Selarik Senyum dengan Interupsi

Setelah 30 tahun, Singapura akhirnya bersedia berunding dengan Indonesia dalam hal perjanjian ekstradisi. Masih banyak yang salah paham.

Pada Rabu yang mendung pekan lalu itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampak tak kuasa menyimpan kekesalannya. Wajahnya merah padam. Suara kalemnya lenyap, berganti dengan nada tinggi. Saya kaget, kalau ada yang menyebarkan isu, katanya, saya mengatakan datang ke Singapura menandatangani perjanjian ekstradisi.

Setelah itu ia menelan ludah. Beberapa wartawan yang hadir dalam siaran pers di Singapura pekan lalu itu terkejut. Tak biasanya Presiden berbicara dengan nada melambung. Keriangan Presiden setelah sukses membujuk Singapura membahas perjanjian ekstradisi seolah lenyap, menjelang pulang ke kampung halamannya.

Kekesalan Presiden Yudhoyono bermula dari simpang-siurnya berita tentang perjanjian ekstradisi antara pemerintah Singapura dan Indonesia sepanjang pekan lalu. Sejumlah politisi di Tanah Air mengecam pemerintah Yudhoyono karena gagal memaksa Singapura meneken perjanjian. Saya ingin memberikan koreksi kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang seolah-olah saya mengatakan

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan