Said: Puteh Bertanya Soal Hakim Banding

Sebelum penyuapan, Said dan Popon bertemu di gedung MA.

Keterkaitan Abdullah Puteh dengan kasus penyuapan yang dilakukan pengacaranya, Tengku Syaifuddin Popon, kepada panitera di Pengadilan Tinggi Jakarta semakin terkuak. Waktu itu, sebelum bandingnya masuk, Pak Puteh tanya siapa hakim-hakim di pengadilan tinggi, kata Said Salim, wakil panitera Pengadilan Tinggi Sumatera Utara, kepada wartawan semalam, setelah diperiksa penyidik KPK di Jakarta.

Said, yang teman Puteh, menjelaskan bahwa ia tidak mengenal para hakim tersebut. Kepada Puteh, dia mengaku hanya mengenal M. Soleh, Ramadhan Rizal, dan M. Arifin H.A. Saya kasih tahu Arifin. Sebab, dia orang Pusdiklat Kehakiman, pasti kenal dan dekat dengan hakim-hakim di PT DKI Jakarta, katanya. Salah satu pengajar Pusdiklat Kehakiman adalah Sudiro, yang kemudian terpilih menjadi hakim ad hoc tindak pidana korupsi tingkat banding. Saya yakin Arifin kenal dan dekat dengan Sudiro.

Menurut Said, wajar jika Puteh menanyakan soal hakim kepada dirinya. Sebab, saat itu ia mau mengajukan banding setelah divonis 10 tahun penjara dalam kasus korupsi pembelian helikopter. Said kemudian memberikan nomor telepon ketiga orang tersebut. Yang proaktif menghubungi mereka, ya Puteh dan istrinya, katanya. Beberapa waktu kemudian, kata Said, Marlinda Purnomo, istri Puteh, mengirim pesan pendek ke teleponnya memberi tahu yang menangani perkara suaminya adalah Arifin dan M. Soleh.

Said mengaku diperiksa KPK terkait dengan fasilitas hotel di Grand Cempaka Jakarta, tempat menginap tiga hakim ad hoc korupsi tingkat banding, yaitu Sudiro, Abdurahman Hasan, dan As'adi al-Makruf. Said membantah bahwa dia menjebak Popon yang tertangkap basah penyidik KPK ketika hendak menyuap Rp 250 juta kepada Rizal dan Soleh.

Popon mengaku dijebak Said. Namun, Said mengakui bahwa beberapa jam sebelum penyuapan dilakukan dirinya bertemu Popon di gedung Mahkamah Agung. Rencananya dia yang menemani Popon menemui Rizal dan Soleh. Tapi rencana itu dia batalkan karena harus mengurusi izin cutinya ke MA. Tempo yang semalam menelepon Sudiro dan Marlinda untuk mengkonfirmasikan pernyataan Said tidak memperoleh sambungan. ANTON APRIANTO

Sumber: Koran Tempo, 27 Juli 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan