Masyarakat Tolak Monopoli Air

Air di rumah lama tak mengalir, empat orang warga yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) nekat mandi dan mencuci di kolam Bundaran Hotel Indonesia. Mereka menikmati air jernih yang tak henti mengalir ke pinggir kolam.

Aksi teatrikal itu merupakan bagian dari protes warga Jakarta dalam memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada hari ini, Kamis (22/3/2012). Puluhan warga bersama sejumlah aktivis menyerukan pengelolaan air yang lebih baik. Mereka menentang monopoli air yang dilakukan oleh PT PAM Jaya dan dua operatornya, PT Palyja dan Aetra yang berakibat harga air yang harus dibayarkan masyarakat Jakarta jauh lebih mahal dibanding daerah lain. Masyarakat tak punya pilihan selain harus berlangganan karena kualitas air tanah di Jakarta tidak layak konsumsi.

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah dalam orasinya di depan massa aksi menyatakan, pemerintah daerah harus bertindak tegas terhadap dua operator yang justru banyak merugikan. "Selama bekerjasama dengan kedua perusahaan partner dari Perancis ini, PT PAM Jaya justru merugi. Aset perusahaan yang awalnya mencapai Rp 1,49 Triliun menyusut menjadi tinggal Rp 204,46 miliar," ujarnya.

Wanda menyerukan renegosiasi kontrak karya PT PAM Jaya dengan kedua operatornya. "Jika perlu, putus kontraknya," tegas Wanda.

Peneliti Divisi Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama S Langkun mengatakan, kontrak karya antara dua perusahaan operator dengan PT PAM Jaya bermasalah. ICW bersama Koalisasi Masyarakat Tolak Swastanisasi Air telah melaporkan dugaan korupsi aset PT PAM Jaya dan penentuan tarif air kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Rangkaian aksi peringatan Hari Air Sedunia diawali dengan longmarch dari perempatan Tosari menuju Bundaran HI, dilanjutkan unjuk rasa damai di depan kantor kedutaan Prancis untuk Indonesia. Farodlilah

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan