Notulensi wawancara calon pimpinan KPK: Dr. Bibid Samad Rianto, MM
Hasil Transkrip Wawancara Seleksi Pimpinan KPK | Nama: Dr. Bibid Samad Rianto, MM |Jabatan Terakhir: Rektor Ubhara | Waktu: 13.00-14.00 |Hari, Tanggal: Senin, 3 September 2007 |Pimpinan Sidang: Irjen Pol (Purn) Drs. M. H. Ritonga
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Dilihat dari kelahiran Bapak, tahun 1945, sejak lahir sdh jadi orang merdeka. Bapak jg telah menulis tesis S2 peran teknologi informasi dalam proses perencanaan anggara, studi kasus Kepolisian RI. Ini membedah diri sendiri. Bisa jelaskan?
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Waktu masuk binus, masuk Paban 2, disitu saya berbicara sistem, kemudian saya melihat staf perencanaan tugasnya membagi duit di semua wilayah tugas di polri. Gimana ini membaginya adil. Ini kalau tidak dengan manual, maka berat, karena itu saya ingin menggunakan TI, kebetulan saya S2 di Binus. Kemudian dari dana yang ada, dilakukan analisis kemudian di kumpulkan di perencanaan mabes polri. Jadi botton up, keliahatna butuhnya apa. Dari analisis kita bisa lihat unit organisasi yang ada. Liat teori ada 9 sel, ada posisi yang kekuatan nggak ada , ancaan besar, maka mau nggak mau pembangunan harus ada. Begitu juga sebaliknya. Kira kira idenya spt itu.
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Bapak menurut saya, ada aparat yang tidak mau menempuh jalan pintas mendapat jenjang karir. Ada juga yang beli gelar di pasar. Nah, gimana membagi waktu itu.
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Waktu saya di staf perencanaan, 6 th sebelum pensiun, saya instropeksi diri. Harus rebutan atau bersaing dgn temen teman, we need money. Karena itu mikir mencari kerjaan lain atau jalan lain bila tdk di polisi lagi. Karena itu saya cari kuliah yang bias sore dari jam 3 sampai jam 9. di Binus 5 hari seminggu. Anytime dipanggil ke kantor ya balik lagi ke kantor.memang saya jg ditawarkan sekolah sekolah yang nggak usah kuliah tapi dapat gelar. Tapi saya tidak demikian, karen asaya mikir mungkin the next etape ada disitu.
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Saran bapak didengar nggak oleh pimpinan?
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Saya didengar pak, malah jadi wakil asrena kapolri. Tapi nggak lama, Cuma setahun. Kemudian di geser ke polda jadi wakapolda. Mungkin karena ada tulisan yang menggelitk jd dianggap ngrusuhi.
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Setelah itu bapak kuliah lagi, doktor, disertasi, mutu univ binus sbg univ swasta. Ditempuh 2,5 tahun. Mengapa kok itu judulnya.
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Saya kan masuk ke pendidikan. Saya tanya pada dri saya, kok cocok jadi pendidik. Sama dnegan almarhumah ibu saya. Bit kamu jadi guru saja. Itulah, kemudian saya masuk polisi toh jadi guru juga. 19 tahun di intelijen, sebagian di pendidikan juga. Kenapa dipendidikan, kaena saya melihat ada peluang di pendidikan. Alhamdulillah ada hasilnya, jadi rektor.
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Bapak jg tertarik dengan politik, dan masuk partai. Itu gimana?
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Diakhir perjalanan hidup saya di polisi, saat jd koordinator staf ahli kapolri, ada kabinet gusdur, ada menteri pertahanan keamanan. Waktu dulu jaman gusdur kemanan gak ada. Saya ilang ke kapolri, keamnana di mana. Kemudian beliau nanya dan disiapkan konsep. Konsep asrena. Itu konsepnya saya banyak perbaikan. Jadi yang menghadap gusdur ada 3, kapolsi, saya dan... yang jelas ttg kepolisian. Gus mohon dipikirkan, krn negara teteangga kita sudah dijajah politik. Karena itu kita bntuk tim. Stlh sy keluar dari sana, ketemu pak ... dapat anggaran untuk penelitian, polisi butuh apa. Saya diminta jg ketua GP ansor. Nah kemudian saya dicalonkan jd kapolri. Ternyata gak masuk karena partai. Karena itu saya ingin tau kenapa partai ini. Jd saya masuk
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Anggota pansel yang anda kenal. Ada tidak
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Ada. Pak ketua
Nyoman Suwandha, SH (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Bpk pernah jd Kapolda atau wakapolda. Sy ingin tahu pengalaman bapak dlm penanganan kasus korupsi
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Dalam kasus illegal logging. Entah itu korupsi atau tidak. Waktu masuk kaltim, saya tidak tau mau jd kapolda. Waktu masuk saya mencari informasi dari dirjen, yang kebetulan smanya sama dengan saya, ttg illegal logging disana. Sy dpt informasi, saya cek ternyata benar. Sptnya ada pembiaran dan semuanya memanfaatkan. Kalau ingin dapat duit ya diam aja. Sbnrnya kalau saya diam saja, ya saya nggak daftar kpk. Tapi karena saya ingin memperbaiki karakter bangsa. Di altim sy bs nangkan 234 illegal logging. Suatu saat ada orang datang ke rumah saya. Orang ini susah disentuh krn memangd ipelihara dari atas. Tapi saya ingin mengaktualisasikan diri sy sbg penegak hukum. Saya jg dapat komplain dari kadit serse, saya. Kalau kayak gini, ya saya puasa. Trus akhirya saya dipindah. Kemudian disana kembali lg ke jaman jahilia.
Nyoman Suwandha, SH (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Dalam penanganan kasus itu, bapak berhasil memberkasan illegal looging menjadi kasus korupsi?
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Betul, 234 kasus. Kemudian ada 91 yang di P21.
Nyoman Suwandha, SH (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Kasus korupsi
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Ya, bisa
Nyoman Suwandha, SH (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Lho gimana?
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Bisa saja.
Nyoman Suwandha, SH (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Kedepan nanti, bila terpilih jd pimpinan KPK dapat memposisikan upaya pemberantasan korupsi jd bagian integral dalam pembagunan hukum dan penegakan hukum. Gimana menerjemahkan kebijakan itu?
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Saya coba menawarkan rambu rambu pemberantasan korupsi. Ada 5. sebenarnya orang korupsi mau apa sih? Untuk kaya. Sebenarnya semua boleh mau jadi kaya, tapi asalkan dilakukan secara benar.
Kedua, korupsi adalah kejahatan. Kejahatan tdk cukup dgn hanya menangkapai orang yang korupsi tanpa membngkar akarnya korupsi. Jd selain represif, jg harus menangani corruption hazard agar orang tidak korupsi.
Ketiga, potensi masalah penyebab korupsi. Korupsi ibaratnya kayak gunung es. Korupsi yang terungkap itu gunung es, tapi dibawahnya ada lagi. Misal pegawai kehutanan bayarnya berapa, padahal bisnis kayu menghasilkan berapa banyak. Orang orag di sekeliling huta hidupnya morat marit, tapi yang menebang kaya. Jadi tempat tempat yang rawan korupsi ya di dandanin. Saya pernah disekolahkan di inggris, di sana polisi di gaji 12 kali lipat dari sini. Supaya lbh kongkrit, ya disejahterakan.
Ketga, korupsi harus dijadikan urusan semua orang. Tidak hanya urusan kpk, urusan kepolisian.
Keempat, penindakan pada koruptor harus menimbulkan efek jera. Kalau Cuma ecek ecek, ya orang akan korupsi lag
Kelima, penindakan korupsi hrs mempertimbangkan kembalinya kerugian negara. Insyaallah akan saya bawa kesana bila saya diberi amanah.
Kemarin saya di polisi, jelek jelek pangkatnya mayor jenderal. Ada koruptor yang lari ke australi, menghubungi temen saya. Gimana mas, saya punya aset untuk membayar uang pengganti, gimana apa bisa mbayar tapi tidak usah ditangkap. Kalau bisa seperti itu, mungkin banyak aset yang bisa masuk. Itu pemikiran dari saya.
Felia Salim, SE (Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK)
Sy tertarik dgn 5 poin: mencabut masalah, memberi efek jera dan mengembalikan uang kerugian negara. Tapi masa kerja 4 tahun, peraturan terbatas, kira kira terobosan apa yang akan bapak usulkan.
Dr. Bibid Samad Rianto, MM (Calon Pimpinan KPK)
Memang kt harus ngliat kenyataan akan kerja dgn siapa. Bisa nggak mereka nerima pemikiran saya. Bisa nggak negotiable. Ita harus buat skala prioritas. Kalau mau nindak ya yang harus menimbulkan getara. Bukan yang kecil kecil kedua, kita hrs bicara masalah kesejahteraan. Siapapun yang ada di republik ini hrs berpikir kesana. Makanya kebetulan kalau dengan pak mentri, saya kenal.