Popon Dimintai Penjelasan

Tengku Syaifuddin Popon, pengacara Abdullah Puteh, dimintai penjelasan tentang layanan pesan singkat (SMS) soal keterlibatan hakim agung Mahkamah Agung. SMS yang berasal dari Marlinda Purnomo, istri Puteh, itu supaya Popon menghubungi hakim agung MA yang akan membantu perkara Puteh.

Klarifikasi SMS Marlinda Purnomo tersebut dibenarkan oleh Denny Ramon Siregar, pengacara Popon, seusai mendampingi kliennya dalam pemeriksaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (12/7).

Kata Denny, SMS Marlinda tersebut ditanyakan penyidik kepada kliennya. ”SMS-nya tidak dia tanggapi, SMS-nya memang ada,” jelas Denny.

Kata Denny, selama menjadi pengacara Puteh, Popon dan timnya tidak pernah meminta bantuan siapa pun di dalam penyusunan memori banding ataupun meminta bantuan hukum lain.

Kami tidak pernah minta tolong, jelas Denny, yang juga termasuk salah satu pengacara Puteh di tingkat banding.

Popon, seusai pemeriksaan, kepada wartawan membantah soal perintah Marlinda itu. Ia mengatakan bahwa pembuatan memori banding dilakukan sendiri oleh timnya.

Ia mengaku kenal dengan Marlinda Purnomo, namun ia membantah Marlinda pernah menghubunginya. ”Saya ketemu Ibu Linda di rumah sakit, istri Pak Puteh. Saya kenal, tetapi Ibu Linda tidak tahu HP saya,” jelas Popon.

Popon mengakui, beberapa hari sebelum putusan perkara Puteh di tingkat banding, dirinya memang pernah menerima SMS sebanyak lima kali dari seseorang bernama Tono yang bertugas sebagai panitera di Pengadilan Tinggi DKI. SMS tersebut memberikan informasi soal perkembangan perkara Puteh di tingkat banding.

Saya tidak ada balas karena saya tidak kenal dengan dia (Tono—Red), jelas Popon.

Soal asal uang, Popon menjelaskan, uang itu dari Said Salim. Uang diberikan Said di halaman parkir Hotel Menteng pukul 13.00 tanggal 15 Juni 2005. Tidak ada saksi lain, selain Popon dan Said, saat pemberian uang itu.

Setelah menerima uang tersebut, Popon pergi ke ATM terdekat, lalu ia kembali ke Hotel Menteng. Ia naik ke kamar Sofyan dan Usman, keduanya rekan Said. Untuk pertemuan itu, ia dikontak Said pada pagi harinya pukul 09.30.

Diklarifikasi alibi Said yang mengatakan masih di Medan, Popon menjawab, ”Itu hak dia. Alibi dia, saya katakan sebenarnya.”

Ia menjelaskan, Said memin- ta agar uang tersebut diberikan kepada Soleh dan Ramadhan Rizal.

Meski baru kenal dua bulan, lanjut Popon, ia sangat akrab dengan Said. Ia tidak bertanya alasan Said meminta tolong. ”Saya kenal Said dari Pak Puteh, sebagai saudara Pak Puteh,” jelas Popon. (VIN)

Sumber: Kompas, 13 Juli 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan