinitas,” ucap lelaki yang lahir di tanah Bekasi ini.

Membangun solidaritas dan jaringan menjadi rencana kedepannya. Teriak kan buruh di daerah lain merupakan teriakan buruh Bekasi dan di Indonesia. Hal tersebut hanya dapat dirasakan jika solidaritas buruh antar daerah bisa terbangun. Besarnya ‘kekuatan’ solidaritas dalam perjuangan buruh menjadi nilai tawar untuk melakukan konsiliasi yang lebih besar lagi.

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan