Pengunjung Rapat Pansus Teriaki Boediono dengan Sebutan Maling

Aksi Pengunjung saat Rapat Pansus Century

Rapat Panitia Khusus (Pansus) Angket Century menghadirkan Wakil Presiden Boediono sebagai saksi. Rapat itu sempat mengalami insiden. Seorang pengunjung rapat meneriaki mantan gubernur Bank Indonesia tersebut dengan sebutan ''Boediono maling'' hingga tiga kali.

Akhirnya, pria yang dikenal sebagai Laode Kamaruddin itu beramai-rami digelandang polisi, Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres), dan Pamdal DPR. Aktivis Komite Aksi Pemuda Anti-Korupsi (KAPAK) itu berteriak ''Boediono maling'' sesaat setelah Wapres menghindar menjawab pertanyaan pansus.

Pertanyaan itu disodorkan oleh anggota pansus dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Ahmad Muzani. Dia menanyakan apakah dana yang digunakan untuk bailout Rp 6,7 triliun merupakan uang negara atau bukan. Boediono menjawab dengan menghindar. ''Biarkan ahli hukum yang menjawab,'' katanya.

Jawaban itu tidak memuaskan Muzani. Bukan hanya dia, anggota pansus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait juga kecewa atas jawaban Boediono. ''Sebagai pejabat negara, Saudara saksi seharusnya memahami apakah dana itu uang negara atau bukan,'' katanya.

Jawaban Boediono atas interupsi itu pun masih sama. ''Saya tetap menyerahkan kepada ahli hukum untuk menjawab,'' ucapnya pendek.

Tiba-tiba, muncul teriakan dari balkon, tempat para wartawan dan tamu menyaksikan jalannya rapat. ''Boediono maling,'' ujar Kamal, panggilan Laode Kamaruddin. Dia mengacung-acungkan foto bergambar Boediono, kemudian menyobeknya.

Para anggota pansus dan Boediono kaget mendengar teriakan itu. Sontak, seorang anggota Paspampres yang duduk di dekat Kamal meloncat untuk menyergap. Puluhan pamdal ditambah polisi dan Paspampres juga berlarian mengeroyok Kamal.

Kamal masih memberontak. Teriakan yang sama disampaikan dua kali. ''Boediono maling, Boediono maling,'' ujarnya. Belasan aktivis KAPAK mencoba menarik Kamal dari kepungan aparat, namun gagal. Pria dengan ciri kepala botak berjanggut tebal itu langsung diseret ke luar beramai-ramai menuju pos Pamdal MPR/DPR.

Aktivis KAPAK lainnya terus mencoba melindungi Kamal. Saat diseret, sejumlah pamdal berniat mengasari Kamal. ''Hei, jangan pukul teman saya, jangan pukul,'' teriak aktivis KAPAK lainnya.

Saat diseret, Kamal mencoba membela diri. ''Boediono maling uang negara. Rp 1,1 triliun itu yang kita tuntut. Pansus hanya dagelan,'' tegasnya.

Namun, hal tersebut tak digubris aparat. Dengan setengah berlari, aparat terus menyeret Kamal hingga ke pos pamdal. Tak lama di pos, dia langsung dibawa menuju Polda Metro Jaya untuk diperiksa.

Pengakuan Boediono
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono mengakui pe­nyelamatan Bank Century dilakukan karena bank tersebut dirampok salah seorang pemegang sahamnya, Robert Tantular. Na­mun, Boediono menegaskan bahwa krisis finansial global juga memiliki andil terhadap per­bu­ruk­an kinerja Century.

''Penyebabnya dua-duanya (krisis keuangan dan perampokan oleh pemiliknya). Masalah perampokan, apa pun istilahnya, kalau pansus bisa membuka, saya mendukung seribu persen," kata Boe­diono menanggapi pertanyaan ang­gota Pansus Angket Kasus Bank Century dari Fraksi Partai Hanura Akbar Faisal kemarin (12/1).

Meski demikian, Boediono me­negaskan, penyelamatan dilakukan karena kondisi Century memburuk akibat terimbas krisis ke­uangan global. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memutus­kan untuk menyelamatkan Century karena dikhawatirkan akan mengganggu sistem perbankan.

''Meski demikian, menangani suasana krisis adalah hal lain. (Bailout) adalah upaya menanga­ni bank ini (Century) agar tidak mengganggu perbankan secara keseluruhan. Sebab, sistem perbankan adalah sistem yang kait-mengait," jelasnya.

Boediono yang juga Wapres tersebut membantah pernyataan mantan Direktur Pengawasan BI Zainal Abidin. Waktu itu, Zainal menyatakan tiga anggota Dewan Gubernur BI menangis dalam rapat KSSK karena ditekan Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati dalam rapat Dewan Gubernur BI pada 13 November 2008.

''Saya tidak menangis. Tidak ada tekan-menekan. Suasana sa­ngat baik. Jadi, saya heran kalau ada yang tertekan. Sebab, semua menang, tidak ada yang kalah,'' te­gas Boediono. ''Saya tidak me­rasakan tekanan dari Menkeu. BI adalah lembaga independen. Ada pasal di UU Bank Indonesia, Dewan Gubernur BI tidak boleh tunduk pada tekanan dari pihak mana pun," tandasnya.

Boediono juga membantah kete­rangan Zainal Abidin yang menyatakan mutasi dirinya dari kursi direktur pengawasan BI menjadi peneliti di BI dilakukan karena tidak setuju terhadap per­ubahan kebijakan FPJP. ''Di ma­sa kepemimpinan saya, tidak terjadi orang dimutasi karena ber­beda pendapat,'' jelasnya.

Pansus Garang
Pansus Hak Angket DPR untuk Bank Century tampil garang saat menghadirkan saksi Wapres Boediono kemarin. Hal tersebut berbeda dari rapat pada 22 De­sember 2009 yang saat itu pansus terlihat kalem.

Begitu rapat dibuka dengan ta­nya-jawab, Boediono terus di­be­rondong berbagai pertanyaan soal dibukanya data deposan atau nasabah kakap di Bank Century saat rapat di BI, soal usul Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) agar Bank Century ditutup saja, soal penggunaan judgment untuk penyelamatan Bank Century, hingga dana LPS Rp 6,7 triliun untuk menyuntik Bank Century.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan gaya kalem oleh Boediono. Namun, pada cukup ba­nyak kesempatan, Boediono menjawab normatif seperti ''tidak ingat'' dan ''silakan data itu dicek lagi''.

Anggota pansus dari FPDIP Gayus Lumbuun pun menginterupsi. ''Bapak mantan gubernur BI. Saya menyimak statemen Bapak, 'Silakan mengecek... Silakan mengecek...' Statemen itu nggak betul. Sebab, sebagai gubernur BI, harusnya Anda sudah mengecek. Istilah 'silakan mengecek' itu saya kira merupakan sikap lempar tanggung jawab,'' tegasnya.

Suasana rapat makin panas saat anggota pansus dari FPDIP Maruarar Sirait mendesak Boediono untuk menjawab pertanyaan apakah dana LPS yang digunakan menyuntik Bank Century adalah uang negara atau bukan. Atas pertanyaan itu, Boediono menjawab singkat. ''Silakan tanya pada ahlinya,'' jawabnya.

Jawaban tersebut, tampaknya, tidak memuaskan Maruarar. Dia pun melanjutkan. ''Saudara Boedio­no, sebagai pejabat negara, Anda harusnya tahu mana bagian keuang­an negara dan mana yang tidak. BPK (Badan Pemeriksa Keuang­an) sudah menyatakan bahwa itu uang negara. Jadi, saya mohon pen­dapat pribadi Anda,'' ujar Maruarar. Saat itulah terdengar insiden teriakan ''Boediono maling'' dari balkon ruang rapat pansus.

Suasana rapat agak dingin saat giliran pertanyaan diberikan kepada Fraksi Partai Demokrat. Seperti pada pertemuan sebelumnya, anggota FPD memberi pertanyaan umpan yang kemudian dijawab Boediono dengan komprehensif.

Misalnya, pertanyaan Benny K. Harman tentang apakah pada rapat KSSK 20-21 November 2008 benar-benar tidak ada tekan­an. ''Iya, diskusi dan berbagai pendapat disampaikan, tidak ada te­kanan,'' jawab Boediono.

Selanjutnya, Anas Urbaning­rum menanyakan perasaan Boe­diono setelah mengambil keputusan penyelamatan Bank Century. ''Apakah puas, tidak puas, atau mules?'' katanya.

''Itu keputusan terbaik. Sebab, keputusan itu ada hasilnya. Indonesia masuk dalam sebagian kecil di antara negara-negara yang bisa melalui krisis,'' ungkap Boediono lantas tersenyum.

Selanjutnya, Ruhut Sitompul ikut bicara. ''Bapak Boediono man­tan gubernur BI yang juga Wapres RI, simbol negara. Di sini, kami tidak mewakili fraksi-fraksi, tapi mewakili sembilan fraksi, yakni fraksi pansus. Karena itu, kejadian siang tadi (insiden balkon), saya mewakili teman-teman, kami minta maaf. Ini penyelidikan, tapi kami tetap menghormati Bapak sebagai simbol negara. Bapak juga pahlawan ekonomi,'' ucapnya.

Namun, adu mulut kecil kembali terjadi saat Maruarar berta­nya kepada Boediono dengan na­da suara tinggi. Anggota pansus dari FPD Benny K. Harman pun mengajukan interupsi. ''Mohon intonasi suara dijaga agar tidak terlalu tinggi. Sebab, yang di ha­dap­an kita adalah Wapres,'' tegasnya. (owi/bay/noe/pri/oki/iro)

Sumber: Jawa Pos, 13 Januari 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan