Moncong Putih Menggempur Media [13/07/04]
Moncong Putih menjadi kosakata yang sangat populer pada Maret lalu. Bahkan bocah-bocah usia taman kanak-kanak fasih melafalkannya. Jargon baru PDI Perjuangan itu memang menghujani media massa selama sebulan penuh. Dari tabloid gosip hingga stasiun televisi pelat merah, TVRI, dijejali iklan partai itu sepanjang hari.
Coblos Moncong Putih, Nomor 18, demikian sang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang menjadi bintang iklan berdurasi 30 detik itu di berbagai televisi.
Berapa duit dihabiskan untuk mengguyur kuping dan mata anak-anak, ibu rumah tangga, para pemuda, serta bapak-bapak itu? Sejumlah lembaga yang memantau pengeluaran partai pada masa kampanye memiliki perkiraan masing-masing.
Transparency International, misalnya, mencatat angka sebesar Rp 50,4 miliar. Iklan di televisi menghabiskan Rp 24,7 miliar, surat kabar Rp 23,3 miliar, dan majalah atau tabloid Rp 2,3 miliar. International Foundation for Election System (IFES), UNDP, dan USAID mencatat angka Rp 39,2 miliar.
Ketiga lembaga itu juga mencatat, secara keseluruhan semua unsur yang terlibat pada pemilu April lalu membelanjakan Rp 166 miliar untuk beriklan. Menurut Koordinator Pemantauan Media dari IFES Yulianto David Dewata, jumlah itu dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum, Lembaga Informasi Nasional, dan Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Polkam, Kementerian Perempuan, LSM, partai politik, dan para calon legislator.
Menurut Yulianto, KPU dan PDI Perjuangan paling banyak membelanjakan uangnya untuk beriklan di media massa. KPU menghabiskan sekitar Rp 28,7 miliar dan PDIP Rp 39,2 miliar.
Tak mudah memang mendapatkan angka pasti pembelanjaan iklan partai politik. Namun, menghitung prakiraan pengeluaran ini merupakan metode yang lazim digunakan untuk menelusuri kebenaran laporan dana kampanye partai politik. Yang jelas, prakiraan ini memang belum memperhitungkan diskon dan bonus yang biasa diberikan media massa.
Hasil penelusuran Tempo News Room ke berbagai sumber menunjukkan, total pemasangan iklan PDI Perjuangan mencapai 4.531 kali. Perinciannya, 3.157 kali beriklan di televisi, 1.204 kali di koran harian, dan 70 kali di majalah dan tabloid. Untuk iklan di televisi, Moncong Putih menggempur 14 stasiun televisi dengan waktu total 94.650 detik untuk 3.155 kali penayangan (lihat tabel).
Di Bali TV, misalnya, Moncong Putih tampil 261 kali. Dengan asumsi harga tanpa diskon, total pengeluaran mencapai Rp 2,7 miliar. Kebanyakan iklan menampilkan Megawati. Ada pula beberapa jenis iklan ucapan selamat pada berbagai hari raya keagamaan. Di stasiun televisi lain, hanya iklan versi Moncong Putih yang ditayangkan.
Tarif iklan per stasiun televisi tidak sama. Humas SCTV Budi Darmawan menyatakan, tarif tergantung masing-masing stasiun. Namun, kata dia, semua anggota Asosiasi Televisi Swasta Indonesia sepakat untuk tidak memberikan diskon bagi semua partai. Karena setiap partai sudah diberi kesempatan berkampanye gratis, diskon tarif iklan ditiadakan, katanya.
Menurut Budi, SCTV mematok tarif iklan sekitar Rp 18-20 juta per 30 detik pada jam tayang utama pukul 17.00-19.00 WIB. Di luar jam itu, tarif berkisar Rp 10-15 juta. Pilihan partai pun sangat bervariasi. Partai berkantong tebal seperti PDI Perjuangan, ia menambahkan, memburu jam tayang utama. Ada juga partai yang beriklan di jam-jam sinetron, tuturnya.
RCTI menerapkan hal serupa. Staf pemasaran Robin menyatakan, tak ada diskon untuk iklan partai. Beberapa stasiun televisi lainnya seperti MTV dan TPI juga menerapkan hal serupa.
Di surat kabar harian, iklan Moncong Putih dengan kata-kata Perjuangan Tak Pernah Henti dan bentuk artikel menyebar di 58 media cetak nasional maupun daerah. Ukuran dan warna iklan pun berbeda.
Humas AC Nielsen Winda Ekaryani menyatakan, nilai iklan relatif sulit dipantau karena diskon dan bonus diberikan tergantung kebijakan media cetak masing-masing. Namun, hitungan keseluruhan AC Nielsen mendapati angka yang selisihnya tidak jauh berbeda. Angka kami sekali lagi belum termasuk hitungan diskon yang diperoleh pemasang iklan, kata Winda Ekaryani.
Komisaris EURO RSGC AdWork Triawan Munaf sekalu agensi iklan yang disewa PDI Perjuangan tidak membantah angka dana kampanye berkisar pada Rp 39,5-40 miliar. Tapi kalau mencapai lebih dari Rp 45 miliar tidaklah, karena ada beberapa diskon yang diberikan media massa, ujarnya.
Namun, Triawan mengingatkan, pengeluaran untuk biaya iklan di hampir 200 radio di seluruh Indonesia belum dicatat. Dia mencontohkan, PDI Perjuangan memasang iklan di radio 68H yang juga di-relay ke jaringan radio daerah. Hal serupa juga dilakukan di beberapa stasiun radio lain yang memiliki jaringan serupa. Seharusnya iklan di radio juga masuk dalam hitungan karena nilainya juga tidak sedikit, kata dia.
Triawan mengaku belum bisa menjelaskan angka pasti dan keseluruhan pengeluaran iklan. Alasannya, dia masih harus menunggu hasil audit yang saat ini belum selesai. Bagaimana mungkin saya menjelaskan ke publik sementara itu auditnya belum selesai. Kalau nanti ada selisih yang cukup besar bagaimana? Jadi tunggu sampai audit selesai, katanya.
Sumber: Koran Tempo, 13 Juli 2004