Saya Siapkan Dana, tapi Bukan Politik Uang

DOKTER BASYIR AHMAD, Ketua DPD Partai Golkar Kota Pekalongan mengaku dalam pencalonan wali kota tidak mungkin calon tidak mengeluarkan dana. Saya sudah mempersiapkan dana, tapi uang itu bukan untuk politik uang, kata dia dalam acara halalbihalal dengan pengurus partainya di Gedung Partai Golkar Pekalongan, Sabtu malam.

Hal itu dia sampaikan setelah mengajukan lamaran ke partainya sebagai calon wali kota periode 2005-2010. Penyerahan lamaran itu diterima Ketua Tim Penjaringan dan Penyaringan partai tersebut, M Bowo Leksono SH.

Namun, berapa besar dana yang disiapkan, dia belum menjelaskan secara pasti. Penyediaan dana itu sudah menjadi kesepakatan dalam keluarga. Kalah atau menang, jika dana itu habis tidak akan menyesal. Semua akan saya terima dengan ikhlas. Bahkan kalaupun menang tidak ada dalam hati saya untuk mengembalikan uang yang sudah hilang, katanya.

Mengapa memiliki prinsip seperti itu? Dia mengaku dalam pencalonan itu dirinya bukan mengejar materi, melainkan semata-mata pengabdian.

Karena itu tidak ada dalam hati saya, setelah menjadi wali kota lalu berusaha mengembalikan uang yang hilang, katanya.

Basyir yang kini menjadi anggota DPRD Kota Pekalongan itu mengatakan, dirinya baru memiliki niat mencalonkan diri pada setengah bulan lalu, meski dorongan dari beberapa temannya sudah muncul sejak dua tahun lalu.

Ketika itu saya belum yakin, apakah dorongan itu banyak. Untuk membuktikan saya menanyakan kepada teman-teman dan tokoh masyarakat. Ternyata mereka juga mendukung. Karena itu kami pun berdoa kepada Allah. Kalau memang baik menjadi wali kota, saya minta dijadikan. Kalau tidak baik, agar dihentikan sebelum mencalonkan, katanya.

Karena itu, di hadapan pengurus Golkar dia meminta didoakan menjadi wali kota jika memang hal itu nanti baik untuk keluarga. Namun, jika tidak, supaya dihentikan dan tidak melanjutkan pencalonan.

Untuk memantapkan hati, dia pun membuat target-target ketika melaksanakan umrah bersama istrinya pada Ramadan lalu. Dari target yang saya buat ternyata tidak ada yang meleset. Karena itu kami pada malam ini saya mengajukan lamaran ke Partai Golkar, katanya.

Juni 2005
Pemilihan wali kota itu, kata dokter yang sehari-hari padat pasien itu, diperkirakan berlangsung pada Juni 2005 melalui pemilihan langsung. Mengingat pemilihannya langsung, dia akan membentuk tim yang tidak hanya dari pengurus Golkar, tetapi juga dari elemen masyarakat. Itu dilakukan karena dalam pemilihan itu yang akan menonjolkan pribadi dibanding partai.

Meski demikian, ini bukan berarti mengecilkan arti pengurus Golkar. Namun pemilihan wali kota memang harus merekrut beberapa elemen masyarakat, katanya.

Hal itu dilakukan, lanjut dia, karena kalau hanya mengandalkan jumlah suara dari partainya, dirinya tidak akan bisa menang. Sebab dalam pemilu lalu, partai yang dia pimpin hanya memperoleh 17% dari suara sah di Kota Pekalongan. Padahal untuk menjadi wali kota harus didukung suara minimal 50%.

Mengenai riwayat hidup, lelaki lulusan Fakultas Kedokteran Undip 1981 di bidang kesehatan itu pernah memegang jabatan Direktur RS Siti Khodijah Pekalongan dan Kepala Puskesmas Tondano.

Di bidang kesehatan, dia pernah mendapatkan penghargaan dari Menkop dan UKM sebagai tokoh masyarakat berprestasi dalam pembinaan koperasi pada 1994, sebagai dokter keluarga teladan se-Jawa Tengah pada 1996, sebagai dokter penulis resep obat generik teladan se-Jateng pada 1992, dan beberapa penghargaan dari Kota Pekalongan.

Lelaki kelahiran Pekalongan 24 Juli 1953 itu kini juga aktif sebagai anggota DPRD. Dia di bidang organisasi juga masih memegang beberapa jabatan penting di Kota Batik, yakni Ketua DPD Partai Golkar Pekalongan, Wakil Kabid SDM ICMI, Wakil Ketua Bakom PKB, Wakil Ketua Paguyuban Antarumat Beragama, Wakil Ketua Pinbuk, Ketua Koperasi Bahtera, Ketua Koperasi IDI, Ketua Trading House, Wakil Bendahara Badan Amal Zakat, dan Ketua LPM Kelurahan Sugih Waras.(Trias Purwadi-42i)

Sumber: Suara Merdeka, 29 November 2004

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan