Seleksi Calon Hakim Diminta Tak Abaikan Integritas

Koalisi Pemantau Peradilan mendesak Komisi Yudisial agar serius membenahi peradilan dalam proses seleksi calon hakim agung. Koalisi memberikan sapu lidi dan jamu tolak angin kepada Komisi Yudisial sebagai simbol pembenahan peradilan.

”Sapu lidi ini untuk membersihkan mafia peradilan, dan jamunya untuk menangkal 'masuk angin',” ujar anggota Koalisi dari Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho, di gedung Komisi Yudisial kemarin. Maksud “masuk angin”, menurut Emerson, meloloskan calon karena terpengaruh janji atau pemberian dari calon maupun sponsornya.

Komisi Yudisial sejak Senin lalu mewawancarai 35 calon hakim agung dari berbagai golongan. Setelah seleksi ini, Komisi akan mengusulkan 18 nama calon ke Dewan Perwakilan Rakyat. Ke-18 calon yang lolos itu akan mengikuti uji kelayakan dan kepatutan oleh parlemen. DPR akan memilih enam calon.

Emerson mendesak Komisi tidak mengejar kuantitas dengan mengabaikan kualitas dan integritas. Sebab, menurut dia, 25 dari 35 calon dinilai bermasalah, dari menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, memiliki gaya hidup tak wajar, hingga gelar akademik yang dipertanyakan. ”Kami minta Komisi tidak meloloskan calon yang justru membahayakan peradilan,” ujar Emerson tanpa mau menyebutkan nama 25 calon bermasalah itu. Alasannya, menjunjung asas praduga tak bersalah.

Adapun Ketua Komisi Busyro Muqoddas mengatakan tidak akan memaksakan memilih 18 nama calon jika tidak ada kandidat yang berkualitas baik. ”Publik tak perlu khawatir,” ujarnya. Seleksi, Busyro melanjutkan, dilakukan transparan. Semua informasi, termasuk nama-nama calon yang dituding bermasalah oleh Koalisi, menjadi bahan pertimbangan.

Busyro juga yakin tak bakal ada komisioner yang “masuk angin” alias tergoda iming-iming. ”Kami menjabat tinggal sepuluh bulan. Tidak mungkin kami bunuh diri. Itu langkah yang konyol,” tuturnya. BUNGA MANGGIASIH

Sumber: Koran Tempo, 7 Oktober 2009

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan