Memerangi Korupsi dari Kemeriahan Mal

Perang melawan korupsi bukanlah perang kalangan elite, tetapi perang seluruh rakyat. Semuanya wajib terlibat karena dampak dari korupsi telah menyengsarakan seluruh rakyat negeri ini. Dan, perang melawan korupsi adalah peperangan panjang yang butuh stamina dan tenaga segar untuk melawan koruptor yang terus meregenerasi.

Dengan semangat itulah, Indonesia Corruption Watch (ICW) menggelar konser musik Generasi Antikorupsi (Gipsi) dan orasi antikorupsi di Mal Margo City, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/12).

Jika biasanya orasi dilakukan di jalanan atau di depan gedung dewan, sejumlah tokoh gerakan antikorupsi, seperti Bambang Widjojanto (praktisi hukum mantan calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi), Teten Masduki (Sekjen Transparency International Indonesia), Danang Widoyoko (Koordinator ICW), dan Bambang Widodo Umar (Guru Besar Universitas Indonesia), menyerukan perlawanan terhadap korupsi di tengah meriahnya mal. Pengunjung mal yang siang itu hendak berbelanja atau sekadar jalan-jalan mendapat ”bonus” berupa orasi antikorupsi dan konser musik.

Danang menyerukan tentang hak-hak warga untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan fasilitas umum yang layak, yang menurutnya bisa terwujud jika korupsi di negeri ini diberangus. ”Pajak yang harusnya untuk membangun kesejahteraan rakyat dikorupsi Gayus (Tambunan) dan teman-temannya,” kata dia.

Bambang Widjojanto menyerukan agar publik memiliki kepedulian untuk turut memerangi korupsi. Mantan calon KPK ini juga mengingatkan, pemberantasan korupsi bisa dimulai dari lingkungan terdekat. Apalagi, korupsi kini juga telah menjangkiti kalangan anak-anak muda.

Selain mengajak warga untuk turut serta memerangi korupsi, acara itu juga menjadi ajang untuk meluncurkan aksi penggalangan dana publik ICW. Koordinator Kampanye dan Penggalangan Dana ICW Illian Deta Arta Sari mengatakan, jika selama ini ICW lebih banyak bergantung pada lembaga donor, lembaganya kini mulai menggalang dana secara terbuka dari publik.

Penggalangan dana tersebut, selain untuk menjaga kesinambungan gerakan pemberantasan korupsi, sekaligus untuk meningkatkan kepemilikan publik terhadap ICW sebagai motor gerakan antikorupsi di Indonesia. Donasi bisa dilakukan setiap bulan atau sesuai yang dikehendaki. ”Dengan berdonasi ke ICW, berarti telah menjadi bagian dari perlawanan terhadap korupsi,” kata Illian.

ICW akan memberikan laporan perkembangan program dan kegiatan lembaga secara berkala kepada penyumbang dana. Sejak dirintis dalam dua bulan terakhir, sudah ada donasi rutin Rp 30 juta per bulan. ”Antusiasnya dukungan masyarakat untuk mendukung gerakan antikorupsi ini cukup mengejutkan. Ini bukti rakyat semakin peduli untuk memerangi korupsi,” kata Illian.

Diselingi konser musik, acara yang digelar dalam rangka menyambut hari antikorupsi sedunia pada 9 Desember itu pun memikat para pengunjung mal, yang kebanyakan anak muda gaul. Ada 11 artis dan grup musik yang dengan sukarela mengisi acara itu. Mereka adalah Baron’ Soulmate, Montecristo, Edo Kondologit, Efek Rumah Kaca, Roots, Okky Lukman, Jiung, Respito, Last Child, Melani Subono, Sandi Pass Band.

Selain lagu-lagu ”gaul” beberapa artis sengaja memilih lagu-lagu kritik terhadap penguasa korup. Para artis ini terbukti tak hanya bisa menjadi penarik massa, tetapi mereka juga telah memiliki kesadaran kritis soal kondisi negeri yang masih korup ini. Salah satunya adalah Efek Rumah Kaca yang menyanyikan lagu ”Mosi Tidak Percaya”:

....

kamu ciderai janji, luka belum terobati

kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli

janjimu pelan pelan akan menelanmu

ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya

ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya. (Ahmad Arif)

Sumber: Kompas, 8 Desemebr 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan