Menkum HAM Lakukan Inspeksi Mendadak ke Sel Anggodo

Tak Temukan Fasilitad Mewah

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar kemarin (17/1) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rutan (rumah tahanan) Cipinang. Di tempat itulah Anggodo Widjojo, yang dijadikan KPK sebagai tersangka kasus menghalang-halangi penyidikan dugaan korupsi, ditahan.

Selama sidak, Patrialis mengaku tidak menemukan fasilitas mewah untuk adik buron KPK, Anggoro Widjojo, tersebut.

Menurut Patrialis, Anggodo ditempatkan satu sel bersama 16 tahanan korupsi lain. Menteri yang juga politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu sempat berbincang-bincang dengan Anggodo. ''Dia bilang, mana ada orang yang dipenjara itu enak,'' kata Patrialis menirukan Anggodo kemarin. Selanjutnya, Patrialis dan Anggodo berbincang biasa. ''Saya ngobrol biasa saja,'' ujarnya.

Selama di Rutan Cipinang, Patrialis juga blusukan ke beberapa lokasi. Namun, dia tidak menemukan fasilitas mewah seperti temuan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum di Rutan Wanita Pondok Bambu.

''Saya tak menemukan apa-apa. Biasa saja. Kamar mereka juga tak berpendingin udara (AC),'' katanya. Yang agak berbeda, tutur Patrialis, semua kamar tahanan korupsi dilengkapi televisi. ''TV kecil dilihat banyak orang,'' lanjutnya.

Di lokasi yang sama, Patrialis menyaksikan pembangunan rutan khusus koruptor. Rencananya, Kementerian Hukum dan HAM menempatkan tahanan dan narapidana korupsi ke rumah tahanan berkapasitas 256 kamar tersebut.

Rutan khusus untuk koruptor itu satu kompleks dengan Rutan Cipinang. ''Tiga bulan lagi sudah bisa ditempati. Semuanya (tahanan dan terpidana kasus korupsi) kami pindahkan ke tempat itu. Sekarang dalam tahap finishing,'' ungkapnya.

Patrialis menjelaskan, di rutan baru itu satu kamar berukuran 2,5 x 4 meter akan ditempati seorang tahanan atau narapidana. Bila kamar yang disediakan tak mencukupi, bisa juga dihuni dua hingga tiga orang. ''Bergantung bagaimana kondisinya,'' ujarnya.

Sel khusus tersebut dibangun agar para koruptor mendapatkan tempat tahanan yang layak. Selain itu, Kementerian Hukum dan HAM mempertimbangkan faktor keamanan mereka. ''Tidak mungkin mereka (tahanan korupsi) dicampur dengan pencuri atau pembunuh. Mereka telah banyak berjasa kepada negara,'' tuturnya.

Patrialis mencontohkan mantan Menkes Achmad Sujudi yang tersandung kasus korupsi pengadaan alat kesehatan pada 2003. Menurut dia, sebagai menteri kesehatan, Sujudi telah membantu penyembuhan jutaan rakyat Indonesia yang sakit. ''Di sana juga banyak profesor doktor hingga mantan dirjen,'' terangnya.

Selesai blusukan di Rutan Cipinang, Patrialis melanjutkan sidak ke Rutan Salemba. Di sana, dia juga tidak menemukan apa yang dituduhkan orang selama ini. Pengawasan Rutan Salemba dinilai amat longgar sehingga banyak praktik pungli dan fasilitas mewah untuk tahanan. ''Saya wawancara banyak orang. Tapi, semuanya tak ada,'' ungkapnya.

Inspeksi mendadak itu sesuai janji Patrialis beberapa hari setelah sidak Satgas Pemberantasan Mafia Hukum di Rutan Pondok Bambu. Setiap hari libur, Patrialis menginstruksikan seluruh pejabat eselon satu di kementeriannya untuk berkunjung ke rutan-rutan dalam rangka memastikan kondisi di dalamnya. ''Kalau libur, saya sempatkan (sidak),'' katanya.

Sidak yang sama pernah dilakukan Patrialis ke Rutan Pondok Bambu sebelum terungkapnya sel khusus untuk Artalyta Suryani pekan lalu. Patrialis saat itu menyatakan tidak melihat hal aneh di rutan tersebut. Kenyataannya, begitu berkunjung ke sana, satgas bentukan Presiden SBY justru melihat hal yang sebaliknya. (git/dwi)

Sumber: Jawa Pos, 18 januari 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan