SBY Tunjuk Agus Martowardojo sebagai Menteri Keuangan

Sri Mulyani Minta Agus dan Amy Reformasi Birokrasi Kemenkeu

Teka-teki siapa pengganti Sri Mulyani Indrawati akhirnya dijawab Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tadi malam. Presiden menunjuk Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo sebagai menteri keuangan. Presiden juga mengangkat Dirjen Anggaran Anny Ratnawati menjadi wakil menteri keuangan.

Keduanya tadi malam telah menandatangani pakta integritas dan kontrak kinerja di kediaman pribadi Presiden SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. ''Yang akan saya tunjuk sebagai menteri keuangan adalah Saudara Agus Martowardojo yang sekarang menjabat Dirut Bank Mandiri. Dan, yang akan saya angkat menjadi wakil Menkeu adalah Saudara Anny Ratnawati yang sekarang menjabat Dirjen Anggaran pada Kementerian Keuangan,'' kata SBY.

Agus dan Anny akan dilantik sore ini di Istana Negara. Saat SBY mengumumkan penunjukan Agus dan Anny sebagai komandan baru instansi keuangan yang berlokasi di Lapangan Banteng, Jakarta, itu, keduanya meninggalkan Puri Cikeas. SBY mengatakan, dirinya memilih kedua pejabat tersebut setelah mempertimbangkan banyak hal terkait dengan tugas pokok, tantangan, dan portofolio Menkeu dan Wamenkeu. Presiden juga mempertimbangkan masukan dari Wapres Boediono dan Menko Perekonomian Hatta Rajasa.

''Kedua tokoh tersebut saya pandang cakap mengemban tugas sebagai Menkeu dan Wamenkeu, memiliki kapasitas dan integritas tinggi dan baik, dan memiliki pengalaman dan pengetahuan, serta penugasan, exposure , baik di dalam maupun luar negeri, yang saya pandang cukup untuk menempati dua posisi itu,'' beber SBY. Presiden akan menjelaskan tugas pokok, kewajiban, dan pekerjaan rumah kepada mereka setelah keduanya disumpah sore ini.

Senin lalu (17/5) Agus diangkat kembali menjadi Dirut Bank Mandiri kali kedua dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RSUPST) 2010. Setelah RUPST, kala itu, Agus terburu-buru meninggalkan wartawan sehingga tidak sempat memberikan konferensi pers yang lazim dilakukan Dirut pasca RUPS.

Belakangan diketahui, Agus berangkat ke Singapura dan bertemu dengan Presiden SBY yang lebih dulu berangkat ke sana untuk melakukan kunjungan kerja. Sumber di istana membenarkan bahwa Agus bertemu dengan SBY di Singapura.

Sedangkan nama Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Anggito Abimanyu tak terpilih menjadi wakil Menkeu (Wamenkeu). Padahal, dia telah menjadi pejabat eselon 1A, syarat yang memungkinkan menduduki jabatan tersebut. Sebelumnya, dia hampir dilantik sebagai Wamenkeu, namun ditunda hingga mendapat golongan 1A.

Jabatan Wamenkeu akhirnya jatuh ke Dirjen Anggaran Anny Ratnawati. Mengapa Anggito terpental? Menko Perekonomian Hatta Rajasa tak bersedia memberikan penjelasan. ''Sudah, sudah,'' ujarnya di Puri Cikeas. Hatta mengatakan, presiden memiliki mekanisme sendiri dalam menyaring calon Menkeu dan Wamenkeu.

Tugas Berat
''Siapa pun pengganti saya, lanjutkan reformasi di Kementerian Keuangan.'' Pesan itulah yang berulang-ulang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam berbagai kesempatan akhir-akhir ini.

Reformasi, tampaknya, menjadi kata kunci untuk seorang menteri keuangan. Sri Mulyani mengatakan, dengan kekuasaan yang begitu besar, Kementerian Keuangan memang sangat rawan penyalahgunaan kewenangan oleh para pejabat dan pegawainya. ''Karena itu, proses reformasi harus terus dilakukan di setiap lini,'' katanya.

Sri Mulyani menyatakan, sejak dirinya menjabat Menkeu pada 2005, proses reformasi kencang dilakukan di seluruh institusi Kementerian Keuangan, terutama Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai. ''Memang, masih ada beberapa oknum yang mencederai reformasi dan mencoreng nama baik institusi. Tapi, oknum seperti itu harus kita musuhi. Jangan biarkan oknum seperti itu meruntuhkan semangat reformasi,'' terangnya merujuk kepada ulah Gayus Tambunan yang tersangkut kasus mafia pajak.

Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika mengatakan, melanjutkan reformasi merupakan tugas terberat menteri keuangan. ''Sebab, reformasi itu akan berbenturan dengan banyak kepentingan, yang tidak jarang juga melibatkan unsur kekuasaan. Jadi, ketegasan dan keteguhan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki menteri keuangan,'' ujarnya.

Sementara itu, ekonom UGM Sri Adiningsih mengatakan, tugas berat yang juga diemban oleh menteri keuangan ialah mengelola ekonomi Indonesia. ''Meski fondasi Indonesia saat ini sudah baik, banyaknya modal masuk yang bersifat hot money juga harus diwaspadai. Ditambah dengan potensi krisis keuangan di Eropa, maka ekonomi tetap harus dijaga. Artinya, kemampuan meracik kebijakan fiskal dan moneter harus mumpuni. Untuk itu, menteri keuangan juga harus pandai berkoordinasi dengan Bank Indonesia,'' paparnya.

Duet Agus dan Anny mendapat apresiasi positif. Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan menga­takan, Agus sudah sangat dikenal oleh pasar dan pelaku ekonomi. ''Pasar bisa tenang karena peng­ganti Bu Sri Mulyani adalah sosok yang track record-nya juga sudah diketahui, baik tingkat nasional, regional, maupun global,'' ujarnya.

Penilaian DPR
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menilai, pemilihan Agus Martowardojo sebagai Menkeu baru pengganti Sri Mulyani sudah tepat. Agus dianggap memiliki track record bagus dan kemampuan yang mumpuni untuk menggan­tikan Sri Mulyani. Hanya, Agus punya catatan negatif di mata DPR.

Menurut Priyo, kapasitas Agus sebagai Dirut Bank Mandiri tidak perlu dipermasalahkan. Kualitasnya sesuai dan sepadan untuk mengem­ban tugas sebagai pengelola keuang­an negara. ''Untuk yang ini, tidak perlu dipermasalahkan,'' ujarnya saat dihubungi tadi malam.

Masalahnya, kata dia, Agus me­miliki ''cacat'' di mata DPR. Itu terkait dengan kegagalannya dalam meyakinkan anggota le­gislatif dalam seleksi calon gu­bernur Bank Indonesia (BI) be­berapa waktu lalu. Saat itu, Agus bersaing dengan Raden Pardede. Tapi, keduanya dianggap tidak layak oleh DPR dan nama mereka dikembalikan ke presiden.

Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Ku­molo menyatakan, PDIP tidak mempermasalahkan siapa yang terpilih sebagai Menkeu atau wakil Menkeu. PDIP konsisten atas sistem presidensial yang dianut di Indonesia. Jadi, SBY berhak memilih siapa pun sebagai pembantunya dalam kabinet. ''Siapa pun yang dipilih harus loyal 1.000 persen kepada presiden,'' katanya tadi malam. (sof/owi/bay/c4/c5/dwi/iro) 
Sumber: Jawa Pos, 20 Mei 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan