Performa Anggota DPR 2009-2014 Lebih Buruk daripada Periode Sebelumnya

Performa anggota DPR 2009-2014 dianggap publik lebih buruk daripada periode sebelumnya. Meski lebih dikenal oleh masyarakat, penelitian yang dilakukan Charta Politika mengungkapkan bahwa anggota dewan saat ini tetap tidak bisa melepaskan diri dari sorotan negatif publik.

Peneliti Charta Politika Yunarto Wijaya membeber, 63,7 persen responden penelitiannya menyatakan anggota DPR periode saat ini tidak lebih baik daripada performa anggota periode yang lalu. Hanya 24,8 persen yang menyatakan performa wakil rakyat sekarang lebih baik. Selebihnya, sebanyak 11,6 persen, menyatakan tidak tahu.

Persepsi publik itu lantas berimplikasi pada tanggapan negatif terkait wacana atau kebijakan untuk internal dewan. Di antaranya, soal perlu tidaknya pembangunan gedung baru, kenaikan gaji, maupun studi banding ke luar negeri.

Sebanyak 80,5 persen responden menyatakan tidak setuju anggota DPR memerlukan kantor yang lebih bagus untuk meningkatkan kinerja mereka. Dan, hanya 14,5 persen yang setuju. Selebihnya, sebanyak 5,0 persen menyatakan tidak tahu. ''Penilaian ini belum terkait kinerja, hanya penilaian terhadap peforma secara umum,'' kata Yunarto di kantor Charta Politika, Jakarta, kemarin (1/9).

Meski demikian, di luar penilaian negatif itu sebenarnya masyarakat juga masih memiliki harapan terhadap DPR saat ini. Setidaknya, sebanyak 46,9 persen responden menyatakan anggota dewan saat ini lebih kritis jika dibandingkan dengan anggota periode sebelumnya. Berbeda tipis dengan jumlah responden sebanyak 43,9 persen yang menyatakan tidak lebih kritis. Selebihnya, 9,2 persen menyatakan tidak tahu.

Modal lainnya yang ditangkap mayoritas publik adalah sisi popularitas anggota dewan periode saat ini. Sebanyak 55,8 persen setuju kalau wakil rakyat sekarang lebih populer jika dibandingkan dengan sebelumnya. Hanya 34,3 persen yang tidak setuju, dan 9,9 persen yang menyatakan tidak tahu.

Menurut Yunarto, intensitas penampilan anggota dewan saat ini yang tinggi di media membuat mereka sekarang menjadi lebih populer. ''Hanya sayang, mereka terkenal, tapi dinilai tak lebih baik. Frekuensi penampilan mereka yang tinggi di media massa tidak diimbangi oleh tone yang positif."

Temuan Charta Politika tersebut dilakukan melalui survei telepon pada 27-29 Agustus 2010. Responden sebanyak 378 orang diambil secara systematic random sampling (acak sistematis) dari tujuh kota di Indonesia. Yaitu, Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, peneilitian ini memiliki margin of error sebesar plus minus 5 persen. (dyn/c4/tof)
Sumber: Jawa Pos, 2 September 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan