Presiden Yakin Demokrasi Tutup Peluang Korupsi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin membuka Forum Demokrasi Bali III di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali. Dalam pidatonya, Presiden menegaskan bahwa demokrasi dapat menutup celah korupsi.

"Demokrasi tak memberi peluang bagi praktek korupsi yang menyengsarakan rakyat," katanya. Kemarin bertepatan dengan Hari Antikorupsi se-Dunia.

Menurut dia, demokrasi dapat menciptakan perdamaian dan stabilitas bagi pertumbuhan ekonomi. Namun demokrasi tak bisa dipaksakan dari luar. "Demokrasi harus ditumbuhkan dari dalam masyarakat sendiri."

Forum Demokrasi Bali III ini bertema "Demokrasi untuk Peningkatan Perdamaian dan Stabilitas”. Acara ini diikuti 71 negara dan peninjau. Jumlah pesertanya meningkat dibanding ketika forum ini pertama kali digelar pada 2008, yakni sekitar 40 negara dan peninjau. Sedangkan pada 2009, Forum Demokrasi Bali II diikuti 48 negara dan peninjau.

Dalam pidatonya, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak memuji kemajuan demokrasi di Indonesia. Ia bahkan menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia bisa menjadi panutan bagi negara lain setelah keluar dari kepemimpinan otoriter yang panjang. "Indonesia bisa menjadi contoh baik dalam menyeimbangkan antara kemajuan politik dan pembangunan ekonomi," ujar Lee dalam bahasa Korea.

Ia juga mengatakan demokrasi pada saat ini adalah hal yang mutlak. Lalu lintas informasi yang cepat akibat perkembangan teknologi Internet membuat pemerintah sangat sulit memonopoli dan mengatur arus informasi.

Adapun Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao menuturkan demokrasi bisa memajukan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan stabilitas. "Tak ada pembangunan ekonomi tanpa stabilitas," katanya.

Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd memuji kepemimpinan Indonesia dalam perubahan iklim dan berkomitmen bekerja sama mengurangi kadar emisi oleh penggundulan hutan. Sedangkan Menteri Perubahan Iklim dan Penghematan Energi Australia, Greg Combet, berpendapat sistem perhitungan karbon sangat penting untuk membuktikan pengurangan kadar emisi. Pemerintah Australia pun mengalokasikan dana US$ 45 juta bagi Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim. FAISAL ASSEGAF
 
Sumber: Koran Tempo, 10 Desember 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan