Penonaktifan Djoko Disambut Dukacita

Ratu Atut Chosiyah siap memimpin Banten.

Suasana dukacita mirip adanya kematian mewarnai kediaman rumah Gubernur Banten nonaktif Djoko Munandar, Senin (10/10) malam. Beberapa jam setelah pembacaan keputusan nonaktif Djoko Munandar oleh juru bicara Kepresidenan Andi Mallarageng di Jakarta, rumah Gubernur Banten yang terletak di kompleks Ciciri Indah Serang, dipenuhi pejabat. Namun, tak satu pun di antara mereka yang tersenyum.

Pak Djoko sangat terpukul dengan keputusan itu, kata pejabat di Pemerintah Provinsi Banten yang menolak disebut namanya kemarin. Sumber yang dekat dengan Djoko ini mengaku, hampir semua pejabat eselon I-III di lingkungan pemerintah Banten Senin malam berkumpul di rumah Djoko.

Sejak pukul 19.30 WIB, puluhan pejabat sudah mulai bermunculan. Saat gubernur pulang dari tarawih keliling, silih berganti pejabat masuk untuk memberikan dorongan kepadanya. Kepada bawahannya, Djoko hanya banyak terdiam. Dia hanya mengatakan sudah bisa bangun siang lagi, ujar sumber ini. Adapun Cucu Munandar, istri Djoko, sesekali terlihat menangis.

Sebelumnya, di Tangerang, Djoko yang tengah bertarawih di Masjid Al-Azhom, Senin malam, menyatakan pasrah atas keputusan Presiden itu. Djoko menyerahkan segala urusan administrasi dan pemerintahan di Banten kepada pemerintah. Ia mengaku tak ada persiapan khusus menghadapi persidangan di Pengadilan Negeri Serang. Saya tahu ada ketentuan-ketentuan, memangnya yang punya negara saya, katanya.

Di sisi lain, Djoko juga menyatakan, bila dirinya diputus bebas oleh pengadilan, ia tidak akan mencalonkan lagi menjadi Gubernur Banten pada bursa pemilihan kepala daerah Oktober tahun depan.

Di pendapa Gubernuran Banten, kemarin pagi, Wakil Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengatakan, pihaknya belum menerima surat ketetapan pengangkatan dirinya sebagai pelaksana tugas Gubernur Banten. Kendati demikian, kata dia, dirinya siap menjalankan tugas sebagai gubernur seperti yang diamanatkan pemerintah pusat.

Dalam kesempatan itu, Atut sempat meneteskan air mata ketika dimintai tanggapan soal keluarnya ketetapan penonaktifan Djoko Munandar. Jujur, saya tak menghendaki semua ini terjadi. Saya bersama beliau sudah tertatih-tahih membangun Banten, katanya.

Atut juga mengatakan, pihaknya akan mengambil kebijakan setelah surat ketetapan penunjukan sebagai pelaksana Gubernur Banten diterima, termasuk kebijakan pemakaian fasilitas negara yang kini masih digunakan Djoko. Seusai jumpa pers, Ratu Atut kemudian mengunjungi Djoko di kediamannya.

Seperti diberitakan Koran Tempo (10/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberhentikan sementara Djoko Munandar sebagai Gubernur Provinsi Banten. Pemberhentian yang dilakukan karena Djoko sedang terlibat kasus dugaan korupsi ini dimintakan oleh Menteri Dalam Negeri pada 6 September lalu. Djoko menjadi terdakwa kasus korupsi APBD 2003 senilai Rp 14 miliar. Hari ini ia kembali akan menjalani persidangan kasus ini di Pengadilan Negeri Serang. FAIDIL AKBAR | AYU CIPTA

Sumber: Koran Tempo, 12 Oktober 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan