SBY: Basmi Korupsi Susah, tapi Kita Bisa

Pemberantasan korupsi masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Tidak mudah memberantasnya. Sebab, praktik penyelewengan keuangan negara itu telah merambah lembaga eksekutif, legislatif, dan juga yudikatif.

Demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam presidential lecture tentang sistem antikorupsi di Istana Negara Jakarta kemarin. Memberantas korupsi adalah tugas berat, tetapi kita bisa melakukannya, kata presiden.

Dalam kuliah kepresidenan itu, seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu hadir. Juga Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Kapolri Jenderal Sutanto, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Kita harus bekerja sangat keras untuk memberantas korupsi di seluruh sektor hingga ke akar-akarnya. Kita harus membuktikan bahwa kita bisa menghentikan praktik ini, kata SBY.

Karena sangat kompleks, presiden mengharapkan pemberantasan korupsi tidak terjebak dalam pertanyaan yang tidak pernah berhenti, seperti dari mana harus dimulai atau siapa yang akan jadi sasaran. Saya tekankan, pemberantasan korupsi harus dilakukan sekarang. Jangan ditunda dan jangan ada pengecualian. Kalau kita tidak melakukan aksi sekarang, korupsi akan terus terjadi dan semakin membebani perekonomian dan rakyat kita, ujarnya.

Dengan penguatan wawasan melalui presidential lecture, Presiden SBY mengharapkan upaya pemberantasan korupsi dapat berjalan lebih efektif. Saya berharap kita dapat memperoleh gambaran komprehensif untuk memperkuat strategi dan sistem penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi, terangnya.

Presidential lecture kemarin adalah kali kedua. Tahun lalu acara serupa mengambil tema pemberantasan kemiskinan. Acara yang berlangsung tertutup menghadirkan dua pakar pemberantasan korupsi terkemuka, yakni Robert Klitgaard dan Bertrand de Speurille.

Klitgaard yang rektor Claremont Graduate University adalah penasihat reformasi ekonomi di 30 negara Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Penulis buku Corrupt Cities: A Practical Guide to Cure and Prevention itu membawakan makalah berjudul Efficiency and Integrity.

Sementara, Bertrand de Speurille adalah mantan komisaris pertama Independent Commission Against Corruption (lembaga seperti KPK) di Hongkong. Pegiat Transparency International itu tampil membawakan makalah Fighting Corruption Some Practical Policy Consideration.(noe)

Sumber: Jawa Pos, 3 Agustus 2006

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan