Mantan Kapolri Segera Bebas Bersyarat

Tunggu Catatan Kelakuan Selama di Rutan Brimob

Mantan Duta Besar RI untuk Malaysia Rusdihardjo yang terseret kasus korupsi pungutan liar segera menghirup udara bebas. Departemen Hukum dan HAM menyatakan telah memproses permohonan pembebasan bersyarat (PB) yang diajukan bekas Kapolri di era Presiden Gus Dur itu.

''Persyaratan yang diajukan sudah lengkap. Saat ini permohonan pengajuan pembebasan bersyarat telah diajukan," kata Dirjen Pemasyarakatan Untung Sugijono kemarin. Saat ini, kata Untung, permohonan itu sudah di meja direktorat. Pihaknya tengah menunggu catatan kelakuan Rusdihardjo selama ditahan di cabang Rutan Brimob.

''Yang saya tahu, track record-nya juga baik. Kami menunggu surat dari kepala rutan itu," jelasnya. Menurut dia, pembebasan bersyarat Rusdi telah jatuh tempo pada dua bulan lalu. Seperti diberitakan, Rusdihardjo diganjar hukuman dua tahun penjara. Ini setelah KPK menemukan pemberlakuan tarif ganda pengurusan dokumen keimigrasian di Kedutaan Besar Malaysia.

Saat kasus itu disidangkan di Pengadilan Tipikor, Rusdi diganjar hukuman 2 tahun penjara. Dia juga dibebani membayar uang pengganti Rp 815 juta. Tak terima dengan putusan itu, Rusdi mengajukan banding ke PT DKI Jakarta. Para hakim tinggi mengorting hukuman Rusdi menjadi 18 bulan penjara atau dikurangi enam bulan dari vonis pengadilan di bawahnya.

Saat ini Rusdihardjo menjalani sisa hukuman di Lapas Cipinang. Itu setelah dua pekan lalu dia dipindahkan dari cabang Rutan Brimob Kelapa Dua. Untung menambahkan, pembebasan bersyarat tersebut diberikan dengan sangat hati-hati. Pembebasan bersyarat diberikan kepada terpidana yang telah menjalani 2/3 masa hukuman. ''Misalnya bagi terpidana korupsi apakah sudah ada uang pengganti yang dibayarkan. Kami membantu sekeras tenaga dalam memerangi korupsi," jelasnya.

Bagi terdakwa yang belum membayar uang pengganti, Direktorat Pemasyarakatan lebih dahulu memintakan surat keterangan dari kejaksaan atau jaksa yang menangani perkara itu. "Kami minta catatan dari mereka," terangnya. (git/oki)

Sumber: Jawa Pos, 17 Maret 2009

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan