Rawan Korupsi, Proyek Busway Harus Segera Diaudit [30/06/04]

Sistem penjualan tiket busway yang masih manual dan tidak integratif sangat rawan korupsi. Sistem penjualan seharusnya terintegrasi dan online dengan satu sistem komputer.

Pengamat transportasi, Agus Pambagio, mengemukakan hal itu dalam jumpa pers tentang optimalisasi penyelenggaraan busway di Jakarta, Rabu (30/6). Hadir juga dalam jumpa pers itu Sekjen Sustran ( Sustainable Transport Action Network for Asia Pacific) Bambang Susantono, Direktur Urban and Regional Develpoment Institute (URDI) Wicaksono Sarosa, dan pengajar Fakultas Teknik Universitas Indoneia (UI) Suyono Dikun.

Menurut Agus, proyek busway yang telah berjalan hampir enam bulan itu harus segera diaudit karena sistem penjualan tiketnya tidak sesuai dengan rancangan awal. Sistem tiket busway, katanya, tidak ada bedanya dengan sistem penjualan karcis parkir di pinggir jalan (on the street) yang selama ini dikenal rawan korupsi. Sekadar catatan, target pemasukan Badan Pengelola Parkir ke kas Pemerintah Pronvisi DKI tidak pernah tercapai, malah lembaga itu harus disubsidi agar bertahan hidup.

Menurut Agus, DKI Jakarta seharusnya belajar sistem tiket yang diterapkan di Transmillenio, Bogota. Pasalnya, DKI telah melakukan studi banding ke kota tersebut sebelum proyek busway koridor I, Blok M-Kota diluncurkan.

Menurut Suyono Dikun, proyek busway sebenarnya memperlihatkan suatu terobosan penting yang harus dihargai. Namun proyek itu harus diintegrasikan dengan jenis moda angkutan yang lain atau daerah lain di luar Jakarta. Idealnya, kata Suyono, suatu saat nanti, dengan satu sistem tiket orang bisa berjalan ke mana saja di Jakarta, bahkan di wilayah Jabotabek.

DKI Jakarta sendiri sebenarnya telah merancang suatu sistem transportasi makro yang mencakup busway, lightrail (monorail), heavyrail (subway), dan transportasi air. Sampai saat ini baru busway yang diperasikan. Sementara, monorail sudah mulai dibangun dan diharapkan bisa beroperasi pada 2006.

Sementara Wicaksono Sarosa menilai, sejauh ini, perencanaan busway belum begitu memikirkan koneksi antara jalur busway dengan moda angkutan lain. Ia mencontohkan jauhnya halte busway dengan stasiun kereta api Dukuh Atas. Ia menganjurkan agar, pada koridor busway selanjutnya, koneksi dengan jenis angkutan lain itu dipikir secara matang. (Egi)

Sumber: KCM, Rabu, 30 Juni 2004, 18:08 WIB

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan