Pansus Angket Century Investigasi Boedi Sampoerna di Surabaya
Menjelang sepekan terakhir masa kerjanya, Panitia Khusus (pansus) Angket Century DPR mulai memasuki agenda investigasi. Sebanyak 30 anggota pansus dibagi lima kelompok untuk disebar ke lima kota yang diduga terdapat nasabah mencurigakan Bank Century. Untuk wilayah Surabaya, Jawa Timur, Pansus Angket Bank Century sudah mengagendakan menemui Boedi Sampoerna, salah seorang deposan besar Bank Century.
''BS (Boedi Sampoerna) sudah dijadwalkan. Besok malam jadwalnya,'' kata Yahya Secawiria, ketua tim investigasi pansus Century wilayah Surabaya, saat ditemui di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (11/2). Selain Yahya (Demokrat), anggota tim terdiri atas Achsanul Qosasi (Demokrat), Kamarudin Syam (Golkar), Andi Rahmat (PKS), dan Agus Sulistyo (PKB).
Yahya yang juga wakil ketua pansus Century menyatakan, kesepakatan pertemuan pansus dengan Boedi sudah dikoordinasikan dengan yang bersangkutan. Pansus tidak akan menemui Boedi di kediamannya. Pansus nanti yang menentukan lokasi pertemuan. ''Kami tidak akan datang ke tempat dia. Nanti disorot ada apa-apa lagi. Kami yang menentukan tempatnya,'' terang Yahya.
Sebelum bertemu dengan Boedi, pansus bakal menemui pimpinan Bank Indonesia dan Bank Mutiara wilayah Surabaya. Tak lupa, mantan pimpinan Bank Century Surabaya juga akan ditemui. Keperluan bertemu dengan ketiga pihak itu adalah pengembangan data pansus. ''Mungkin hasil investigasi itu akan berkembang. Ada 75 persen data yang dimiliki, nanti supaya menjadi 100 persen,'' jelas Yahya.
Pertemuan pansus dengan Boedi dianggap salah satu agenda penting. Itu terkait klarifikasi pansus atas dana USD 18 juta yang dibawa bos Century Robert Tantular. Dalam keterangannya, Robert menyatakan meminjam uang tersebut. Namun, bukti-bukti yang didapat pansus menunjukkan bahwa Robert memecah dana milik Boedi dengan menggunakan nama-nama pelamar kerja Bank Century.
Agenda investigasi di Jakarta juga tak kalah penting. Ketua Tim Investigasi Pansus Wilayah Jakarta Idrus Marham menyatakan, pihaknya akan melakukan rekonstruksi pengambilan keputusan fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) pada 14 November 2008. Pansus ingin mengetahui kronologi secara langsung pada rapat yang berlangsung 5,5 jam itu. ''Kami akan datang ke BI, terlebih dahulu harus ada penjelasan kronologi dari BI," kata Idrus di tempat yang sama.
Rekonstruksi lain adalah rapat pengambilan keputusan bailout senilai Rp 6,7 triliun. Prosesnya ialah mengetahui rapat di BI pada 20 November, ditambah rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada 21 November. ''Kami ingin tahu seperti apa rapat itu hingga keputusannya sampai pada angka Rp 6,7 triliun,'' jelas politikus Golkar itu.
Keperluan Pansus yang lain ialah menemui nasabah mencurigakan Century di daerah Ciputat. Pansus saat ini bekerja sama dengan BPK untuk mendapatkan alamat nasabah yang berprofesi sebagai supir taksi. ''Sumber (alamat) dari BPK, nanti kalau (pemilik nasabah) ketemu, pemeriksaan dilakukan Sabtu,'' jelasnya.
Anggota Pansus yang ikut melakukan investigasi di Jakarta adalah Anas Urbaningrum (Demokrat), Azis Syamsudin (Golkar), Maruarar Sirait (PDIP), Romi Romahurmuziy (PPP), M. Toha (PKB), dan Ganjar Pranowo (PDIP).
Tiga destinasi lain yang juga dituju adalah Makassar, Sulawesi Selatan; Denpasar, Bali; dan Medan, Sumatera Selatan. Di Makassar, pansus bakal menemui Amirudin Rustan, pemilik bengkel yang diduga menerima aliran dana Bank Century. Anggota Tim Investigasi Wilayah Makassar Akbar Faizal menyatakan, Amirudin telah mendapatkan pinjaman dana Rp 40 miliar untuk pembangunan bengkel. ''Namun, kabarnya, bengkel itu tak pernah selesai sampai sekarang,'' kata Akbar.
Sementara itu, dugaan adanya sebelas nasabah misterius di Bank Century terus menjadi perhatian pihak terkait. Kali ini giliran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menelusuri keberadaan nasabah-nasabah tersebut.
Ketua BPK Hadi Poernomo mengatakan, permintaan Pansus Hak Angket Bank Century untuk menelusuri sebelas nasabah tersebut sudah ditindaklanjuti. ''Kami sedang menyelidiki sebelas nama nasabah misterius itu. Benar atau tidak, apakah ada yang menyangkut anggota DPR dan sebagainya, itu masih diselidiki. Kita tunggu saja,'' ujarnya di Kantor BPK kemarin. Dugaan adanya sebelas nasabah misterius tersebut disampaikan anggota pansus dari Fraksi Partai Golkar Azis Syamsudin. Menurut Azis, sebelas nasabah tersebut perlu ditelusuri, mengingat nilai penarikan dana dari Bank Century yang mencapai total Rp 1,9 triliun.
Selain kesiapan untuk menelusuri sebelas nasabah misterius tersebut, lanjut Hadi, BPK siap menyerahkan dokumen Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) audit investigatif kasus Bank Century kepada pansus. ''Ada 200 dus dokumen. Terserah pansus, berapa yang mau disita,'' katanya.
Kemarin pansus memang menjadwalkan penyitaan dokumen KKP yang dimiliki BPK dengan cara menyalin atau memfotokopi. Itu diperlukan untuk melengkapi dokumen-dokumen yang dimiliki pansus sebelumnya.
Wakil Ketua Pansus Hak Angket Bank Century Gayus Lumbuun yang menjadi penanggung jawab penyitaan dokumen mengatakan, dokumen KKP tersebut akan menjadi pelengkap untuk alat bukti pemeriksaan.
''Beberapa yang disita, antara lain, KKP sewaktu BPK mengaudit Bank Indonesia (BI) dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Ada sekitar 200 kardus,'' ujarnya di Kantor BPK kemarin.
KKP yang kemarin disita, antara lain, transkrip rekaman rapat KSSK pada 24 November 2008 pasca bailout yang membahas pengucuran dana penyertaan modal sementara (PMS). ''Saat ini pansus kan fokus pada aliran dana,'' katanya. Untuk itu, lanjut dia, pansus berharap agar BPK bisa segera menyelesaikan audit investigasi lanjutan terkait aliran dana bailout. (bay/owi/iro)
Sumber: Jawa Pos, 12 Februari 2010