Pertamina Bawa DPR Jalan-jalan ke Hongkong [12/06/04]

Terkait dengan penjualan tanker raksasa yang kontroversial, pihak PT Pertamina membiayai perjalanan sejumlah anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat ke Hongkong dan Korea Selatan. Meskipun perjalanan tersebut dianggap sebagai perjalanan dinas, Ketua Serikat Pekerja Pertamina Seluruh Indonesia Otto Gewa Diwara menuding ajakan jalan-jalan itu dimaksudkan agar anggota DPR tidak menghambat rencana penjualan tanker raksasa (very large crude carriers/VLCC) Pertamina.

Pertamina sendiri sudah menentukan tiga calon pembeli untuk tanker-tanker tersebut. Deputi Direktur Bidang Perkapalan PT Pertamina Dedeng Wahyu Edi membenarkan keberangkatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ke Hongkong dan Korea Selatan (Korsel) yang diatur Pertamina. Menurut dia, anggota DPR akan mendengarkan pemaparan dari pihak Goldman Sachs Group Inc, sebagai konsultan yang menjual tanker Pertamina di Hongkong, dan pihak Hyundai Heavy Industries yang membangun tanker tersebut di Seoul, Korea Selatan.

Ditanya mengenai jumlah anggota DPR yang turut serta ke Hongkong dan Korea Selatan, Dedeng mengatakan tidak tahu secara pasti jumlahnya. Akan tetapi, dia memastikan bahwa wakil Pertamina, Adi Wibowo (dari Direktorat Perkapalan Pertamina) ikut mendampingi rombongan tersebut hingga kembali ke Tanah Air pada hari Minggu besok.

Dari informasi yang diperoleh Kompas, Kamis lalu, rombongan anggota Komisi VIII DPR tersebut berjumlah 30 orang, terdiri dari anggota Komisi VIII, beberapa istri anggota DPR, dan dua pegawai DPR. Sejumlah anggota Komisi VIII DPR yang tak berangkat, ketika dihubungi, tak bersedia memberikan komentar, bahkan mereka mengaku tidak mengetahui kepergian rekannya.

Perjalanan wakil rakyat ke Hongkong dan Korea Selatan yang dibiayai Pertamina ini dipertanyakan karena sebelumnya direksi Pertamina mengungkapkan bahwa alasan menjual tanker adalah karena Pertamina tidak memiliki uang. Bahkan, Direktur Keuangan Pertamina sudah pernah menyampaikan secara terangan- terangan kondisi arus kas Pertamina yang sudah kolaps kepada Komisi VIII DPR.

Anggota Komisi VIII DPR yang masuk dalam daftar rombongan tersebut antara lain Ketua Komisi VIII DPR Irwan Prayitno, Agusman Effendi, Zainal Arifin, Antonious Rahael, PM Saul de Ornay, Syamsul Bachri, Noviantika Nasution, Royani Haminullah, Djusril Jusan, Harri Salman Farizi Sohar, H Maksum Zailadry, Nur Hasan, H Noor Adenan Razak, Mulyanto Joyohadi, Abdul Rachman Atjo, Asnawi Latief, dan Didi Suprianto.

Nama-nama anggota DPR ini sesuai dengan rencana pendanaan dari perjalanan rombongan Komisi VIII DPR yang menelan biaya di atas Rp 1,5 miliar-untuk tiket, hotel, dan uang saku.

Penjualan kapal tanker raksasa milik Pertamina menjadi masalah serius sehingga Komisi VIII DPR melakukan pembahasan melalui panitia kerja (panja) mengenai arus kas Pertamina yang terkait dengan penjualan kapal tanker. Pembahasan panja tersebut cukup alot sehingga terpaksa dilakukan selama dua kali pada hari Selasa dan Rabu lalu.

Panja dibentuk karena pada awalnya sebagian besar anggota Komisi VIII DPR bersikeras untuk membatalkan rencana penjualan tanker. Padahal, sebelumnya mereka juga ikut menyetujui pembelian kapal tersebut ketika jabatan Direktur Utama Pertamina masih dipegang Baihaki Hakim. Alasan direksi lama untuk membeli tanker (waktu itu) adalah untuk memerangi ketergantungan pada mafia tanker yang sering mempermainkan biaya sewa tanker.

Membantah

Semua anggota DPR yang sempat dihubungi melalui telepon membantah sedang berada di luar negeri. Akan tetapi, beberapa pihak keluarga anggota DPR terkait, ketika dihubungi per telepon ke rumah masing-masing, mengaku bahwa yang bersangkutan sedang melakukan perjalanan ke Hongkong dan Korea Selatan.

Agusman Effendi yang dihubungi mengaku sedang mengikuti rapat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Jakarta dan mengatakan tidak tahu-menahu soal keberangkatan anggota Komisi VIII DPR ke Hongkong dan Korea Selatan. Ketika dihubungi di rumahnya, penerima telepon membenarkan bahwa Agusman memang berada di Jakarta dan kembali ke rumah pada tengah malam.

Djusril Djusan dan Nur Hasan yang sempat dihubungi mengaku berada di Padang dan Jawa Timur dan tidak mengetahui adanya perjalanan ke Hongkong dan Korea Selatan itu. Djusril bahkan menegaskan dirinya sedang beristirahat di kampung halaman sambil memancing ikan.

Ketika Kompas menelepon ke rumah Irwan Prayitno, si penerima telepon mengaku bahwa pemilik rumah sedang berangkat ke Hongkong. Begitu pula penjawab telepon di rumah Antonius Rahail dan Syamsul Bachri, yang mengaku pemilik rumah sedang ke Hongkong dan Korea Selatan, dan baru akan kembali pada hari Minggu besok.

Sedangkan H Noor Adenan Razak yang dihubungi membantah berada di Korea Selatan. Ia mengaku hanya berada di luar kota. Namun, ketika dihubungi ke rumahnya, penerima telepon yang bernama Ani mengatakan Adenan sedang ke Korea Selatan dan baru kembali tanggal 13 Juni 2004.

Pengaruhi keputusan

Ketua Serikat Pekerja Pertamina Seluruh Indonesia (SP- PSI) Otto Gewa Diwara mengatakan, keberangkatan anggota DPR tersebut akan memengaruhi semua keputusan yang akan diambil berkaitan dengan penjualan tanker Pertamina.

Sebelum berangkat saja, kami sudah khawatir anggota DPR akan setuju dengan direksi Pertamina untuk menjual tanker meskipun sebelumnya sudah setuju dengan keputusan direksi lama untuk membeli tanker. Jadi, keputusan yang akan diambil anggota DPR sebenarnya sudah dapat ditebak, ujarnya.

Menurut Otto Gewa Diwara, dia yakin bahwa anggota Komisi VIII DPR tidak berkunjung ke Ulsan, Korea Selatan, tempat pembangunan tanker Pertamina, tetapi hanya di Kota Seoul.

Otto juga menyayangkan mengapa anggota Komisi VIII DPR memiliki waktu untuk jalan-jalan, tetapi tidak mempunyai waktu untuk bertemu dengan serikat pekerja dari Pertamina. Menurut dia, SP-PSI sudah meminta waktu kepada para anggota Komisi VIII DPR untuk bertemu, tetapi tidak pernah ditanggapi. (BOY

Sumber: Kompas, 12 Juni 2004

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan