Polisi Beli Pesawat Pakai Dana Cadangan

Total anggaran yang diperlukan mencapai Rp 297,37 miliar.

Markas Besar Kepolisian RI berencana membeli tiga unit pesawat baru untuk mendukung operasinya, yakni satu unit heli Dauphin Eurocopter, satu pesawat udara latih single engine, dan satu kapal patroli latih C-1. Total anggaran yang diperlukan mencapai Rp 297,37 miliar.

Menurut seorang bekas rekanan bisnis TNI kepada Tempo, pembelian tiga pesawat itu menggunakan dana kontigensi (dana cadangan untuk kondisi yang sifatnya darurat) Polri. Akibatnya, dana ini harus direvisi dari sekitar Rp 2,15 triliun menjadi Rp 2,07 triliun.

Kepala Polri Jenderal Sutanto sudah mengirim surat ke Direktur Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan pada 17 Maret 2006. Isinya memohon pencairan dana untuk pembelian ketiga pesawat tersebut. Surat Kepala Polri itu, menurut sumber tadi, sudah disetujui.

Direktur Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan lantas mengirim surat ke Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan. Dalam surat tersebut, dana yang disetujui untuk dicairkan adalah Rp 75 miliar.

Sutanto mengakui pihaknya berencana membeli helikopter yang memiliki daya jelajah jauh dan mampu mengangkut banyak personel. Namun, dia membantah sudah membuka tender pembelian pesawat ini. Kami belum melakukan tender, katanya.

Pembelian helikopter ini, menurut Sutanto, menggunakan rupiah murni, bukan fasilitas kredit ekspor. Alasannya, kredit ekspor hanya menimbulkan utang besar ke pihak luar negeri. Selain itu, penggunaan rupiah murni lebih mudah diawasi. Sehingga mencegah penyimpangan, ujarnya.

Juru bicara Markas Besar Polri, Brigadir Jenderal Anton Bachrul Alam, mengatakan dana pengadaan itu diambil dari daftar isian proyek anggaran. Sumbernya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2006.

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR, Dradjad Wibowo, menegaskan penggunaan dana cadangan harus mendapat persetujuan DPR--melalui Komisi Hukum dan Panitia Anggaran. Selanjutnya dibawa ke sidang paripurna untuk mendapat pengesahan, katanya. ERWIN DARYANTO | YOPHIANDI | DIMAS ADITYO

Sumber: Koran tempo, 16 Mei 2006

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan