Seleksi Calon Pimpinan KPK; Mantan Kajati Jatim Dicecar Kasus Plagiat
Tugas Pantia Seleksi (Pansel) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hampir final. Kemarin mereka telah mewawancarai kelompok terakhir di antara 26 calon pimpinan KPK yang hasilnya segera diberikan kepada presiden.
Dalam wawancara terakhir, KPK memanggil Mangiring Torean (mantan vice president Citibank), Marwan Effendy (mantan Kajati Jawa Timur), Mochammad Yasin (direktur Litbang KPK), Saut Situmorang (mantan pelaksana harian direktur BIN), Sudibyo Triatmodjo (pejabat eselon II Kementerian PAN), Surachmin (Irjen Pengawaan Kerugian Negara BPK), Waluyo (deputi bidang pencegahan KPK), dan Sudirman Ail (purnawirawan polisi).
Wawancara kedua yang dilaksanakan di Hotel Borobudur itu benar-benar digunakan untuk mengetes profil masing-masing calon. Referensi wawancara adalah makalah yang telah mereka buat pada Rabu lalu (29 Agustus) dan laporan track record profil masing-masing pimpinan KPK yang telah diberikan masyarakat.
Dalam sesi wawancara mantan Kajati Jawa Timur Marwan Effendy, Pansel KPK menyatakan telah mendapat laporan dari masyarakat tentang disertasi doktoralnya di Universitas Padjadjaran, Bandung.
Salah seorang anggota Pansel KPK Daniel Sparinga mengungkapkan adanya laporan bahwa disertasi Marwan yang berjudul Eksistensi Kejaksaan RI dalam Sistem Ketatanegaraan dalam Implikasinya dengan Dibentuknya KPK hanya tinggal meng-copy paste disertasi mantan Kapolwil Besuki Untung S. Radjab pada 2002.
Dengan nada tinggi, pria yang kini menjabat kepala Pusdiklat Kejagung itu membantah. Pak Untung membuat disertasi, ibaratnya tentang sapi, kalau saya tentang kerbau, mana bisa sama, ujarnya kesal. Marwan menjelaskan, disertasinya mengupas tentang kejaksaan, sedangkan disertasi Untung membahas soal peran polisi membantu kerja KPK.
Wawancara yang juga menarik kemarin saat Saut Situmorang ditanya tim Pansel KPK. Mantan pelaksana harian direktur Badan Intelijen Negara (BIN) itu mengungkapkan keinginannya untuk ikut memberantas korupsi. Sebagai mantan anggota BIN, dia mengatakan bahwa pengalamannya sebagai intelijen akan sangat berguna untuk menguak kasus-kasus korupsi. Sebagai anggota intelijen, saya bisa berada di mana-mana tanpa ketahuan bahwa saya agen, ujarnya di hadapan tim Pansel yang mewawancari. Itu pun, lanjut dia, akan digunakan ketika terpilih sebagai salah seorang pimpinan KPK.(nue)
Sumber: Jawa Pos, 6 September 2007